Hari
itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2001, Nadya, seorang gadis yang
alim dan berjilbab berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan
belajar yang katanya paling berkualitas di kota mereka untuk persiapan
UMPTN 2001. Sesampainya di sana Nadya dan temannya disambut seseorang di
tangga. Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di
atas.” Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana.
Belakangan Nadya tahu dia bernama Budi, tentor kelas IPA yang juga
mengajarnya di kelas. Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat
Nadya sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat
Nadya, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Budi menjelaskan
terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Nadya semakin kagum melihatnya.
Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Nadya pun biasa diantarnya
pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena
mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi
mereka. Mereka juga seringbercanda. Mas Budi pun sesekali menyentuh
Nadya, dan walaupun Nadya seringkali menolak, tetap saja Nadya merasakan
sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.
Sampai pada suatu hari dia mengajak Nadya nonton. Awalnya Nadya ragu2,
namun kemudian Nadya pun menerima ajakan itu. Mereka pun pergi sekitar
jam 7 malam ke twenty one. Nadya tampak canti saat itu dengan jilbab
biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu
Nadya pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang
putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Budi tidak henti- hentinya
melihat Nadya. Nadya pura- pura serius nonton, tapi Nadya sebenarnya
juga melihatnya. Kemudian mas Budi mulai berani memegang tangannya,
Nadya pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Budi berkata, “Mas sayang
kamu.” Serr.., rasanya Nadya tersambar petir asmara dan tidak kuasa
menolaknya, apalagi ketika mas Budi mulai berani menyandarkan kepalanya
di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Nadya yang masih tertutup
rok panjang. Nadya semakin tidak kuasa menepisnya. Kemudian mas Budi pun
memandang Nadya sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Nadya
berusaha menolak. Namun karena serangan bibir mas Budi yang bertubi2 dan
serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Nadya
menyambutnya. Nadya yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali
dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Budi menyusup
kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya. Lidah mereka saling
bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air
liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi
mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas
mereka ini. Baru sekali ini Nadya melakukan hal seperti ini. Apalagi
sekarang Nadya melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak
malu saat kemudian ia membayangkan. Bagaimana bila tiba2 orang2
mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Budi. Dimana martabatnya
sebagai seorang gadis yang alim dan berjilbab? Namun pikiran itu tidak
bisa mengalahkan gejolak birahi Nadya, justru malah membuatnya semakin
terangsang. Itulah sebabnya Nadya sangat menikmatinya. Mas Nadya yang
satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Nadya dan mulai
mengelus-elus paha mulus Nadya yang kuning langsat itu,dan dia berkata,
“Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu. Pasti paha
kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok
yang Nadya pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang
lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya
ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha
Nadya. Namun karena malu Nadya pun menahan tangannya, dan berkata,
“Jangan Kak.” Mas Budi tidak memperhatikan kata-kata Nadya, dan
tangannya terus memaksa masuk. Sekarang celana dalam Nadya bagian paha
dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Budi akan
mendapatkan kemaluan Nadya yang sudah basah ini. Mas Budi berkata,
“De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya
Yang… ya..!” Nadya pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang
mas Budi mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep..,
jarinya menyentuh klitoris Nadya. Nadya
merasakan
kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Budi mulai memainkan
tangannya di lubang Nadya bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis
dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya.
Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Nadya rasakan.
Tidak sadar Nadya pun mulai
menggelinjang
dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu,
“Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang… jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”
Kepalanya yang
tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun
habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Budi pun memandangi Nadya
dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan
Nadya. Sambil berjalan turun, Nadya pun membetulkan rok dan jilbabnya
yang sudah diacak-acak oleh mas Budi tadi. “Maafin kelakuan Mas yah
tadi.” mas Budi pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak
pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Nadya takut.” jawab Nadya.
Mas Budi langsung merangkul pinggul Nadya dan mencium pipinya, sungguh
sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi. “Turun
dulu Kak..!” kata Nadya saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas
Budi pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun
bersama Nadya. Nadya pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa
keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah,
ibu dan bapak Nadya sering pergi ke rumah masnya yang paling tua,
sehingga Nadya biasanya hanya tinggal di rumah bersama
saudara-saudaranya. Nadya langsung mempersilakannya masuk ke rumah
mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh,
ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.”
“Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Nadya pun
langsung masuk kamar untuk mengganti baju. “Tunggu sebentar yah Kak.”
kata Nadya, namun mas Budi langsung mengikuti Nadya ke dalam kamar dan
menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau
apa..?” tanya Nadya lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan
Kak, Nadya takut..!” kata Nadya lagi tapi Mas Budi langsung memeluk
Nadya dan menciumi Nadya dengan liarnya. Nadya yang juga sudah dari tadi
terangsang menyambutnya dengan ciuman Nadya yang bernafsu. “Achh..,
ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Budi
pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Nadya yang wajahnya
mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Budi yang
menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Nadya melihat
secara langsung. Selama ini Nadya hanya melihat sesekali saat ia membuka
situs porno di internet. Biarpun alim, namun Nadya suka membuka situs2
porno di internet. Nadya tidak kuasa menolak ketika mas Budi melepaskan
seluruh baju Nadya, sehingga Nadya polos tanpa sehelai benang pun yang
menempel pada tubuhnya, kecuali jilbab birunya yang memang sengaja tidak
ditanggalkan oleh mas Budi. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih
pake jilbab, sayang.” Bisik mas Budi lembut. Di kamar Nadya sendiri, di
atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang
Nadya sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan
keras yang mas Budi sodorkan ke mulut Nadya. Walaupun sempat menolak
karena agak jijik, namun akhirnya Nadya mau juga dan malah keenakan
menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu
Nadya kecil. Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah..,
ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc..
ckkk..!” bunyi hisapan mulut Nadya di batang kemaluannya. Terlihatlah
pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai
jilbab di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan
suaminya. Dalam posisi Nadya tidur dan mas Budi mengangkang di atasnya
sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Nadya
pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api
birahi sudah menguasainya 100 persen. Mas Budi kini melepaskan penisnya
dan menghisap kedua payudara Nadya secara bergantian dengan liarnya
sambil tangannya memainkan klitorisNadya
dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Nadya
pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh
Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah
teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar
biasa. Mas Budi pun menjilati tubuh Nadya, turun dan turun hingga sampai
kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Nadya pun melenguh
keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Nadya mo pipiisshhh..!” Mas Budi
seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. KlitorisNadya
dimain- mainkan dengan lidahnya. Nadya hanya bisa merem melek
dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di
bagian tubuhnya yang sensitif. “Kakkk.., Kakkk.., Nadya pipiiishhh.
Ahh.., aahh..!” Nadya pun mengeluarkan cairannya, namun mas Budi tidak
berhenti menghisap vagina Nadya sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh..,
Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Nadya seakan tidak perduli lagi apa yang Nadya
ucapkan. Mas Budi pun mencoba menusuk Nadya dengan senjatanya yang
sudah menegang dari tadi. mas Budi mau memuaskan Nadya dulu baru
memikirkan nasib ‘adek’-nya. Nadya pun segera melebarkan kakinya
untuknya, pasrah memberikan diri Nadya untuknya. Mas Budi pun berusaha
memasukkan batang penisnya ke arah vagina Nadya, namun agak sulit karena
memang Nadya masih perawan. Nadya pun merasa sakit, namun karena mas
Budi juga meremas payudara Nadya dan menghisap bibir Nadya, rasa sakit
itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Nadya
berhasil ditembusnya. Nadya pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt
Kaakkk..!” Mas Budi pun membelai kepala Nadya yang terbungkus jilbab,
dan berkata, “Tahann ya uhh..!” Mas Budi pun nampak keasyikkan menikmati
jepitan Nadya, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus
berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Nadya yang semakin
mengeras. “Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh..,
ohh.., uuhh..!” Mas Budi pun menghisap bibir Nadya dengan lembut. Tidak
lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Nadya mo
pipiss lagiiihhh… Oohh Nadya sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…”
keluarlah cairan Nadya. Nadya pun merasakan kenikmatan yang teramat
sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan
Nadya beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi
sepreinya. Seketika itu juga Mas Budi mengeluarkan batang kemaluannya
dari lubang kemaluan Nadya dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah
dan mulut Nadya, sampai membasahi jilbab Nadya. Nadya pun membersihkan
sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap
batang kemaluannya sampai bersih. Kemudian mereka pun menatap mesra,
berpelukan dan tertidur bersama