Hadiah memek dari kakak
gera saja akan aku mulai kisah ini, Dalam cerita sex dewasa ini akan
saya sembunyikan semua identitas pribadinya. Jadi jangan jadi masalah ya
untuk identitasnya. Yang penting cerita seks panas ini akan sangat
menarik buat anda baca sebagai cerita hiburan yang bikin panas isi
celana dalam anda. Hari itu sabtu, pas dalam minggu dihari kelahiranku
yang ke-17, jadi orang tuaku sengaja mengadakan pesta Ulang Tahun
untukku, anak lelaki satu-satunya. Maklum saja aku anaknya pemalas
banget soal pesta-pestaan, alias kutu buku banget dan smart di sekolah,
berbeda dengan kakak perempuanku yang satu-satunya juga, badung dan
ogah-ogahan kalau disuruh belajar (padahal pintar juga sekolahnya loh,
sampai lulus SMU dia tidak pernah lolos dari urutan 10 besar dalam
ranking sekolahnya). Dasar kakak cewekkku ini badung, dia tidak ada
selama sore hari saat berlangsungnya pesta, kemana ya, aku juga jadinya
agak sedih sedikit. Bukan mengharapkan kado darinya, tapi dengan
kehadirannya saja aku tentu akan sangat senang sekali, karena minimal
aku bisa memperlihatkan pada teman- teman cewekku di sekolah (yang
kuundang ke pestaku) bahwa dikeluargaku juga ada cewek kecenya yang
tidak kalah kece dari semua teman paling kece di sekolahku). Pas acara
sudah mau berakhir, yaitu acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong
melihat teman-temanku ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang
juga. Wah happy banget aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara,
tidak punya saudara kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2,
sedangkan aku masih SMU kelas 2. “Jon.. selamat Ulang Tahun yah.. sorry
aku kagak bawa kado..” kata Fifi sambil mengajukan tangannya untuk
bersalaman setelah melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia pulang
saat temanku belum bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro mikirin
kado deh, habis salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami memang
akrab sekali sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku tidak lupa
memberikan sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman di pipi
kiri-kanan di depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab sama
kakak, tapi untuk ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak dewasa.
Di belakang sih terdengar suara tepuk tangan dari teman-temanku. Mungkin
bagi yang belum kenal dipikirnya pacarku datang kali, tapi bagi yang
sudah tahu yah entah apa pikirannya deh. Habis biarpun kakakku tingginya
170 cm, tetap saja kalah tinggi denganku yang 175 cm saat itu.
Kadang-kadang, aku memang suka membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya
memang dia kece sih. Terlebih sejak aku mengalami mimpi basah pertama
kali waktu SMP 1 dulu. Lah yang kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini.
Wajahnya seperti artis Hongkong deh, putih cantik dan benar-benar kece
berat pokoknya. Paling hebat saat aku melihat dia cuma berbikini saat
berenang, selebihnya wah cuma dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah
aku belum berani, soalnya cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku
yah si Fifi yang sudah muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran
yah? Waktu mau bubaran pestanya, temanku yang jadi DJ iseng banget, dia
muterin lagu buat slow dance, dan aku disuruh mengajak cewek pilihanku
(biasanya sih kalau saat-saat begini, yang ultah ngajak orang yang di
taksirnya untuk berdansa) turun dan memperkenalkan pada seluruh tamu,
wah brengsek. Memang gosipnya ada beberapa cewek yang naksir padaku di
sekolah, tapi aku cuek bebek, kurang begitu peduli sama mereka semua,
padahal mereka-mereka itu kece dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan
cowok-cowok di sekolahku. Bukan apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan
yang lain bakalan hilang, mundur teratur, nah mendingan aku tidak
memilih satu orangpun? jadinya bisa nempel sama semua cewek kece. Nah
teman brengsek ini menyuruhku untuk mengajak satu cewek untuk slow
dance, seolah mengumumkan siapa cewek pilihanku. Yah sulit dong.. Gile
juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali, si Fifi kudatangi walaupun lagi
mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak ngobrol, jadi bagi yang belum
kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi cuma temanku) . Fifi agak
terkejut sedikit waktu tahu dan sadar dia yang kuajak slow dance, tapi
belum berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke tengah-tengah arena slow
dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru Fifi berbisik, “Jon… kok
ngajak aku slow dance-nya sih?”“Iya Fi.. aku belum punya cewek
sih..”“Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh..” masih sambil
berbisik.“Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada..”
rayuku pada kakak sendiri.“Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-
siakan..”“Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu,
semuanya ABG doang..”Fifi tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya
pada pundakku. Harum rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan
sedikit keringat kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu
kugeser kepalaku sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas
aku mencium parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku
ini seru loh, suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam
merk parfum. Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku
terangsang mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang
kemaluanku ngaceng berat waktu itu. Begitu Fifi sadar, aku membaui
sekitar belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak..
Cukup terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat
(memang nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang
merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku
sebagai lelaki sih rasanya enak- enak saja.Sepanjang lagu yang satu itu,
tanganku yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh menjelajahi
punggungnya. Dari dekat lehernya sampai ke pinggangnya. Berhubung Fifi
memakai gaun malam mini, yah dia tidak perlu pakai rok-rok segala dong,
kan jadi satu sama atasan, eh baju terusan itu. Mini tuh maksudku masih
setinggi pertengahan paha. Nah saat aku mengusap-usap pinggang Fifi, aku
tidak begitu merasakan adanya garis celana dalamnya. Timbul niat
isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.“Fi.. kamu nggak
pakai celana dalam yah?” kataku sambil berbisik di telinganya.“Eh.. enak
saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!” jawab Fifi sambil
berbisik.“Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya..”
bisikku lagi penasaran.“Coba elu rabanya turun lagi dikit..” balas Fifi
sambil berbisik juga.Lalu kuraba mengikuti petunjuknya, kali ini buah
pantatnya terpaksa harus kuraba-raba. Dan merabanya makin turun saja.
Benar juga, akhirnya ketemu dan kutelusuri garis batas celana dalamnya.
Dilihatin orang nih dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke bawah. Ha!
Gile apa.. ini kakak sendiri friends. Rabaanku berjalan ke samping saja,
menelusuri pelan- pelan garis celana dalam Fifi yang memang sepertinya
cuma segaris itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya model tali
saja dan dipakainya berbentuk V.“Fi.. celana dalam elu modelnya aneh
banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana,” kataku masih
berbisik.“Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu..”
balas Fifi masih bisik-bisik saja.“Kalo pacarku seperti kamu sih boleh
saja Fi..” balasku mesra.Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong
bebas begini kan karena memang akrab.Dalam kepalaku timbul juga perasaan
cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan siapa saja nih yang sudah
pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai celana dalam sexy seperti
itu. Sialan… mau kuhajar saja rasanya. Belum tahu kali tuh cowok,
adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus Merpati Putih. Eh lagi
enak-enak memeluk Fifi sambil goyang-goyang lagunya habis.. sialan,
temanku mengganti jadi disco lagi. Yah sudah bubaran deh slow dance- ku
dan Fifi. Aku masih melihat- lihat teman yang lain, si Fifi menghilang
entah kemana. Karena acara terakhir pesta rumahan adalah disco, yah
tidak lama setelah itu bubar deh pestanya, masak anak SMU pesta di
rumahan sampai lewat jam 12 malam sih? nggak sopan dong (anak ranking 1
nih yang bilang, aku!). Persis jam 12 lewat 5 menit, teman terakhir
sudah tidak kelihatan mobilnya. Aku yang capek banget rasanya mau tidur
saja deh, sambil mikirin Fifi. Kemana yah dia? Urusan kado besok saja
lah. Tidak mungkin ada yang ngambil ini. Aku naik ke atas dan langsung
masuk ke kamarku. Melepaskan pakaian dulu lalu masuk kamar mandi pribadi
dan bersih-bersih. Masih bugil aku balik ke ruangan ranjang. Ah
biasanya tidur pakai CD, kali ini mau nyobain bugil ah, sudah gede ini,
kan 17 tahun. Yah badanku yang gede dan anuku juga cukup gede kok.
Panjangnya sih cuma 15 cm saja. Karena AC kamarku cukup dingin, aku
biasa tidur memakai selimut (Tidak lucu sebenarnya, kalau memahami
kesehatan, saat tidur itu bagusnya tubuh kita tidak dalam keadaan
‘terikat’ dan udara yang kita hirup sebaiknya memang sekitar 18-24
derajat celsius. Jangan lebih panas dan jangan lebih dingin. Itu baru
tidur sehat. Eh ini kata dokter Joni loh hehehe coba saja iseng tanya
dokter beneran.) Kan bule-bule dalam film banyak yang tidur bugil toh?
Masih berbaring, pikiranku melamun pada peristiwa slow dance bersama
Fifi, kakak tercintaku. Saat dance tadi aku sih lupa apakah ngaceng atau
nggak, tapi saat mikirin aku inget. Ngaceng kenceng! Gile kupegang si
Junior, malah makin bikin tenda di selimutku jadinya. Yah kuusap-usap
sayang deh juniorku. Tentu saja sambil membayangkan bagaimana bentuk
tubuh si Fifi yang polos dalam keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil
menari bareng. Wow.. asyik loh. Aku berhayal.. Tubuh si Fifi mulus tanpa
cacat (sepertinya memang belum pernah luka sih, paling bekas suntikan
cacar di pahanya) payudaranya yang lumayan mantap kalau dipegang, dengan
puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu perutnya yang datar dan
rata karena hobbynya aerobic dan fitness, dan pantatnya yang aduhai
montoknya, tadi saja saat kupegang waktu slow dance mantap banget
rasanya. Eh lagi enak-enak berhayal begitu, tiba-tiba pintu kamarku
diketok. Tok.. tok.. tok.. cuma tiga kali dan tidak kencang. Karena
kebiasaan menjaga privacy di keluarga kami, sebelum masuk harus ketok
pintu dulu, aku sih tidak pernah mengunci pintu.“Siapa?” tanyaku.“Aku
Jon..” jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik
tuh.Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku
friends! Aku terdiam bingung.“Jon.. elu belum pulas kan?” tanya Fifi
dari balik pintu. Lalu diam menunggu jawabanku. Wah gimana nih.. aku
sedang bugil dalam selimut begini. Ah biarin deh.“Boleh masuk Jon?”
tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum
sempat.“Iya, masuk saja Fi..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar
olehnya, kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin
sedih jadinya.Si Fifipun masuk juga, setelah menutup pintu kamar, dia
berbalik dan, “Jon lampunya dinyalain yah?” tanya Fifi. Maklum sebelum
naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu kecil saja,
jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa melihat jelas
tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu bayangannya
terlihat saat memasuki kamarku.“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah..
entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!“Eh…” belum sempat aku
ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. “Blar..” terang deh.Aku
memperhatikan Fifi. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model baby
doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna kuning muda dan agak
transparan. Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan
bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan
lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.“Ada apa Fi?”
tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya tidur
begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran, paling dia
mau nanya soal komputer atau soal mobilnya. “Eh sebelumnya sorry loh
Jon..”“Kenapa?” langsung kupotong saja.“Aku kan belum ngasih kado buat
elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih.” lanjut si Fifi mencoba senyum
menghiburku kali. Wah bener juga.Aku memang tidak sempat memikirkan Fifi
ngasih kado atau tidak, dia mau slow dance denganku saja rasanya aku
happy banget. Lalu sekarang mau apa lagi nih? “Ah nggak apa-apa Fi..
nggak masalah soal kadonya.. aku punya kakak sebaik elu saja sudah
merupakan kado yang indah setiap hari..” kataku. Lalu si Fifi berjalan
menghampiri ranjang sambil melihat mataku terus. Wah untung tidak
melihat ke arah juniorku. Masih ngaceng man! banyangkan sendiri deh
cewek kece, seksi sedang berada di dekat kamu, di ranjang yang sedang
bugil. Dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu. Sewaktu dia makin
mendekatiku, aku menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di
tepi ranjang kalau memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat
itulah lampu kamar dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus tubuhnya
yang sempurna sekali (nggak kayak gitar kok, tapi melengkung dan meliuk
indah) makin jelas saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat pinggangku,
persis sebelah pinggang dan juniorku yang ngaceng berat. Selimutku yang
bergeser membuat si junior mengangguk-angguk kegelian karena gesekan
itu. Tangan kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi si
Junior nih. Fifi berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.
“Jon.. aku mau ngasih kado spesial buat elu, tapi.. elu nggak boleh
cerita sama siapapun juga, setuju?” Langsung saja aku mengangguk,
walaupun bingung menduga-duga kado spesial apaan, apakah Blow Job? Belum
tentu, terusin saja baca ceritanya.“Janji yah Jon..”“Saya berjanji,
Fifi kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar
mengangguk.“Jon, Fifi mau tahu.. kamu beneran belum pernah pacaran?
maksudnya nge-date berduaan ama cewek?” tanya dia.“Bener Fi.. kan tiap
malam minggu, kalau kagak ada pesta ultah, yah aku di rumah saja kok
surfing di internet, kamu sih kelayapan melulu malah ninggalin aku
sendirian kalau malam minggu” kataku, dia senyumnya makin lebar.“Jadi
belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing
dikit.“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?”“Oh yah? dimana?”
tanya Fifi kaget sedikit.“Di internet..” jawabku cepat, memang betul
sih. Dia tersenyum lagi.. heran kayaknya makin lama melihat Fifi
tersenyum makin manis saja tuh senyumnya, wah aku rasanya makin senang
dan happy sekali melihat bibirnya yang tersenyum. “Jadi yang real dan
asli belum pernah dong?” kata Fifi masih dengan tersenyum. Bagiku ini
bukan ledekan, tapi ucapan tulus kakak pada adik yang memang akrab. Aku
mengangguk.“Fifi mau kasih hadiah khusus, tapi kamu harus janji tidak
boleh ngapa-ngapain kalo kagak disuruh. Mau nggak?” tanya Fifi, kakak
tersayangku ini. Aku mengangguk.“Eh janji dulu..”“Iya deh Joni janji
Fifi sayang..” kataku memuaskan keinginan Fifi.“Siap menerima hadiah?”
tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.Aku
mengangguk lalu berkata, “Siap boss..”Fifi kemudian menaiki ranjang,
sambil tangannya mendorong perlahan tubuhku untuk bergeser sedikit.
Ranjangku sih ukuran 160 lebarnya, jadi muat saja kalau mau tidur
berduaan. Lalu Fifi berlutut tegak di sampingku, memandang mataku
lekat-lekat masih dengan senyum manisnya. Kemudian secara perlahan-lahan
dia mengambil ujung bawah baju tidurnya. Ops.. Fifi terlupa sesuatu..
buru-buru dia turun ranjang dulu, menuju ke lemariku yang ada componya,
dia pilih buru-buru salah satu CD lalu diputarnya. Nah muncul lagu
romantis, dipasangnya cukup keras tapi tidak mengganggu keluar ruangan.
Mungkin sekedar supaya pembicaraan kami tidak terdengar saja kali. Lalu
dia berjalan ke pintu dan mengunci pintu. Aku merasa sedikit heran, mau
ngapain nih. Si Fifi balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang
sambil melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi
memegang ujung bawah baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit,
lalu menarik perlahan ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja
deh. Begitu bawah bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku
makin deg-degan! Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana
dalamnya yang transparan dan seperti tadi waktu dansa berbentuk V dan
sebagian besar tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis
ditengah dekat bawah pusarnya, eh tuh merah bunga kecil, cuma satu. Gila
friends.. bulu kemaluannya terlihat. Belahan kewanitaannya sih
terbayang dalam bungkusan CD halus itu yang mengikuti bentuk bibir
kemaluannya. Wow.. sialan aku janji tidak boleh ngapa-ngapain. Wah
pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan kiriku terpaksa memegangi
juniorku deh. Makin keras saja ngacengnya nih.Makin tinggi Fifi menarik
bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Begitu bagian bawah
payudaranya muncul. Wow.. aku sampai menelan ludah. deg-degan makin
keras. Ops.. sial ada BH-nya! Eit tunggu dulu, BH-nya seru banget.. juga
hitam transparan dan puting susunya yang kuduga besar, benar saja
muncul dan terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu menebak-nebak lagi,
ternyata warnanya merah sedang, nggak pink sih, lebih tua sedikit tapi
tidak coklat gelap. Saat bajunya melewati kepalanya, aku ingin sekali
memegang payudaranya. Tapi ingat janji.. wah brengsek.. padahal si Fifi
kan tidak melihat. Dan saat bajunya sudah lolos melewati kepala, Fifi
langsung membuangnya ke atas karpet kamarku. Tangannya kembali turun
lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuk semakin menonjol
saja. Gile bener.. sss.. alamak nggak tahan nih.. Kemudian Fifi
menggeser posisi berlututnya kali ini dia mengangkangiku. Wow..
sepertinya aku semakin tidak tahan deh. Mana tangan kiriku sudah tidak
lagi memegang si Junior lagi dan dengan posisi baru ini otomatis Fifi
menindih perutku. Dia masih bergerak meliuk dan menari. Mungkin tidak
nyaman menari di atas selimut, dia menggeser dulu lalu mendadak
menyingkapkan selimut untuk membuangnya. “Eit.. sorry Jon.. aku nggak
tahu elu kalo tidur juga bugil!” kontan kedua tanganku menutupi
juniorku. Tapi mana bisa.. lah lagi siaga satu gitu kok. Lagi pula dia
ngomong dengan kalimat ..juga bugil! Wah dia kalau tidur bugil dong?!
kenapa tidak dari dulu aku masuk kamarnya kalau dia sedang tidur.Karena
aku diam saja tidak berkata apa-apa, Fifi balik lagi berlutut di atas
perutku menghadap wajahku dengan sebelumnya mengambil tanganku untuk
melepaskan pegangan yang menutupi si Junior. Terpaksa tanganku posisinya
seperti orang menyerah kalau berdiri, kutaruh di samping kepala.
Sepertinya Fifi sedang bergerak menari sambil membuka BH-nya deh.. tapi
susah atau sengaja susah membukanya?“Fi.. boleh aku bantuin membuka BH
kamu?”“Memang kupikir tadinya mau nyuruh elu yang bukain.. tapi gue
kagok..” lalu sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya
menopang tubuhnya di samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali
menyapu wajahku. Karena posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan
hidungku cuma kebagian lehernya saja. Wah wangi juga lehernya.. tanganku
mulai memeluknya dan mencari kaitan BH-nya di punggungnya. Biarpun
sudah ketemu sengaja aku lama-lamain. Enak gila.. memeluk tubuh hangat
cewek kece seperti ini. “Ayo Jon.. jangan nakal, hadiahnya masih
banyak..” kata Fifi lalu menggeser tubuhnya yang berada di atasku
sehingga menurun sedikit dan wajahnya berhadapan dengan wajahku.
Alamak.. dengus nafasnya yang menyentuh wajahku membuatku konak lagi dan
semakin bernafsu. Tidak tahu siapa yang memulainya, tahu- tahu bibir
kami nempel dan lidah Fifi menyapu bibirku. Sepertinya sih Fifi juga
nafsu sekali mau menciumku kali, habis wajahku tetap lurus, tapi
wajahnya miring-miring kok. Nah kan dia yang berusaha lebih keras buat
menciumku toh? “Blp.. buka mulutnya Jon.. aku ajarin ciuman..” kata
Fifi. Lalu kuikuti membuka mulut, membiarkan lidah Fifi masuk ke dalam
mulutku. Dia menyapu gigi depanku, lalu lidahku didorong- dorong dan
dibolak-balik segala, dan malah lidahku dikitik-kitik dengan lidahnya
juga. Wah seru juga loh, tukar-tukaran ludah. Aku lupa bahwa tanganku
sudah melepas BH-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya
dengan bebas tanpa ganjalan BH segala. Kuusap-usap terus punggungnya
yang mulus dan hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh BH-nya. Ops..
baru aku bilang masih terpisah, Fifi menarik BH-nya untuk disingkirkan.
Sambil ciuman begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku
tergesek-gesek sama celana dalam mini si Fifi nih, sakit dikit sih,
lecet