Ayah Tiri dan Anaknya
irna adalah sosok gadis
yang mempesona, masih muda usianya yang baru menginjak 18 tahun,
cantik, putih mulus dan sangat ramah sifatnya. Dia merupakan gadis
yang menonjol di SMU karena kecantikannya sehingga banyak teman
laki-laki di sekolahnya yang naksir padanya. Ada satu laki-laki yang
akhirnya bisa dekat dengannya dan kemudian menjadi pacarnya, yaitu
Tommy, kakak kelasnya.Virna tinggal bersama ibu kandung dan ayah
tirinya. Ayah kandungnya meninggal 1 ½ tahun yang lalu karena
kecelakaan di jalan raya. Kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang
laki-laki yang merupakan teman ayahnya yang banyak membantu mengurus
kematian ayah kandungnya saat pemakaman dulu. Namanya Dedi, usianya
terpaut lebih muda 4 taun dengan ibunya Virna. Dedi berusia 38 tahun
sedangkan Mira, ibunya Virna berusia 42 tahun. Mira mau menikah lagi
dengan Dedi karena dianggapnya Dedi begitu berjasa saat mengurus
kematian suaminya dan juga merupakan teman dekat ayahnya di usaha
yang dirintis ayahnya. Buat Dedi sendiri menikahi Mira merupakan
suatu anugrah, karena selain merupakan istri mantan atasannya semasa
masih hidup, Mira mewarisi kekayaan suaminya yang lebih dari cukup
untuk hidup layak bersama anak dan suami barunya. Perusahaan yang
sebelumnya dipimpin suaminya kini beralih dipegang oleh Dedi dan
dapat dijalankan dengan baik oleh suami mudanya itu. Walau memasuki
usia awal empat puluhan, kecantikan Mira masih terlihat, sehingga
bila tidak dengan Dedi, masih banyak laki-laki lain yang bersedia
dengan tangan terbuka menggantikan tempat almarhum suami janda yang
cantik dan kaya tersebut.Dedi sangat menyayangi dan memperhatikan
Mira, membuat Mira sangat beruntung dipersunting oleh Dedi. Laki-laki
muda yang penuh perhatian itu bukan hanya membuat bangga istrinya,
namun juga membuat kagum anak tirinya. Virna melihat begitu sayang
dan perhatian ayah tirinya kepada ibunya, seakan-akan mereka pasangan
yang baru menikah saja, padahal sudah 1 ½ tahun waktu berlalu dari
saat mereka menikah. Di mata Virna, ayah tirinya merupakan laki-laki
yang sangat tanggung jawab. Diam-diam dia sangat mengidolakan ayah
tirinya. Di mata Dedi sendiri, Virna merupakan seorang anak gadis
yang memikat hatinya dari sejak pertama bertemu. Kelembutan,
kecantikan, kebaikan sifat dan kemanjaanya membuat Dedi dari hari ke
hari semakin suka dan sayang pada anak tirinya tersebut. Jadilah
hubungan ayah dan anak tersebut menjadi hubungan yang akrab dan erat.
Tidak jarang Virna sering bermanja –manja dengan aya tirinya,
terutama bila sedang merajuk karena dimarahi ibunya atau minta
dibelikan sesuatu. Yang paling berbahagia melihat hubungan mereka
adalah Mira sendiri. Awalnya dia khawatir akan ada penolakan atau
kesenjangan hubungan antara Virna dengan ayah barunya, seperti yang
selama ini dia lihat. Tidak jarang seorang anak bersikap apriori
dengan ayah/ibu barunya karena selalu dibanding-bandingkan dengan
ayah/ibu kandungnya. Hal itu tidak terjadi pada Virna dan Dedi.
Semakin hari dia melihat hubungan keduanya semakin harmonis dan
akrab. Bahkan tidak jarang Dedi selalu lebih memperhatikan kebutuhan
Virna atau bila dimarahi oleh ibunya, Dedilah yang selalu membela dan
membenarkan Virna, sehingga anak itu semakin manja teradap ayah
tirinya. Ada terselip perasaan bahagia di hati Mira mendapati
kenyataan itu. Mira begitu percaya Dedi bisa menjadi suami sekaligus
ayah yang baik buat anaknya.Siang itu, di hari Sabtu, Virna memasuki
rumah dengan muka cemberut dan menghentakkan kaki serta membanting
tubuhnya di sofa ruang keluarga. Nampak gurat kekecewaan dan
kemarahan di mukanya yang bersih dan cantik itu. Ibunya baru saja
akan berangkat menuju butik miliknya yang berjarak beberapa blok dari
rumahnya dengan diantar suaminya. Namun kedatangan putri
kesayangannya sejenak menghentikan persiapan berangkatnya. Dedi
sendiri masih menyiapkan diri untuk mengantar dan masih berpakaian di
kamar.“Ada apa Virna, kok datang-datang, kamu malah cemberut
begitu, pake banting-banting kaki lagi...”, kata ibunya setengah
menegur.“Ada masalah ya di sekolah ?”, lanjut ibunya, melihat
anak kesayangannya diam saja saat ditanya.Virna tidak menjawab, hanya
linangan air mata yang nampak di pipinya. Mira paham, anaknya sedang
sedih dan tidak mungkin mau menjawab semua pertanyaanya. Lagipula dia
sendiri agak terburu-buru untuk segera berangkat. Tadi ada telpon
dari butiknya yang mengatakan bahwa ada pembeli yang sedang menunggu
kedatangannya. “Kalau kamu mau bicara sama ibu, nanti sore tunggu
ibu ya sayang...”, ucap ibunya yang diakhiri dengan kecupan sayang
di keningnya. Kemudian wanita itu berlalu menuju garasi
mobilnya.Virna, menghela napas panjang, ia menyadari ibunya sangat
menyayanginya, namun tidak mungkin ia menceritakan sebab kenapa dia
datang dari sekolah dengan keadaan seperti ini. Dia sedang marah
sekaligus kecewa, di depan matanya sendiri, dia melihat Tommy kekasih
hatinya sedang berduaan dan bahkan bermesraan dengan seorang gadis
lain. Yang membuatnya sangat sakit hati adalah gadis yang sedang
lengket dengan kekasihnya adalah Tina yang merupakan sahabatnya
sendiri. Rupanya mereka selama ini diam-diam menjalin hubungan di
belakang punggungnya. Dan Tommy yang selama ini telah menjadi
pacarnya, sangat disukai dan didukung oleh ibunya. Ibunya secara
terus terang mengatakan bahwa Tommy adalah anak laki-laki yang baik
dan pantas menjadi pacarnya Virna. Sebenarnya awalnya Virna tidak
terlalu menyukai Tommy, karena Virna tahu, Tommy itu playboy, sering
berganti-ganti cewek, namun karena begitu gigihnya laki-laki itu
mengejar dan meyakinkan dirinya, bahwa ia sangat mencintai Virna,
ditambah lagi dukungan yang kuat dari salah seorang tuanya, termasuk
saat Tommy datang berkunjung ke rumahnya, maka secara perlahan
akhirnya Virna mau menjadi pacarnya Tommy. Hanya ayah tirinya yang
selama ini bersikap bijak, tidak memihak, tidak mendukung atau
melarangnya dekat dengan Tommy. Karena itu Virna malas untuk
menceritakan masalahnya pada mamanya setelah beliau pulang nanti,
pasti akan di belanya Tommy habis-habisan. Enta Virna bingung mengapa
mamanya bersikap demikian. Apakah mungkin Tommy berasal dari keluarga
yang sangat kaya, dengan ayahnya Tommy merupakan sebuah presiden
direktur sebuah perusahaan elektronik besar di negeri ini.“Ada apa
Virna sayang ? Bolehkah ayah menjadi curahan derita sedihmu kali
ini...?”, keta-kata lembut menyapa telinga Virna, yang berasal dari
ayah tirinya, sesaat setelah mobil ibunya meninggalkan rumah. Dedi
mendekat ke anak tirinya yang sedang duduk di sofa, merangkulnya
lembut dan mengusap rambut kepalanya yang panjang hitam. Tatapan
matanya yang juga lembut dan senyumnya yang hangat menyapa wajah
Virna yang sedang diselaputi mendung. Virna tidak tahan dengan
perhatian ayah tirinya yang luar biasa siang itu, di saat dia sedang
sedih dan bahkan di saat ibunya lebih sibuk dengan urusan butiknya,
ternyata ayahnya menawarkan kehangatan perhatian padanya. “Ayah....”,
cetus Virna sambil menghambur dalam pelukan Dedi yang hangat. “Tenang
sayangku...ada apa ‘nduk....kok sampai menangis ?...apa ada yang
menjahati kamu ?” berondong Dedi pada Virna, seraya memeluknya erat
dalam dekapannya. Virna menangis kuat di dada ayahnya. Dedi
membiarkan anak tirinya menumpahkan kesediahannya beberapa saat untuk
melepaskan ganjalan di dadanya. Setelah tenang, dengan ditepuk-tepuk
lembut di punggunggnya, Virna akhirnya menceritakan bagaimana dirinya
memergoki Tommy sedang berjalan dengan mesra dan berkencan dengan
Tina, teman dekatnya selama ini. Dengan mata kepalanya sendiri, dia
melihat kenyataan yang sangat tidak diduga dan menyakitkan itu.
Hancur sudah hati Virna. Sakit sekali didadanya atas penghianatan
kekasih h atinya. Kembali Virna sesenggukkan meluapkan emosi hatinya.
Dedi kembali merangkulnya dengan hangat. Dibisikinya dengan lembut
ditelinga kirinya kata-kata yang membujuk, “ Sudah...jangan terlalu
sedih Virna sayangku...biarkan saja Tommy itu berlalu...dia sungguh
tidak pantas untuk kamu...lupakanlah dia...untuk apa kau banyak
menangis untuk manusia seperti
itu...bangkitlah...tersenyumlah...paling tidak untuk ayahmu...”.
Dedi mengangkat dagu Virna ke atas, di usapnya air mata yang masih
menggenang di kedua kelopak mata anak tirinya itu, kemudian
dikecupnya kelopak mata yang terkatup tersebut. Sunggu sentuan yang
sangat melenakan dirasakan oleh Virna. Di saat seperti ini, ia merasa
sangat dekat sekali dirinya dengan ayah tirinya. Seakan hanya ayah
tirinya yang paling tahu apa yang menjadi kebutuhannya, apa yang
menjadi jeritan hatinya. Virna merebahkan kepalanya pada bahu Dedi,
dan ia mendekap aya tirinya dengan erat, seakan tidak mau lepas. Dedi
melanjutkan kecupannya pada kening halus dan lembut milik Virna.
Dikecupnya dengan lembut dan lama. Virna memejamkan mata, merasakan
dan meresapkan kelembutan kecupan Dedi. Hatinya berdesir, dan lebih
berdesir lagi manakala bibir Dedi yang hangat menyentuh ujung
hidungnya yang bangir. Dan tubuhnya gemetar saat bibir ayah tirinya
sampai di bibirnya dan mengecup dengan lembut. “Ah....ayah....”,
Virna merintih, serta membiarkan bibir indahnya dipagut dengan erat
oleh bibir ayah tirinya. Sejenak bibir Virna berusaha melepaskan diri
pari pagutan ayah tirinya. “Ayah....ini sebenarnya tidak.....”,
protes Virna, terputus oleh ucapan Dedi berikutnya,
“Sssttttt....sssttt....sudah Virna, jangan kamu pikirkan...biar
ayah yang menyembuhkan luka dihati kamu ya nak....ayah sayang
sekaliiii sama kamu....”, kembali bibir Dedi melumat dengan hangat
bibir indah Virna. Kali ini Virna tidak berusaha melepaskan diri
bibirnya lagi, gemetar badannya bertambah kuat, apalagi tidak lama
kemudian lidah Dedi berusaha masuk ke dalam mulut Virna. Lidah itu
meluncur masuk dan membelit lidah Virna. Begitu pandainya lidah Dedi
bermain di dalam mulut Virna, sehingga perlahan-lahan lidah Virna
terpancing masuk ke dalam mulut Dedi, dan Dedi menghisapnya. Kembali
badan Virna gemetar nikmat. Mulut mereka akhirnya lepas.
Terengah-engah napas Virna dibuatnya. Sejenak Dedi menatap matanya,
namun Virna menundukkan kepala karena malu, nampak ronsa merah di
wajahnya yang membuat wajahnya yang sudah cantik bertambah cantik di
mata Dedi. Tidak tahan Dedi dibuatnya, didekapnya tambah erat tubuh
sintal milik anak tirinya itu, kemudian dikecupnya leher Virna yang
jenjang dan mulus. Lidahnya bermain di permukaan kulit leher yang
putih dan berbulu halus, menyapu semua permukaan leher hingga ke
balik telinga kirinya, dan bahkan lidah itu menelusup masuk ke liang
telinga kirinya. “Oh...ayah....geli ayah....”, menggelinjang
Virna merasakan sapuan lidah ayah tirinya yang memabukkan itu. Namun
ayahnya tidak peduli, lidahnya kembali menyapu leher Virna yang
sebelah kanan, melakukan hal yang sama terhadap leher kirinya, seraya
secara perlahan tangannya membuka kancing seragam sekolah Virna yang
masi dikenakannya. Sedikit demi sedikit tanpa disadari oleh Virna
yang masih terbius oleh nikmatnya jelujuran lidah ayah tirinya yang
menyentuh saraf-saraf peka di leher dan liang telinganya. Akhirnya 3
kancing atas seragam sekolahnya terbuka juga. Selanjutnya lidah Dedi
kembali merayap di leher menuju ke dada dengan gerakan lembut dan
terkendali. Virna kembali merinti, matanya terpejam, menikmati dan
meresapkan kenikmatan yang diberikan oleh sapuan lidah Dedi. Sudah
hilang dan tertutup nalarnya akibat cumbuan yang bertubi-tubi itu.
Virna sudah tidak ingat bahwa yang menggelutinya adalah ayah tirinya
sendiri. Lidah Dedi bergerak kembali menyelusuri dadah puti dan halus
milik Virna. Demikian lembut gerakan lidah itu, sehingga Virna merasa
dadanya seakan dirambati ribuan semut, geli-geli nikmat. Sementara
itu tangan Dedi yang lincah, menerobos masuk ke baju seragam sekolah
Virna, menuju bagian punggung anak tirinya, melepas kaitan BH cream
miliknya. Tangan Virna sempat menahan tangan Dedi sewaktu akan
membuka kaitan BH tersebut, seraya berkata “ Jangan ayah...ohhh
Virna tidak akan tahan......”. Tapi dengan tenang dan lembut Dedi
tersenyum seraya mengecup kembali bibir Virna yang merah dan sangat
menggiurkan, tanpa membatalkan upayanya untuk tetap melepas kaitan BH
creamnya. Akhirnya terlepaslah BH cream tersebut, dan membebaskan
sepasang payudara yang sangat indah milik anak tirinya yang sangat
cantik. Sejenak Dedi termangu memandang payudara yang sudah sangat
lama diinginkannya secara diam-diam. Dan sekarang nampak menggantung
indah di depan matanya. Virna nampaknya sudah pasra, dan akan merasa
malu bila ayah tirinya memandang payudara yangs angat indah itu.
Karena itu Dedi tidak lama-lama memandangnya, dilumatnya payudara
yang berwarna putih susu itu dengan punggungnya yang berwarna
kehijauan yang menggambarkan urat-urat darah yang menuju ke puncak
gunung berupa puting payudara yang berwarma merah jambu. Payudara
yang berdiri tegak menjulang ke langit dan masih sangat kenyal.
Nampak sekali bahwa payudara ini masih sangat jarang disentuh tangan
lelaki, sehingga kekenyalannya masih sangat terasa. Hal itulah yang
dirasakan oleh Dedi saat menyentuh puting payudara yang sangat
menggemaskan itu. “Oh ayaaaaaahhhh.........”, Virna meronta
seraya meletupkan jeritan nikmatnya, kepalanya dilontarkan ke atas,
mendongakkan kepala seraya mengekspresikan kenikmatan luarbiasa yang
dirasakan di ujung payudaranya, seraya mendekap erat kepala ayah
tirinya, serta menjambak rambutnya. Lida dan mulut Dedi terus saja
melumat dan menghisap dengan kuat payudara Virna bergantian, kanan
dan kiri. Dengan rakus Dedi memasukkan payudara itu ke dalam
mulutnya, seraya menghisapnya kuat-kuat, dan lidahnya yang
berulang-ulang mneggentel putingnya yang mesra. Gelombang nikmat
mendera-dera Virna, membuat dia merintih kuat, dengan mata masih
tetap terpejam. Berulang-ulang dedi melakukan hal ini. “Bagaimana
Virna sayang...nikmat bukan ?” tanya ayah tirinya. “Oh ayah...apa
yang ayah lakukan ?...ayah membuat Virna lemas....”, jawab Virna
dengan tatapan sayu.Sementara itu tangan Dedi seperti bermata,
bergerak secara perlahan dari dada Virna menuju ke perut kemudian ke
bawah ke arah paha kemudian menyelinap di balik rok anak tirinya yang
pendek. Tangan Dedi merasakan kelembutan kulit paha anak tirinya yang
sangat halus dan berbulu halus. Ujung-ujung jarinya menari lembut di
permukaan kulit paha itu yang bergerak menuju paha bagian dalam.
Virna bergelinjang merasakan sentuhan ujung jari ayah tirinya di
pahanya, namun ia tak kuasa menolaknya. Terpaan birahi yang
bergelombang datangnya sangat tidak bisa dihindarkan oleh Virna yang
masih belum tau apa-apa tentang birahi seksual itu, sehingga badannya
lemas tak berdaya. Jari jemari itu bergerak semakin naik, sehingga
akhirnya sampai pada permukaan celana dalam Virna yang sudah lembab.
Jari itu bermain lembut di permukaan bawah dari celana dalam itu,
menyentuh kelembaban yang menggetarkan. Dedi bisa merasakan air
birahi anak tirinya sudah mengucur deras dari lubang kemaluannya, ia
tersenyum, menyadari bahwa nafsu birahi anak tirinya sudah
terbangkitkan. “Ayah.....apa yang akan ayah lakukan ?” desah
Virna sambil menatap ayahnya, saat bagian pribadinya disentuh oleh
ayah tirinya. Dedi kembali tersenyum, seraya berkata “ Virna,
tahukah kamu bahwa aya sangat menyayangimu ?....”, kata-kata Dedi
leuncur dengan lembut seraya kemudian diikuti dengan lumatan lembut
dan hisapan kuat kembali dari mulut Dedi ke payudara Virna yang
samngat mempesona itu. Dihisapnya kedua ujung payudara indah itu
bergantian kanan dan kiri sekaligus dipermainkannya putingnya dengan
memberikan gigitan-gigitan kecil pada puting yang berwarna mera jambu
itu. Virna kembali merintih kuat “ Oh ayah....nikamat
sekali....oh...Virna tidak kuat ayah.....”, kedua tangannya kembali
menjambak rambut ayahnya, seraya kedua kepalanya digelengkan ke kanan
dan ke kiri untuk mengekspresikan kenikmatan yang melanda kedua
payudara yang selama ini sangat dijaganya, bahkan terhadap Tommy
pacarnya. Payudara yang sangat montok itu tenggelam dalam lumatan
mulut Dedi yang sangat rakus. Hampir tidak tahan rasanya Virna
menerima gelombang kenikmatan yang terus menerus dipompakan ayah
tirinya.Di saat Virna sedang meregang nikmat merasakan lumatan di
dadanya, sehingga separuh kesadarannya hilang, jari –jari dedi
menerobos dari pinggir celana dalam Virna, masuk ke daerah yang
diselimuti oleh bulu-bulu halus yang menutupi lubang kemaluannya.
Jari itu terus menerobos masuk menuju gua lembab yang terasa hangat.
Dedi merasakan ujung-ujung jarinya merasakan cairan di depan lubang
vagina Virna. Jarinya mengusap lembut bibir vagina yang ditumbuhi
bulu-bulu halus tersebut, hingga akhirnya bertemu dengan sebuah benda
menonjol du ujung atas vagina anak tirinya. Akhirnya jari-jari itu
berhenti ditonjolan lembut itu, disentuhnya kemudian dimainkannya
dengan gemas. Virna berteriak hebat, “Oh
Ayah...oh....aku....aku.....” Virna tidak meneruskan kalimatnya,
karena kemudian secar tiba-tiba ayah tiorinya menarik celana dalamnya
dengan gerakan yang tak terduga, demikian cepat sehingga akhirnya
celana itu sampai di ujung jari kakinya. Tak kuasa Virna melarangnya,
begitu lemasnya seluruh badannya saat itu. Ia pun tak kuasa saat Dedi
merenggangkan kedua pahanya dan menempatkan dirinya di antara ke dua
paha indahnya. Sesaat Dedi tercenung mengamati vagina Virna yang
terbuka lebar, berwarna merah muda, dengan di pinggirnya diselimuti
bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat, tumbuh teratur disekeliling
bibirnya, tampak cairan birahi mengalir dari lubang gua yang mereka
indah itu. Inilah pemandangan yang paling sangat menggiurkan yang
pernah ia saksikan sepanjang hidupnya. Belumpernah ia mendapati
keindahan vagina sperti ini. Walaupun ia sudah berulang kali
berhubungan dengan intim dengan beberapa wanita, termasuk dengan
sekretaris-sekretaris cantik di kantornya, tapi tidak ada yang
memiliki vagina seindah ini, tidak juga Mira istrinya. Namun Dedi
menyadari, ia tidak bisa berlama-lama mengagumi vagina indah ini, ia
tahu Virna akan sangat malu bila vaginanya terlalu lama dipandang,
sehingga bisa-bisa ia akan menutup paanya kuat-kuat dan tidak mau
disentuh lagi. Dedi segera memajukan mukanya, tercium bau vagina yang
khas dan sangat menggetarkan batin Dedi. Inilah bau vagina perawan.
Mulutnya menyentuh permukaan bibir vagina anak tirinya, membuat Virna
bergetar hebat. Lidahnya menyapu lubang vaginanya, merasakan cairan
vaginanya yang terasa nikmat di lidahnya, kemudian lidah itu
menyusuri vagina sehingga ke sudut atas dan bertemu dengan tonjolan
merah sebesar kacang tanah. Digerak-gerakkan lidah itu mempermainkan
klitoris yang sudah mekar tersebut, dijungkit-jungkitkannya ke atas,
ke kanan dan ke kiri. Virna melotot dan melengkungkan punggungnya
menahan kenikmatan yang melanda vaginanya, sera berdesah “
Oh....geli sekali ayah...oh...Virna tidak tahan....oh ayah....jangan
siksa virna ayah...ohhh.....”. Dedi tidak peduli terus
mempermainkan lidah dan mulutnya di vagina anak tirinya, sementara
kedua tangannya masih meremas dan mempermainkan kedua payudata indah
itu seraya menggentel-gentel putingnya. Tiba-tiba, dedi menjepitkan
ke dua bibirnya pada klitoris Virna, giginya digigitkan secara lembut
dan perlahan dan diakhirinya dengan isapan yang sangat kuat pada
klitoris Virna. Akibatnya sangat hebat, Virna menjerit kuat, sangat
kuat sehingga membahana di seluruh rumah, tidak peduli terdengar
orang lain atau tidak, mengekspresikan gelombang kenikmatan yang
datang melanda vagina dan seluruh tubuhnya, tubuhnya menggelinjang
kuat, kepala di dongakkan ke atas dengan kedua bola mata setengah
terpejam dan hanya nampak bagian putihnya saja, disertai dengan
jeritan “ Oh ayahhhhhhhh....Virna keluarrrrr........oh
ayahhhhh......nikmaaaaaaat
bangetttt....oh....crot......crot......crot....... crot......”,
mengalir deras cairan dari lubang vagina Virna, dijilat dan ditelan
habis oleh mulut Dedi. Mulut Dedi sangat rakus menjilati dan
menghisap cairan yang keluar dari lubang kemaluan anak tirinya, tanpa
rasa jijik sama sekali. Bersih dan tuntas cairan itu dijilati, bahkan
samapi getaran tubuh Virna berhentipun mulutnya masih menjilati
seluruh permukaan vagina anak tirinya itu. Lemas tubuh Virna
dibuatnya, terasa terbang rasanya di awang-awang, seakan-akan
tubunhnya mengapung tinggi di awan. Belum pernah ia merasakan
kenikmatan yang asing seperti ini. Oh sungguh nikmat sekali rasanya.
“Bagaimana sayang, nikmat gak rasanya ?” Dedi berkata lembut
seraya tersenyum pada anak tiri yang sangat disayanginya itu, sambil
memeluknya hangat dan membelai lembut rambutnya. “Oh ayah.....Virna
....Virna.....apa yang ayah lakukan pada Virna....”tak kuasa Virna
menjawab langsung pertanyaan ayahnya, memerah muka Virna mendapat
tatapan ayahnya yang menggoda.“Bagaimana, apa hatimu masih sakit
setelah ayah hibur tadi ?” lagi-lagia ayahnya menggoda.
“Ayah.....ayah.... keterlaluan menggoda Virna”, memukul lembut
Virna ke dada ayahnya dengan gemas, sambil mulutnya merengut. Dedi
tidak tahan, direngkuhnya tubuh sintal anak tirinya dikecupnya lembut
bibirnya dan dipeluknya erat. “Kapan-kapan boleh ayah lakukan lagi
yang lebih enak sayangku ?” tanya ayahnya pada Virna. Virna pun
mengangguk seraya berkata “Mau....ayah....Virna mau lagiiiii.....”,
Virnapun mendekap erat ayahnya di sofa itu. Mereka kemudian tertidur
di sofa itu. Sebelum tidur Dedi berpikir, langkah pertama sudah
tercapai, tinggal langkah-langkah berikutnya, sehingga suatu saat
anak tirinya ini akan mau menjadi budak seksnya