Namaku Sen Sen, Aku adalah seorang
wanita keturunan chinese yang tergolong cantik dan sexy, itulah
penuturan setiap laki-laki yang pernah menikmati tubuhku. Saat ini
usiaku sudah 35 tahun, tinggi 167, ukuran Payudara 36D dan mendapatkan
seorang anak yang berusia 5 tahun dari seorang suami keturunan chinese
yang berusia 55 tahun.
Kejadian ini berawal karena komputerku
yang error operating systemnya, sehingga aku menghubungi salah satu
toko komputer untuk memperbaikinya.
“Halo dengan toko powell komputer?”
“Iya halo juga,” suara laki-laki menyambut diseberang sana.
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Dengan Didit, bisa saya bantu?”
“Komputer saya error nih windowsnya bisa dibantu?”
“Oo bisa”"Kapan Didit bisa ke tempat saya untuk service?”
“Sekarang juga bisa”
“Ok kalau gitu saya tunggu. Alamatnya di..”
“Ok saya langsung kesana”
Sebenarnya beberapa saat lagi aku
harus pergi ke pesta sehingga aku harus siap-siap merias wajah dan
berpakaian pesta. Saat itu aku mengenakan gaun backless cukup pendek
yang diikat tali dibelakang leher berwarna pink sehingga memamerkan
bagian paha aku yang cukup membuat laki-laki menelan air liurnya. Selain
memamerkan paha saya, punggung saya terbuka hingga lekukan pinggang.
Setiap orang yang melihat pasti tahu kalau saat itu saya tidak
mengenakan bra sama sekali. Tapi saya mengenakan CD g-string berwarna
pink serta sarung tangan panjang warna putih sampai di siku lengan.
Terkadang saya suka khawatir kalau ada
mata yang menatap lekat bagian pangkal paha saya, karena saya
membiarkan semua yang tumbuh disana liar tanpa sentuhan tangan manusia
sama sekali. Sepatu hak tinggi berwarna putih juga menghiasi kakiku yang
cukup serasi dengan warna putih juga.
Setelah selesai aku duduk di sofa
menunggu kedatangan Didit sambil nonton TV dan menghisap rokok marlboro
hijau. Dan tidak lama kemudian aku mendengar ketukan dipintu.
“Siapa??”
“Maaf apa ini dengan Tante Eliza?”
“Iya betul,” kujawab sambil membukakan pintu apartment.
“Anda siapa?” kutatap seorang pribumi
yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat
dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
“Ehmm saya dari Powell Komputer”
“Oh silakan masuk,” sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
“Ini komputernya yang error”
Dari caranya berjalan dan tutur
katanya, aku dapat menilai kalau dia sedikit pangling dan grogi
berdekatan dengan diriku. Setelah tiba di hadapan komputer, dia langsung
menekan tombol power dan berkata.
“Saya cek dulu Tante”
“Silahkan”
Kemudian aku duduk di sofa dan
melanjutkan nonton fashion TV. Aku tidak menyadari kalau sesekali
matanya melirik ke aku yang mengenakan gaun sexy itu. Aku menumpangkan
kaki kiri ke kaki kanan sehingga bagian bawah gaun aku sedikit tertarik
keatas, membuat paha aku semakin nikmat ditonton oleh laki-laki pribumi
itu.
“Ehmm Tante bisa nggak komputernya diformat, soalnya harus diinstall lagi”
Aku tahu dari awal bahwa memang dia
ingin menatap tubuh aku yang sintal bukan untuk menanyakan hal itu.
Akhirnya aku mempersilahkan duduk di sofa tempat dimana aku duduk di
sebelahnya karena aku tidak terbiasa berbicara dengan berteriak.
“Ehmm iya Tante” dia berjalan sambil menatap paha aku yang terlihat sangat mulus sekali.
“Berapa lama untuk install komputer?”
“Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??”
Dia mencoba untuk memperbanyak omongan karena dia masih ingin duduk di dekatku yang mengeluarkan bau harum sekali.
“Soalnya Tante harus segera pergi ke pesta 15 menit lagi”
Aku menurunkan kaki dan mengambil minuman di meja dengan setengah membungkuk.
“Didit mau minum apa?” kulihat dia tampak bingung dengan pandangan tertuju ke kakiku.
“Mau Tante”
“Air putih atau soft drink”
“Terserah Tante aja”
Aku kemudian meneguk minuman di gelas
dan meletakkan di meja sambil mengambil bungkusan rokok marlboro dan
mengeluarkan isinya. Kemudian sebatang rokok terselip di bibir aku dan
aku tampak kebingungan mencari korek yang tertinggal entah dimana. Didit
melihat aku mencari korek yang tidak ketemu, kemudian dia langsung
menyodorkan zippo.
“Nich Tante”
Kumemajukan sedikit tubuhku sehingga
gaunku yang belahan dadanya rendah memamerkan tetekku yang tidak memakai
BH. Setelah rokok tersulut aku lemparkan senyum kecil.
“Makasih dit,” sambil menghembuskan asap rokok.
Aku tahu persis jika Didit saat itu terpesona dengan tetek yang menantang di dadaku itu.
“Kalau mau ngerokok isap saja,” aku mengambil bungkus marlboro hijau dan membukanya tapi ternyata kosong.
“Ehhmm saya ada Tante, saya suka yang merah” matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
“Sebentar ya dit Tante ambil minuman dulu”
Aku berjalan ke dapur dengan melenggak-lenggokkan bongkahan pantatku yang aduhai ini.
“Iya Tante,” jawabnya dan aku yakin sekali kalau Didit melihat pantatku yang melenggak lenggok itu.
Aku kembali membawa sekaleng coke dan
sedotan kemudian duduk di sebelah kiri Didit, tanpa kusadar posisi
dudukku sangat dekat sekali dengannya. Kuberikan minuman itu ke
tangannya.
“Makasih Tante, kirain mo dikasih minuman yang seger-seger Tante,” katanya sambil tersenyum.
“Didit bukannya bilang dari tadi,
minuman apa yang Didit mau?” kupancing arah pembicaraannya dengan
sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor
kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
“Minum susunya,” jawab Didit yang mulai mencoba menggoda aku.
Yang terbersit dalam pikiranku saat
itu adalah pasti Didit berpikir kalau ketiak aku saja mulus apalagi
sesuatu yang tersembunyi di dalam selangkanganku.
“Sorry Dit, Tante belom belanja ke
supermarket jadi nggak ada susu” jawabku pura-pura dan kembali menghisap
rokok sampai pipiku terlihat kempot.
“Ada kok Tante” matanya melirik ke tetekku.
“Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas
ada susu,” jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki
pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.
Kemudian aku melanjutkan mengikat rambut dengan kedua tangan, tapi rokok tersebut masih melekat di bibirku.
“Ada Tante masa Tante nggak sadar sich kalau ada?” jawab Didit sekenanya karena aku yang selalu menantang terus.
Kusudahi sandiwaraku dengan menjawab, “Iihh Didit.. Ini kan punya Om” aku sambil tersenyum kecil.
“Oo punya Om yahh.. Kalau saya minta dikit gimana Tante” sambil tersenyum nakal.
“Nggak boleh, nih kalau mau keringat
di ketiak Tante” tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih
terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
“Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja,” jawabnya yang semakin bersemangat.
“Apa sih bonusnya”
Aku mulai tersenyum binal. Aku saat
itu sudah tidak ingat daratan lagi, karena selama ini aku selalu tidak
mendapat kepuasan baik dari suami ataupun pacarku sebelum aku married
yang keturunan chinese. Hari ini aku ingin mencoba kemampuan seorang
pribumi yang pekerjaannya hanyalah sebagai teknisi. Perlu diketahui
bahwa apartment itu adalah apartment yang kubeli secara
sembunyi-sembunyi, sehingga suami aku, orang tuaku dan saudaraku tidak
mengetahuinya.
“Susu itu tadi Tante”
“Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih”
“Masa nggak dapet bonusnya Tante?”
“Nggak ada bonus, hihihi” jawabku sambil tertawa kecil.
Aku tahu persis Didit sedang berusaha bagaimana caranya agar mendapatkan tetekku.
“Iya dech asal ketiak Tante mau dielus-elus” sambil tersenyum.
Aku mematikan rokok di asbak dan kembali bersandar sambil mengangkat kedua tanganku dan menekuk meraih sandaran sofa.
“Mau elus yang kiri, tapi jilat yang kanan” saat ini aku memang sudah terbakar untuk mereguk kenikmatan dari pribumi ini.
“Yang bener nich Tante?”
Didit mulai meraba ketiakku sampai mendekati tetekku yang sebelah kanan.
“Gelii Ditt” aku mulai merasa geli
sambil menggeliatkan badan dan kedua tanganku yang memegang sandaran
sofa mencengkram erat sekali.
“Achh nggak apa-apa kok Tante” sambil
terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai
pinggiran tetekku yang kanan.
“Udah Ditt gelii” badanku mulai
melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak
menantang yang berukuran 34B ini.
“Kan belum dijilat Tante, masa mau
udahan” tangan kiriku berusaha mendorong tangan Didit yang masih berada
disekitar ketiak dan pinggiran tetekku.
“Udah deh gelii Tante nggak tahan” tangan kananku mulai merengkuh bahu kanannya.
Kemudian Didit mengubah posisi dari
jilatin ketiakku sampai pinggiran tetekku yang masih berlapiskan gaun
satin itu dan memainkan lidahnya di pinggiran tetekku.
“Didit udah dong Tante kegelian nih”
Tangan kanannya yang sedang asyik
mengelus-elus ketiak kiriku mulai ada dipinggiran tetekku yang sebelah
kiri sambil meremas-remas lembut tetek kiriku. Aku tertawa menahan rasa
geli yang teramat sangat sambil tangan kananku meremas-remas rambut
Didit yang licin karena aku menggunakan sarung tangan yang terbuat dari
bahan licin.
Didit tampaknya tahu kalau aku mulai terangsang maka kedua tangannya saat ini sedang meremas-remas lembut kedua tetekku.
“Sebentar lagi enak kok Tante”
Lidah dan bibir tidak ada
henti-hentinya mempermainkan ketiak kanan plus pinggiran tetek kananku
sehingga kepalanya terjepit di sela-sela ketiak kananku yang memegang
bahunya sambil meremas-remas kaos yang dipakainya karena menahan geli.
Saat itu aku ingin tahu kelanjutan keberanian Didit untuk menikmati
tubuhku yang mulus ini dengan berusaha bangkit berdiri.
“Udah stopp!!”
Ternyata Didit menahan tubuhku untuk
berdiri, kedua tangannya semakin liar meremas-remasnya dikedua tetekku
yang masih terbungkus gaun satinku. Kemudian mulutnya pun mulai mengarah
ke tetek kananku. Tangan kiriku mendorong kepalanya dan tangan kananku
menampar pipi kanannya.
“Plakk!!”
“Apa yang Didit lakukan hah!!”
Aku mencoba berpura-pura, dan menunggu
keberaniannya untuk menikmati wanita chinese yang selama ini tidak
pernah diperlakukan atau disentuh oleh laki-laki pribumi apalagi seperti
Didit yang hanyalah seorang teknisi. Ternyata tindakanku tadi
membuatnya semakin garang. Kedua tangannya kembali hinggap dan
meremas-remas tetekku dua-duanya, terkadang memainkan puting dari luar
gaun satinku.
“Oohh Ditt.. Ampunn jangan terusinn
Tante mau ke pestaa” kata-kataku mulai terbata-terbata menahan rasa
tegangan yang mulai mengalir ke ubun-ubun.
“Kita pesta sendiri saja Tante”
Tangan Didit masih memainkan kedua
putingku, dan mulutnya bergerak semakin mendekat ke tetek kananku. Didit
mulai membuka ikatan gaun satinku yang berada dibelakang leher agar
mulutnya dapat melahap bebas kedua tetekku yang tidak memakai BH.
Setelah gaunku merosot hingga ke perut mulutnya langsung mengulum habis
tetek kananku yang terlihat putingnya berwarna merah kecoklatan.
“Sshh bajingan kamu Ditt..”
Aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya
bergerak dengan lincah memainkan puting tetek kananku itu. Sedangkan
tangannya yang satunya meremas-remas lembut tetekku yang sebelah kiri.
“Bajunya jangan diberantakin Dit.. Sshh.. Nanti Tante harus pergii.. Oohh”
Setelah puas dengan tetekku yang kanan
mulutnya pindah ke tetek kiriku. Sedangkan tetekku yang kanan dimainkan
dengan tangan kirinya.
“Suka ngisep tetek cina Ditt sshh” kupancing Didit dengan kata-kata yang menggairahkan sambil kedua mataku terpejam.
“Suka banget Tante” Didit semakin kuat menyedot-nyedot tetek kiriku.
“Pernah ngentotin wanita cina nggak Ditt aahh”
“Belum Tante..”
Kedua tanganku meremas-remas rambut
Didit yang terasa sangat licin karena sarung tangan satin yang kupakai.
Tangannya berpindah meraba dari perut sampai bagian bawah gaunku yang
sudah tersingkap kemana-mana. Didit mengelus-elus terus paha kananku
bagian dalam. Sedangkan mulutnya pun tidak pernah diam untuk memainkan
tetek kiriku.
“Kalau mau ngentotin cina, Tante kasih waktu 10 menit Dit.. Mmhh” aku meregangkan kedua pahaku sehingga terbuka lebar.
“Nggak cukup Tante..”
Tangannya mulai semakin keatas paha
bagian dalam, hingga tangannya menyentuh CD g-string ku. Jari tengahnya
mencoba bermain diatas CD g-string ku.
“Harus cukup Ditt.. Sshh oohh.. Besok bisa dilanjutin lagi.. Mmhh” sambil terpejam nikmat.
“Maunya saya sekarang Tante”
Tangannya mulai mengelus-elus lembut
diatas CD g-string ku yang mulai basah. Kadang mengelus-elus kadang
Didit menekan-menekan sedikit pas diatas memekku yang berjembut lebat
sehingga CD g-string ku tidak dapat menutupi lebatnya jembutku ini.
Jembutku yang tidak tertutup CD g-string ku juga sesekali terkena
usapan.
“Tante harus pergi.. Sshh.. Kalau
tidak pergi.. Besok Didit nggak bisa ngentotin Tante lagi.. Oohh..”
rangsangan yang kudapat begitu hebatnya.
“Besok yah besok Tante, sekarang kita ngentot aja” tangannya masih terus mengusap memekku dari luar CD.
Didit semakin memberanikan diri, bukan
tangan saja, tetapi jari-jarinya dimasukin ke CD g-string supaya
menyentuh langsung ke bibir memekku.
“Sshh Ditt.. Tante bisa digampar Om
kalau nggak pergi sekarang.. Makanya tolong Tante.. Mmhh.. Kalau mau
entotin Tante.. SEKARANG!!” aku berteriak saking tidak dapat menahan
rangsangan.
“Ok Tante”
Didit mulai menarik CD g-string ku
hingga lepas, tapi aku tetap mengenakan sepatu hak tinggiku. Posisiku
saat itu masih bersandar disofa dengan pakaian yang sudah tidak karuan
lagi. Didit menatap kawah yang sudah amat sangat basah itu dan tercium
bau harum ciri khas memek.
“Bentar Tante aku mau bikin Tante semakin horney lagi..”
“CEPETAN BAJINGAN,” teriakku semakin tidak sabar.
Mulutnya mulai menciumi dari paha dan
akhirnya tertuju ke terminalnya atau memekku. Lidahnya langsung
menyentuh pinggiran memekku.
“Aahh,” aku berteriak sambil menggeliat.
Akhirnya Didit mulai menjilat memekku
dari bagian pinggir. Tanganku menarik kepalanya semakin dalam terbenam
di selangkanganku. Sesekali mulutnya menyedot-nyedot bagian dalam
memekku.
“Aahhnjingg enakkhh”
Aku meremas rambutnya dengan dua
tanganku yang memakai sarung tangan. Lidahnya mulai bermain di itilku
yang sudah membesar itu sambil terkadang disedot-sedot.
“Bajingann.. Terussinn aahh cepett”
Badanku menggeliat-menggeliat tidak
karuan ke sana kemari. Lidahnya terus bermain didalam memekku, kedua
tangannya juga mengangkat kedua kakiku agar mudah lidahnya menjilati
setiap bagian dari memekku. Dia trus bermain di memekku dengan rakusnya.
Tangan Tante kiriku akhirnya memegang betis kiri dan tangan kanan
memegang betis kanan sehingga kedua kakiku saat itu terangkat keatas
membentuk huruf V untuk memudahkannya melahap habis memekku.
“Terusshh” aku semakin bernafsu karena
selama ini aku belum pernah merasakan dijilat memeknya. Didit terus
menjilat memekku yang sudah basah sekali dari bawah keatas, dari atas
kebawah terus diulang-ulang. Badanku tergetar-getar dan kepalaku
menggeleng terus ke kiri dan kekanan, sedangkan pinggulku
berputar-putar.
“Tantee udahh nggaak tahaann oohh”
Lidahnya menerobos masuk ke dalam
memekku lalu ditarik lagi, itu terus dilakukannya berulang-ulang, dengan
diselingi sedotan ke memekku. Aku yang tidak kuat menahan kenikmatan
ini akhirnya kedua kakiku menjepit kepalanya dan tanganku menggapai
langit-langit yang tidak bisa diraih sedangkan badanku membusung
kedepan. Aku lalui orgasme dengan teramat sangat indahnya yang
melambungkan diriku ke impian yang selama ini tidak pernah kudapatkan.
Semburan demi semburan terus keluar dengan tubuhku yang berkelojotan.
Didit tahu kalau aku sudah orgasme, sehingga Didit semakin kuat menyedot-nyedot belahan memekku.
“Aahhnjingg bangsatt oohh enakk”
Memekku basah kuyup setelah orgasme
yang begitu deras. Lidahnya ternyata belumlah berhenti memainkan itilku,
tangan kirinya meremes-meremes tetek kananku. Tubuhku masih tersandar
disofa dengan gaun yang masih terpakai tapi sudah tersingkap
kemana-mana. Karna basahnya teramat sangat, gantian tangan dengan kedua
jarinya bermain dipinggiran memekku.
“Cepet Dit kalau mau ngentot.. Mmhh.. Sisa waktu Tante tinggal 5 menitt.. Sshh”
Kedua pahaku masih berada di bahunya
kiri dan kanan. Tangannya masih mengusap-mengusap memekku, kadang Didit
memainkan itilku dengan jari-jarinya. Aku mencoba berdiri sehingga
kepalanya terjepit diselangkanganku. Gaun bagian bawah turun menutupi
wajahnya, sedangkan gaun bagian atas kurapikan dengan mengikat kembali
simpul dibelakang leherku.
Posisi seperti ini membuat mulutnya
pas berada dibawah memekku, dan Didit memberikan sedotan yang kuat. Aku
mencondongkan tubuh Sedikit kedepan karena tidak kuat menahan sedotan di
memekku. Tangan kananku menekan kepalanya yang tertutup bagian bawah
gaun satinku. Didit mengulangi lagi sedotan itu cuma sekarang yang jadi
sasarannya adalah itilku yang kena disedot.
“Ahhnnjingg.. Enakkhh..” aku tidak
kuat akhirnya menahan tubuh dengan kedua tangan diatas meja tamu
sehingga posisiku jadi menungging. Lidahnya bergoyang menikmati itilku
kekanan kekiri, sedangkan tangannya mengelus-elus pahaku.
“Entotin Tante Ditt.. Tante udah nggak
tahannhh..” setengah berteriak sambil mendesah kuat. Tangannya mengelus
puserku, mulutnya masih asik bermain dimemekku.
“Buka celananya Ditt.. Tante mau lihat kontol.. Sshh oohh”
Aku sudah tidak sabar ingin melihat kontol yang selama ini terbayang begitu besar dan kuat.
“Ok Tantee..”
Didit sambil mempermainkan memekku,
kemudian dia berdiri untuk membuka celana dan CD nya sendiri. Didit
langsung mengacungkan kontolnya yang sejak tadi ngaceng keras. Aku
melihat kontol yang begitu besar dengan nafsunya karena tidak seperti
kontol biasa, memekku sudah gatel sekali rasanya ingin dientot oleh
kontol itu.
“Duduk Dit di sofa.. Please” aku mencoba untuk memohon.
“Yupss..” Didit langsung duduk di sofa dengan kontolnya berdiri tegak seperti monas.
“Baju Tante jangan dibuka ya dit..”
Aku masih berdiri dan meremas-remas kedua tetekku dengan tanganku yang terbungkus sarung tangan.
“Nggak apa-apa Tante..”
Tangannya kembali menerobos masuk dari
bagian bawah gaun satinku dan mulai mengelus-elus memekku lagi. Aku
menampar pipi kanannya dengan tangan kananku. Plakk!!
“Bajingan kamu Ditt sshh”
Aku langsung mengangkat gaun satin
bagian bawah dan berlutut disofa diatas kontolnya. Jari tengahnya
berusaha masuk dan akhirnya bisa walau sedikit menembus ke memekku.
Didit langsung mengobok-obok isi memekku. Serangan tiba-tiba membuatku
tidak kuat dan dengan kedua tangan bertumpu di bahunya.
“Aahhnjingg sshh” aku mendesah keenakan.
Tangan satunya membuka gaun satinku bagian atas, mulutnya langsung mengulum tetekku. Tangannya terus bermain di dalam memekku.
“Aahh” aku membekap kepalanya sehingga terbenam di tetekku.
Mulutnya terus menyedot-nyedot
tetekku. Tangan kiriku menggapai kontolnya lewat belakang pantatku.
Memekku yang dimainkan dengan jari-jarinya membuat memekku mulai basah
kembali. Aku mencoba meremas-remas kontol yang gede dan hitam itu.
“Achh pelan-pelan dong Tante” Didit keenakan dan semakin kuat mengobok-obok memekku sambil memainkan itilku.
“Sshh masukin Ditt.. Tante mau kontol.. Pleasee” aku semakin tidak sabar untuk dientot sama Didit.
“Ok Tantee” Didit mulai naik sedikit agar kontolnya bisa masuk ke memekku.
“Achh” aku merasakan kepala kontolnya
masuk dan ditarik kembali. Dan kontolnya dimainkan diatas memekku dulu,
Didit sentuh-sentuhkan ke itilku.
“Masukin bangsatt!! Oohh” memekku terasa semakin gatal dan aku menjadi wanita binal dibuatnya.
“Yupss” Didit kembali memasukan setengahnya lalu diputar-diputar kontolnya, dan ditarik sedikit lagi.
“Seret Tantee.. Memek Tante masih sempitt achh..”
Didit mulai meracau tidak karuan. Aku
tidak kuat menahan kontol yang begitu besar masuk ke memekku. Aku
langsung melampiaskan dengan mengulum bibirnya dengan buas sambil
meremas-remas rambutnya.
“Mmhh” aku bergumam menikmati sodokan kontolnya yang begitu nikmat. Didit langsung menekan kontolnya lagi dan bless..
“Aduhh enak banget memek Tantee achh” Didit berteriak kenikmatan karena ini yang pertama kali baginya ngentotin memek cina.
“Aahhnnjingg!! Ennakkhh!!”
Kemudian aku mengulum bibirnya dengan
lembut. Didit menarik pelan-pelan kontolnya, lalu mendorong lagi
kontolnya. Sedangkan lidahnya bermain di mulutku. Terkadang Didit
bergerak memutar pantatnya agar kontolnya ikut bergoyang dimemekku. Aku
mengimbangi putaran kontolnya dengan berlawanan arah.
“Ditthh.. Sshh..” aku mendesis
merasakan kontol yang begitu penuh berputar-putar di dalam memekku.
Didit bergoyang kekanan dan kekiri sambil memaju mundurkan pantatnya.
“Sshh Tante enak banget Tantee truss
Tantee” erangannya karena aku menggoyangkan pinggul maju mundur kadang
berputar sambil memainkan otot dimemekku.
“Sshh Ditt.. Mmhh”
“Achh Tante truss enak Tantee”
Didit rupanya sangat ketagihan dengan
permainan memek yang kulakukan terhadap kontolnya. Aku kembali mengulum
bibirnya dengan lembut. Sedangkan Didit mengimbangi goyanganku sambil
tangannya meremas-remas tetekku, kadang sambil memainkan putingku.
“Terusshh Ditthh kontol kamu enakkhh sshshh”
Aku benar-benar ketagihan dibuatnya,
kemudian aku sedot-sedot lidahnya. Diditpun tak ingin kalah dengan
menyedot juga lidahku. Tangannya mash menempel di putingku sambil
memainkan dengan jari-jarinya yang kasar. Aku bergerak naik turun
semakin cepat karena memekku sudah basah sekali sehingga jalan keluar
masuknya kontol menjadi lancar sekali.
“Ayo Ditt.. cepet keluarinn hhss” aku
yang sudah berada diujung titik kenikmatan berteriak sambil mengangkat
kedua tanganku keatas meremas-remas rambutku sendiri. Kemudian tangannya
meremas-remas kuat di tetek ku karena Didit tahu kalau aku akan keluar.
“Iyahh tanntee truss Tante enakk” sambil kadang tangan yang satunya mengelus-elus perutku yang mulus.
“Achh enak Tantee memek Tante enak sekalii”
“Ini memekhh apa Dittsshh..” aku bergerak naik turun dan memutar semakin gila.
“Memek yang enakk Tantee memek chiness Tantee achh”
Diditpun terbawa dengan liar menggerakkan pantatnya.
“Cephheett Ditthh kita keluar barengghshshh”
Aku merasakan nafsu sekali dikatakan
memek cina, sehingga aku sudah tidak kuat menahan detik-detik yang
teramat sangat indah itu selama hidupku.
“Ok Tantee okkhhss”
Aku menekan kuat memek kebawah dan
menggesekkan maju dan mundur dengan cepat. Kedua tanganku terus
meremas-remas rambutku sendiri sehingga berantakan. Karena permainanku
yang hot ini otot-otot seluruh tubuh Didit tampak bergerak disuatu
tempat untuk melakukan finishingnya.
“Ayoo tanttee kita main yang lebih hottss”
Didit meremas tetek ku dan memainin putingku dengan kedua jarinya sambil menjepit-menjepit putingku.
“Diditt bangsshhaat teerruss!!” teriakku semakin binal sambil memutar-memutar kontol Didit yang terbenam penuh di memekku.
“Accduhhss enakss Tantee” Didit mulai menyedot-nyedot putingku bergantian.
“Cepett Ditthh semprott pejunyaa
sshh!! tanthhee udahh gaa tahhaann!!” teriakku semakin kencang kemudian
aku mengulum bibirnya dan menekan kepalanya sehingga rapat sekali
wajahku.
“Tahan bentar Tantee” suaranya kacau akibat bibirku itu mendekati bibirnya.
Setelah deket langsung Didit langsung
menyantap bibir sexy yang kumiliki. Tak lepas pantat dimaju-mundurkan
kadang bergoyang yang semakin cepat gerakannya. Aku melawan terus dengan
memainkan otot memekku sekuat tenaga agar Didit orgasme. Tubuhku terus
menggeliat karena nikmat yang tiada tara ini.
“Tantee truss achhss ayo Tante kita
keluarinn Tante dah mo muncrat lomm Tantee achh” teriaknya yang udah
mulai kewalahan tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk orgasme.
“Aahhnnjinngg” aku bergoyang dengan amat sangat liar dan akhirnya tubuhku mulai menggelepar-gelepar.
“Ayo dit Tante mau keluarr”
“Ayokk Tantee keluarin didalemm yah Tantee achss”
“Aasshh”
Akhirnya titik puncak itu dapat kuraih
dengan begitu indahnya selama hidup ini. Tubuhku mengejat-mengejat
Sambil memeluk Didit erat sekali. Anganku melayang jauh merasakan
gelombang orgasme yang sedemikian hebat yang belum pernah kurasakan
sebelumnya dengan kontol ini.
“Achhzz” Didit menyemprot begitu kuat dan derasnya didalam memekku. Crot berulang-ulang.
“Aahhmmhh” aku kembali bergumam di alam mimpi yang indah ini.
Bibirnya mengecup bibirku yang ranum
dan aku langsung mengulum bibirnya dengan liar sambil memeluknya yang
tercium bau aroma khas itu. Tangannya mengelus tetekku lembut.
“Memek Tante enak sekali yahh gilee bener Tante uueennaakk Tante” bisiknya perlahan dengan napas yang masih terengah-engah.
“Dit Tante puas sekali hari ini” aku
tersenyum dan berbisik ditelinganya sambil tetap memeluk tubuhnya
kemudian mengecup bibirnya dengan lembut dan perlahan.
“Baru kali ini Didit ngentot sama
wanita yang hebat.. Tante benar-benar hot sekali” jawabnya puas. Tangan
kananku memegang pipinya.
“Tante harus pergi sekarang Dit..”
Didit memandangi wajahku yang sangat cantik ini.
“Ohh iya Tantee” tak terasa kontolnya masih didalam memekku.
“Besok Tante mau jalan-jalan ke mal, Didit mau ikut?”
“Kalau nggak ngerepotin Tante boleh juga Tante”
Aku peluk erat tubuhnya berbau sangat menyengat itu seakan tidak ingin kehilangan dan mengecup keningnya.
“Didit nggak malu ke mal sama Tante?”
“Kenapa musti malu dan karena apa Tante?”
“Nanti orang-orang kirain Didit
simpenan Tante” candaku manja dengan suara setengah berbisik dengan
napas yang masih terengah-engah.
“Yah nggak apa-apa lagi Tante.. atau
mungkin Tante malu jalan sama Didit nich?” sindirnya sambil mengecup
lembut ke bibir ranumku.
“Mmhh Ditt.. Kalau Tante sih bangga bisa bawa anak muda di mal..”
“Kalau anak mudanya jelek gimana Tante?” sambil tersenyum menyatakan kejelekan wajahnya.
“Biarin.. Mereka nggak tahukan kalau
jelek-jelek kontolnya bikin nggak bisa tidur-tidur 7 hari 7 malam
hihihi” candaku sambil tersenyum.
Kemudian aku bangkit berdiri sehingga
kontolnya keluar dari memekku. Aku merapikan gaun satinku yang tidak
kusut dan terbuka itu serta rambut yang berantakan.
“Tante mau nggak kalau Didit dijadikan simpanan Tante??” sambil membantuku merapikan gaun pestaku.
Aku duduk di meja ruang tamu yang
pendek itu sambil menghias kembali dandanan yang berantakan. Dalam
hatiku berkata mau Dit, kontol kamu enak sih..
“Didit mau jadi simpenan Tante soalnya memek Tante legit sich” candanya sambil merayuku.
“Udah beresin pakaian Didit, Tante harus berangkat” aku menarik sarung tangan yang sedikit turun di pergelangan tangan.
“Iya Tantee” Didit menarik CD dan celana jeansnya ke pinggangnya. Aku beranjak ke depan pintu apartment karena tergesa-gesa.
“Tunggu Tante” sambil merapikan pakaiannya yang sudah dikenakannya.
“Sorry Tante nggak bisa antar Didit, soalnya Tante udah telat 15 menit nih”
“Ohh ya dech Tante.. nggak apa-apa
daripada ketahuan Om nanti kita nggak bisa ngentot lagi” sambil
tersenyum dan berharap rupanya dia untuk ngentotin aku lagi.
Aku buka pintu apartment dan
menunggunya untuk keluar terlebih dahulu. Sambil keluar Didit mencuri
untuk mengecup bibirku dengan gerakan yang amat sangat cepat khawatir
ada yang melihatnya. Aku tarik tangannya agar masuk ke dalam dan
membiarkan pintu terbuka kemudian kupeluk erat sekali tubuhnya seakan
rindu dan kangen sama orang yang jelek dan bertubuh bau ini.
“Jangan cium Tante lagi nanti berantakan”
“Ok Tantee”
“Tante cuma ingin pelukin Didit mmhh”
“Habis bibir Tante itu sich”
“Kenapa bibir Tante?” kupancing sambil berbisik mesra dan ternyata dia membalas dengan memeluk tubuhku erat-erat.
“Bibir Tante sexyy buanggett..” dibisikan di dekat telingaku.
“Kontol kamu enak Ditt..” candaku yang
sebenarnya aku berharap bisa ngentotin dia lagi sambil menekan lagi
tubuhnya hingga rapat.
“Apalagi memek Tante legit buangett” aku mulai membayangi andaikan memekku ini hanya dientotin sama dia terus.
“Makasih ya Dit.. Tante harus pergi..” aku cubit pipinya dengan tanganku yang bersarung tangan sehingga cukup licin dikulitnya.
“Ok Tante ntar hubungi saja kalau ingin ngentot lagi yah” Didit berharap.
“Makasih juga Tante telah bikin Didit puas dan nggak terlupakan, soalnya Tante wanita chinese pertama yang Didit entotin”
Aku tersenyum manis dan beranjak keluar dari apartment. Diiringi Didit yang langsung kembali menuju ke toko tempat dia bekerja.
“Halo siang, bisa bicara dengan Didit?”
“Iya saya sendiri, ini dengan siapa yahh?”
“Ini Tante, Dit”
“Eh Tante apakabar”
“Baik, katanya Didit mau temenin Tante ke mal hari ini, gimana bisa nggak?”
“Ehmm bisa-bisa Tante”
“Nanti dari mal langsung ke tempat Tante ya untuk instal komputer Tante”
“Iya Tantee, memang Om nggak ada Tante?”
“Om di rumah Dit, Didit lupa ya kalau ini apartment pribadi Tante”
“Oo…”
“Didit bisa langsung ke mal A dan tunggu di depan counter B”
“Bisa Tante, sekarang juga Didit siap-siap Tante”
“Ok ati-ati dijalan ya Dit” aku akhiri pembicaraan itu dan langsung segera berangkat.
Tak lama kemudian aku sudah tiba di
cafe B dan mencari posisi yang sedikit gelap dan jauh dari keramaian
karena khawatir ada yang mengenaliku. Aku mengenakan kemeja tanpa lengan
dari bahan kulit dan rok mini kulit semua berwarna hitam. Bra dan CD ku
juga terbuat dari bahan kulit dan berwarna hitam. Tidak lupa aku juga
mengenakan kaca mata hitam agar tidak dikenali orang. Aku saat itu sudah
duduk di kursi panjang cafe tersebut sambil menyulut rokok marlboro
hijau. Tak lama kemudian Didit datang menghampiriku.
“Maaf ini Tante Eliza..?”
“Iya, silakan duduk Dit..” aku kembali menghisap rokok.
Tampaknya Didit tercengang melihat penampilanku yang sedikit berbeda.
“Iya Tante”
“Tante.. Kelihatan beda deh hari ini”
“Masa sih? Beda dimananya Dit?”
“Beda di pakaiannya yang sexy sekali dan..?”
“Ada apa Dit?”
“Tante berpakaian sangat menantang” katanya sambil tersenyum.
“Oh ya? Menantang apanya Dit? Kita
jalan-jalan aja yuk Tante males duduk disini” aku bangkit berdiri dan
berjalan menuju keluar cafe.
“Ayo.. Tante..” sambil berjalan di belakangku.
Tanpa menoleh ke belakang aku cubit kontolnya yang berada di sebelah kanan belakangku.
“Auww.. Sakit Tante.. Kalau minta ngomong donk” bisiknya sambil tersenyum.
Rupanya Didit tidak ingin kalah, dia meremas pantatku dari belakang.
“Ehmm nich.. Tante..” sambil tersenyum.
Akhirnya kita mulai mengitari mal, kita sambil melihat-melihat pakaian yang bagus-bagus yang ada di dalam counter.
“Tante mau beli yang mana sich..” dia bertanya.
“Ada yang Didit suka? Soalnya Tante
nggak suka modelnya” aku menggendong tas dibahu kiri sedangkan Didit
berada disebelah kananku.
“Kan Tante yang mau beli dan yang mau pakai masa Didit yang ditanyain suka apa nggaknya”
“Tante juga bingung Dit, rasanya nggak ada yang cocok deh”
“Ya sudah kalau nggak ada yang cocok
kita istirahat saja yuk Tante.. Gimana mau nggak Tante?” ternyata Didit
sudah mulai berani mengajakku.
“Tantee..” Didit kembali menyapaku karena pikiranku melayang-melayang mengingat kejadian kemarin.
“Tante masih ingin jalan-jalan Dit..”
“Tante belum capek nichh?”
“Kalau Tante capek kan ada Didit yang mijitin Tante” aku tersenyum menantang.
“Yah Didit sih mau saja asal yang dipijit-dipijit itu yang tertentu Tante” senyumnya mulai menggodaku.
“Yang tertentu itu bagian mana Dit” aku memancing arah pembicaraannya sambil terus melangkah dengan cuek.
“Ini Tantee..” tangannya sambil menunjuk ke tetek ku.
“Malu tuh Dit dilihatin orang..” tangan kananku meraih belahan pantat Didit dan meremasnya.
“Santai saja Tante nggak ada yang lihat kok, tuhkan malah mulai, katanya malu kok gitu Tante?” Didit berbalik memancingku.
“Kenapa nggak yang didepan ini saja Tante” senyum Didit terlihat senang sekali diperlakukan seperti itu.
Akhirnya langkahku langsung mengarah
keluar mal dan langsung masuk ke dalam taksi dan duduk di belakang,
karena saat itu aku enggan untuk membawa mobil.
“Loh kok naik taksi Tante.. Kenapa? Mobil Tante dimana..?” pertanyaannya bertubi-tubi.
“Di apartment Dit, Tante males bawa mobil” aku duduk menggeser ke dalam agar Didit bisa duduk di sebelah kananku.
Aku melihat supir taksi itu seorang pribumi yang begitu hitam legam.
“Pak tolong arah ke apartment C,”
setelah supir taksi itu mengiyakan, Diditpun hanya bisa diam. Namun
matanya nggak lepas dari pahaku yang putih mulus itu. Aku merapatkan
posisi duduk ke sebelah kanan sehingga bersentuhan dengan bahu kanannya,
dan kepala Tante mengarah ke telinganya untuk berbisik.
“Apa yang Didit lihatin?”
“Itu loh yang putih-putih itu..” jawabnya menggoda.
“Apa Dit?” aku berpura-berpura tidak tahu.
“Paha cina.. Hehehehe” pembicaraan kami berbisik-berbisik supaya tidak didengar oleh supir tersebut.
Aku menyandarkan bahu kananku menindih
bahu kirinya. Tangannya mulai mengelus perlahan pahaku. Aku mengangkat
kaki kanan dan menumpangkan ke kaki kirinya, sehingga rok mini kulitku
terangkat tinggi sekali, bibirku tetap berada di dekat telinganya.
“Suka sama paha cina Dit?” aku memancingnya.
“Wah suka sekali Tante.. Apalagi yang diatasnya paha Tante..” jawabnya dengan pelan.
Tangan kanannya masih mengelus-elus
pahaku sedangkan tangan kanan aku meraih kepalanya sebelah kanan dekat
pintu. Tangannya mengelus-elus pahaku, sesekali dia mengelusnya
mendekati daerah yang berbulu lebat.
“Dit, sopirnya ngelihatin kita terus tuh..” aku berbisik malu.
“Makanya kita jangan terlalu banyak gerak Tante.. Pelan-pelan saja biar supirnya nggak lihat..”
“Dia lihat dari kaca tengah tuh Dit, pasti kelihatan..” dadaku sedikit membusung karena bersandar di setengah bagian dadanya.
“Dah kepalang tanggung Tante.. Cuek saja dechh..” jawabnya sambil senyum-senyum melihat tetekku yang ranum.
Posisiku yang masih berpakaian lengkap
sangat menantang dan membuat nafsu semua orang yang melihat termasuk
Didit dan supir taksi itu.
“Kalau dia minta gimana Dit” aku berbisik.
Didit rupanya sudah tidak peduli
dengan si supir itu. Tangannya sudah sampai diatas CD ku itu sambil
terus mengelus-elus CD ku. Model CD kulitku yang berwarna hitam itu
terikat dengan simpul tali di bagian kedua pinggangku.
“Didit mau ngasih apa?” dengan suara setengah mendesah.
“Aku mau ngasih kepuasan yang lebih Tante..” tangannya sesekali menekan-nekan memek ku.
“Kepuasan apa Dit?” tangan kananku bergerak turun dari kepalanya dan mengelus-elus hidung dan bibir serta pipinya.
“Kepuasan ngentot Tante..”
Tangannya yang satu meraba-raba
mencari tali CD ku. Sedangkan tangan kiriku bertumpu pada tempat duduk
yang kosong disebelah kiriku. Tangan kirinya masih mengelus-elus dan
sesekali menekan memekku yang lebat jembutnya. Sedangkan tangan kanannya
melingkar di pinggulku berusaha untuk masuk ke rok ku yang mini sekali.
“Tante belum pernah diperlakukan seperti ini didepan orang lain Dit.. Mmhh,” aku berbisik dan mendesah pelan sekali.
“Biarin Tante.. Dan ini saatnya Tante rasakan diperlakukan seperti ini didepan orang lain”
Tangan kanannya berhasil juga masuk
kedalam rok mini ku dan mencoba menarik tali CD ku. Sedangkan tangan
kirinya masih tetap mengelus-elus kadang menekan memekku. Dan dia
berusaha agar jari tangan kirinya masuk ke CD ku supaya bisa menyentuh
memekku yang mulai basah.
“Oogghh Ditt.. Buka aja cdnya sekalian” aku mendesah perlahan menahan rangsangan yang dilakukan Didit.
“Yupss..” akhirnya tangan kanannya dapat menarik tali CD ku..
Dan sret langsung lepas tali CD ku.
Tangan kirinya bisa leluasa bermain dilubang memekku tidak hanya satu
jari lagi. Tangan kiriku menarik CD yang sudah terlepas tetapi masih
terduduki oleh pantatku dan melemparkannya ke bagian belakang dekat kaca
belakang taksi. Tangan kananku berusaha meremas-remas kontol Didit yang
masih berpakaian lengkap itu. Jari telunjuknya memainkan itilku dan
jari tengahnya digoyang-goyangkan dipinggir-dipinggir memekku.
“Sshh Dit.. Nakal jarinya Didit..” aku mendesis perlahan.
Tak lama kemudian taksi berhenti di lobby apartment.
“Sudah sampai Dit”
Aku langsung membayar taksi itu.
“Iya Tante..”
Didit langsung mengikuti langkahnya
dari belakang. Aku berjalan masuk ke lobby dan menuju ke lift yang
kebetulan sudah terbuka dan kosong isi lift itu. Jantungku masih
berdebar kencang karena rangsangan yang Didit lakukan di taksi. Setelah
lift tertutup Didit memandangi tubuhku dan bergerak mendekat. Kedua
tangannya memeluk kedua pantatku dan meremas-remasnya. Tangan kirinya
bergeser kedepan untuk masuk ke memekku sambil mengelus-elus pahaku. Aku
mundur selangkah mendapat serangan tiba-tiba darinya sehingga tubuhku
tersandar di dinding lift.
“Mmhh,” aku mulai mendesah seperti biasa karena tidak ada orang.
Jari telunjukku menekan tombol 26 dan
lift mulai bergerak naik. Tangan kirinya sudah mulai bergerak naik
mencapai memekku yang sudah tidak mengenakan CD lagi. Kedua jarinya
mulai menggosok-menggosok memekku sambil sesekali mengelus-elus itilku.
“Sshh.. Nakal kamu Dit gituin Tante di depan orang.. Mmhh” mataku terpejam yang masih menggunakan kacamata hitam.
“Tapi Tante suka kan??”
Aku saat itu mengenakan sepatu model
boot yang cukup tinggi hingga menutupi sebagian betis. Tangan kanannya
tetap meremas-remas pantatku yang tergolong bahenol. Tangan kirinya
tetap bermain di memekku dan sesekali jari tengahnya mencoba masuk ke
memekku. Namun terus dia menarik lagi dan itu dilakukannya
berulang-ulang kadang cepat kadang lambat.
“Sshh aahh Dit.. Kalau Tante dientot dia gimanaa sshh…”
Aku sedikit berteriak menerima
serangan tiba-tiba dari Didit, posisi kaki yang sudah diregangkan untuk
memudahkan jari-jarinya. Dia mulai beraksi dengan mulutnya menciumi
leher jenjangku dan terus turun hingga di depan memekku. Lalu dia
mengangkat rok miniku dan melihat memekku yang masih di mainkan dengan
jarinya. Sedangkan lidahnya menjilat-jilat di kedua pahaku.
“Oohhss terusshh.. Mmhh..”
Kepalaku menggeleng-menggeleng ke kiri
kanan merasakan nikmat yang diberikannya, lift terasa bergerak begitu
lambat karena aku melirik ke indikator yang menyala baru di lantai 13.
Dan dia mulai merenggangkan kedua kakiku dengan kedua tangannya supaya
terlihat jelas memekku. Lalu dia melebarkan bibir memekku dan lidahnya
dijulurkan diatas itilku itu dan mulai menggoyang-goyangkan lidahnya
diitilku.
“Auugghhss.. Suka itil cina Dit..” dengan suaraku yang menggairahkan itu.
Posisi kakiku sudah terbuka lebar dan
punggungku tersandar di dinding lift. Langsung dia menjilat dengan kuat
memekku. Sedangkan tangan kananku meremas-remas rambutnya.
“Suka sekali Tante..”
“Kenapa suka Dit.. Mmhh” kata-katanya mulai membakar birahiku.
Kadang jari-jari kedua tangannya mengelus-elus bibir memekku.
“Enak Tante itil cina itu..”
Sesekali lidahnya memainkan itilku.
Jari-jari tangannya tak henti-hentinya bermainkan di bibir memekku yang
sudah basah sekali. Dia pun mulai menyedot-menyedot itilku.
“Terus Ditthh.. Sshh..” dia berulang-ulang menyedot-menyedot itilku. Kini tangan kiriku menekan-nekan kepalanya.
“Aahhooss.. Shh” aku mendesis keras sekali.
Kadang-kadang salah satu jarinya
mencoba untuk masuk kelubang memekku. Dan jarinya mendorong-dorong
dilubang memekku sambil lidah mengelus-elus itilku.
“Kyaa.. Mmsooshhgg..”
Aku merasakan jarinya Didit yang
begitu enak dan membayangkan apalagi kontolnya. Tak lama kemudian
tingg.. Lift terbuka karena sudah tiba di lantai 26. Karena lift terbuka
dia menarik mulutnya dari lubang memekku, namun sebelumnya itilku
digigit-gigit kecil dan jarinya masuk agak ke dalam.
“Aaww.. Ditt gilaa” aku berteriak sambil mencoba mencari kunci di dalam tas.
“Ayo cepet keluar Dit” dia langsung menyedot itilku dan kemudian dia berdiri.
“Mmhh Ditt.. Jarinya keluarin, Tante susah nih kalau mau melangkah..”
Aku mengeluarkan kunci dari tas. Dia tersenyum sambil mengeluarkan jarinya dari lubang memekku.
“Sorry Tante habis memeknya hangat puisann” sambil tersenyum.
Aku memberikan kunci ke tangannya
sambil melangkah keluar dari lift hingga ke depan pintu apartmentku. Dia
pun menerima terus berjalan menuju ke pintu mengikutiku. Setelah dibuka
dia mempersilakan aku untuk masuk terlebih dahulu.
“Silahkan Tante duluan” sambil senyum-senyum menatap mataku.
Kemudian dia menutup pintu dan
mengikutiku. Aku berjalan terus menuju ke tangga dan pantatku sengaja
kugoyang-goyangkan melenggak lenggok. Karena dia berjalan tepat
dibelakangku, mukanya hampir menyentuh pantatku yang lenggak-lenggok
itu, tiba-tiba tangannya memegang pantatku setengah mendorong sambil
diremas-remas.
“Mmhh Dit..” sambil berjalan kedua tangannya meremas-remas pantatku.
Aku tersandung dan terjatuh di tangga
sehingga posisi aku menungging dengan kedua tanganku bertumpu di lantai
tangga. Tangan kirinya menerobos masuk ke rok mini kulitku dan menekan
pas dimemekku. Lalu dia menarik kembali.
“Aahh Didit nakal”
Aku mencoba menaiki tangga itu tapi
dengan posisi merangkak karena terburu-buru khawatir dia memainkan
memekku lagi. Tangannya menahan kakiku yang ingin merangkak dan
diregangkan kakiku dengan paksa. Kemudian dia langsung mencium pantatku
dan tangannya membuka kedua belah pantatku agar terlihat memekku.
Langsung dia memulai lagi jilatan ke memekku.
“Sshh Didditt nakall” aku berteriak keras sekali.
Jari kedua tangannya memainkan di
kedua bibir memekku yang lebat akan jembutnya. Aku semakin terangsang
karena selama ini aku tidak pernah diperlakukan seperti wanita binal
ditangga.
“Oogghhss”
Jari-jarinya masih menahan kedua
pantatku yang montok dan mengelus-elus bibir memekku. Lidahnya
dijulur-julurkan pas lubang memekku.
“Mmhh”
Aku mencoba terus untuk naik menuju
kamarku. Karena aku tetep mencoba merangkak dia pun mengikutinya dan
kegiatannya tidak dihentikan. Namun kadang-kadang dia meremas-remas
pantatku kuat-kuat dan kadang digigit-gigit pantatku. Sedangkan ibu
jarinya menekan-nekan bibir memekku. Karena kakiku terus mencoba naik ke
anak tangga, aku merasakan gesekan yang teramat sangat nikmat di dalam
memekku.
“Stopp Ditthh sshh”
Dia tidak mempedulikan perkataanku.
Karena posisi ibu jari semakin susah makanya dia menguatkan
elusan-elusan yang di bibir memekku, mulutnya kadang menggigit pantatku,
kadang menjilat-jilat pantatku, sambil terus mengikuti aku naik. Dan
akhirnya karena sulit, satu tangan kirinya yang mengelus-elus dimemekku,
dengan jari tengah dan jari telunjuknya bermain. Tangan kanannya kadang
memukul-memukul pelan dipantatku. Aku yang sudah benar-benar blingsatan
gara-gara Didit memainkan memekku terus berteriak-teriak.
“Diditt aanjinggss..”
Akhirnya aku sampai juga di depan
kamarku yang pintunya terbuka dengan AC yang selalu menyala. Aku mencoba
untuk bangkit dengan memegang kusen pintu kamarku. Dengan posisi
sedikit membungkuk aku menghadap ke dinding. Didit langsung menarik
kedua kakiku dan merenggangkannya, agar dengan leluasa mulutnya bisa
beraksi lagi di itilku. Lidahnya bermain di itilku, jari-jari tangannya
memegang dan meremas pantatku. Lidahnya juga sesekali menjilat bibir
memekku. Mungkin karena gemas melihat itilku itu, dia menyedot terlalu
kuat dan..
“Aahh Ditt, Tante nggak kuatthh..”
Aku hampir tidak kuat menahan tubuhku
sendiri karena kenikmatan yang diberikan Didit membuat kedua lutut Tante
lemas hampir sedikit lagi menyentuh lantai kamarku. Karena posisinya
dibawah memekku, lidahnya mencoba masuk ke lubang memekku dan
digoyangkan kekanan dan kekiri. Sesekali dia mengecup-mengecup itilku.
“Tantthhee keluaarr ss.. oohh..”
Tubuhku mengejat-mengejat dan aku
berteriak nyaring sekali. Kemudian aku jatuh ke lantai karena tidak kuat
menahan tubuhku sendiri. Tampaknya Didit tidak peduli dengan
teriakkanku, justru dia semakin menyedot kuat di lubang memekku. Arus
gelombang orgasme yang begitu nikmat aku rasakan hingga pipiku
tergeletak di lantai.
“Aahh Ddiitt ss…”
Kedua tangannya menahan pantatku agar
tetap diatas, agar supaya mulutnya dapat menghisap cairan yang
dikeluarkan oleh memekku. Dia juga menggoyang-goyangkan mulutnya
dimemekku. Kedua jari tanganku mencengkram erat merasakan kenikmatan
yang beda dari Didit dibanding kemarin.
“Aahh Dittsshh”
Kedua mataku terpejam erat
melambungkan angan-anganku ke dunia impian lain. Tubuhku benar-benar
dibuatnya lemas sekali hingga tidak berdaya saat itu. Dia masih terus
memainkan memekku sambil itilku dijilat-dijilat dengan lidahnya.
Kadang-kadang dia menyedot-nyedot kecil itilku yang mungil itu. Pantatku
akhirnya terjatuh juga ke lantai dan tangan kiriku berusaha menggapai
kepalanya yang ada hadapan di memekku.
“Sini Dit..” suaraku begitu lemas.
Sebelum mencapai wajahku dia menyempatkan untuk mengecup kedua tetekku.
“Dit..” aku berbisik manja.
“Yahh Tante..”
“Bawa Tante ke ranjang ya..” sambil tersenyum melihat wajahku yang letih karena telah mencapai kenikmatan.
“Tante nggak kuat jalan nih..” jantungku berdebar-berdebar terus karena terlalu letihnya.
“Ok Tante..” dia pun mulai membungkukkan tubuhnya.
Tangan kirinya meraih leherku yang
jenjang, sedangkan tangan kanannya meraih kedua pahaku yang mulus.
Sebelum dia meraih pahaku yang mulus itu dia menyempatkan mengelus
memekku sambil berkata, “Dasar memek cina ini manja yah..”
Akhirnya dia mengangkat tubuhku yang
lemas karena kenikmatan surga dunia. Sambil berjalan dia mengecup pelan
bibirku yang ranum itu.
“Tapi suka kan Dit sama memek cina..” aku yang masih berpakaian lengkap itu tersenyum lemah.
“Suka sekali Tante..” sambil memandangi wajahku lalu kebawah melihat tetekku.
“Ayo Dit baringin Tante di ranjang”
Tak lama kemudian tubuhku terbaringkan
lemas dan dibiarkan sejenak untuk istirahat. Dia tetap berdiri terus
sambil memperhatikan sekujur tubuhku.
“Dit.. Jangan bengong dong.. Sini baring disebelah Tante.. Tante mau tidur dulu.. Temenin Tante ya Dit”
Tangan kiriku menepuk-nepuk ranjang
bagian kiri yang kosong. Kemudian dia langsung berbaring disebelah
kiriku lalu memeluk tubuhku dengan mesra. Tangan kanannya tidak sengaja
berada pas diatas tetek ku. Aku yang sudah lemah itu ingin tidur diatas
tubuhnya. Akhirnya aku berguling menindih tubuhnya sambil memeluknya
erat sekali seakan-seakan tidak ingin berpisah. Ini tidak pernah aku
lakukan terhadap suamiku sendiri. Posisi seperti itu membuat tetekku
terjepit antara dadanya dan dadaku.
“Dit.. Tubuh Tante nggak beratkan?” bisikku di telinga kanannya.
“Nggak Tante.. Nggak berat-berat amat kok.. Didit masih kuat nahan tubuh Tante yang sexy ini” jawabnya sambil tersenyum.
Dia kemudian mencari bibirku yang ranum tetapi aku menghindar dari bibirnya dan mengecup kening Didit cukup lama.
“Tante tidur dulu ya Dit..”
Akhirnya aku tertidur menindih
tubuhnya sambil berpelukan erat dengan pakaian yang masih membalut
tubuhku serta sepatu boot yang baru kali ini naik ke tempat tidurku.
Setelah beberapa jam aku tertidur
menindih tubuh Didit dengan masih berpakaian stelan kulit lengkap dan
bersepatu boot, hanya CD g-string ku yang sudah terlepas. Didit tertidur
pula sambil memeluk tubuhku yang berada diatasnya. Terasa tetekku yang
montok mengganjal dadanya sehingga tampaknya dia sulit untuk bernafas.
Aku merasakan nyaman sekali dalam pelukannya hingga tertidur lelap.
Kedua kakinya melingkari kedua kakiku.
Permainan sex sejak kemarin bersama laki-laki pribumi seperti Didit
rupanya membuatku menjadi wanita yang mulai binal. Akhirnya aku mulai
tersadar dari tidur beberapa saat sesudahnya dan melihat Didit masih
tertidur, aku enggan untuk bergerak karena tidak ingin membangunkannya.
Aku mulai berkhayal untuk mulai
mencari kepuasan dengan laki-laki pribumi dan ingin sekali menjadi
wanita yang binal untuk membalaskan dahaga yang aku dapat karena suamiku
yang lemah itu. Aku mencium aroma tubuhnya yang cukup bau tapi
menggugah seleraku, karena aku belum pernah berpelukan dengan laki-laki
pribumi. Dalam pikiranku kenapa tidak sejak dulu aku mencari laki-laki
pribumi seperti Didit yang bisa memuaskanku, memelukku di saat tidur.
Beberapa lamanya aku mengkhayal dan
aku merasakan pantatku dielus-dielus oleh kedua tangannya. Aku mulai
berfikir kalau laki-laki pribumi memang sangat memuaskan birahiku,
nafsunya yang besar seolah-olah tiada hari tanpa mengentot tubuhku. Dia
mulai melakukan remasan ke pantatku, dan kemudian tangannya dimasukkan
kesela-sela pantatku. Akhirnya kukecup keningnya dengan mesra.
“Sorry Tante membangungkan Didit..” bisikku dengan lemah.
“Nggak apa apa Tante..” jawabnya perlahan dengan suara agak parau.
Tangan kanannya berusaha memasukkan
jarinya kesela-sela pantatku dan dibelahnya pantatku yang montok itu.
Aku mulai menggeliat kecil kegelian karena selama ini aku tidak pernah
dipermainkan belahan pantatku.
“Dit nakal kamu..”
“Biarinn.. Tapi sukakan..” jawabnya sambil tersenyum.
Jari-jari tangan kanannya mulai menggosok dari lubang anusku sampai ke bibir memekku.
“Kalau nanti Tante jadi wanita binal gimana Dit?”
Kedua kakiku mulai menggesek-menggesek kakinya karena geli di sekitar pantatku.
“Nggak apa-apa asal binalnya sama Didit aja..”
Jari tengahnya bergoyang-bergoyang
dibibir memekku sedangkan ibu jarinya menekan-nekan anusku. Tangan
kirinya sesekali meremas-remas pantatku yang montok ini.
“Dit, jangan mainkan anus Tante, jijik Tante nggak suka”
Aku mulai merayap mendekati bibirnya
dan mulai mengecup-mengecup lembut. Setelah aku berbicara itu maka
dihentikan kegiatan ibu jarinya dan dilanjutkan jari telunjuk bermain
dibibir memekku yang sebelah kanan dan jari tengah dibibir memekku yang
kiri. Karena aku mengecup bibirnya langsung dia menyambar bibirku yang
sexy itu. Jari-jari tangan kanannya tetap bermain dibibir memekku dan
digoyang-goyang digosok-gosok terus memekku.
“Dit.. Saat ini Tante ingin sesuatu yang lembut dan soft.. Mmhh..” kedua tanganku memegang pipinya.
“Iya Tante Didit akan bikin apa maunya Tante..” jawabnya.
Jari tengahnya mulai menyentuh itilku
dan sesekali itilku dielus-elus dengan jari tengahnya walau dengan
sedikit sulit. Aku kembali mengulum bibirnya dengan pelan dan mesra
sekali. Dia balas mengulum bibirku, lidahnya dimainkan didalam mulutku,
terkadang lidahku disedotnya. Aku benar-benar menyukai cara permainan
lidahnya karena aku tergolong baru dalam hal-hal sex yang seperti ini.
Akhirnya aku sambil menekan-nekan pipinya dan terkadang meremas-remas
rambutnya.
“Mmhh”
Disaat kami masih berciuman, kedua
kakiku itu direnggangkan dengan kedua kakinya, agar tangan kanannya
bermain dengan leluasa. Setelah kedua kakiku terbuka lebar jari
tengahnya menekan-nekan itilku sedang jari telunjuknya berputar-putar
dibibir memekku.
Ciuman dibuatnya lebih panas lagi dan
kadang disedot lidahku yang mungil dengan agak kuat. Nafsu birahiku
cukup terangsang dengan pola permainan ini, sehingga aku hanya
meremas-remas rambutnya dengan kedua tanganku.
“Mmhhss”
Kini setelah agak basah memekku dia
mengubah posisi jari telunjuknya, kini jari itu dimasukkan kedalam
memekku. Jarinya mencari g-spot yang berada di dalam memekku, setelah
ditemukan digosok perlahan-slahan dan diimbangi dengan gerakan jari
tengahnya yang mengelus-elus itilku itu.
“Sshh.. Ditt.. Mmhh”
Tubuhku terasa mulai melayang
menikmati permainan pada g-spot ku. Kegiatan itu terus dilakukan
sedangkan bibirnya masih menyatu dengan bibirku dan terkadang lidahku
disedot-sedot dan digigit-gigit kecil. Tangan kirinya berusaha
mengelus-elus punggungku yang masih berpakaian itu. Rangsangan cukup
hebat yang aku dapatkan membuat kedua tanganku bergerak meremas bantal
yang ditidurinya sehingga ketiakku berada disisi kiri dan kanan
kepalanya.
“Oohh.. Nikmat sekali Ditt… sshh..”
Tangan kirinya berusaha mencari
tetekku, jari tangan kanannya masih bermain dimemekku, kadang dimainkan
cepet sekali, terkadang dimainkan lambat. Tubuhku mencoba merayap
semakin keatas sehingga tetekku berada didepan wajahnya. Dengan satu
tangan kirinya dia mencoba membuka bajuku, setelah terbuka tangan
kirinya langsung meremas-remas tetekku. Sedangkan jari-jari tangan
kanannya masih dimemekku kini jari-jari itu dia goyangkan seperti
langkah orang berjalan, kadang cepat kadang lambat.
“Jangan dilepas Dit baju Tante mmhh.. Tante ingin terlihat sexy sama Didit”
“Aku cuma mau ngeluarin tetek Tante saja kok..”
Setelah dia bisa mengeluarkan tetekku
langsung mulutnya menyambar putingku dan langsung menyedot-menyedot
putingku yang kecil itu. Tangan kirinya meremas-remas tetekku yang kiri.
Kini jari telunjuknya keluar dari memekku dan ikutan bermain di itilku
dengan kedua jari berputar-putar diatas itilku itu.
Aku terus merayap hingga kini kepalanya melihat rok mini kulitku membuat posisiku bertumpu dengan kedua tanganku di bantal.
“Sshh Dit..”
Setelah aku menaikkan posisi tubuhku
dan posisi memekku diatas muka, dia langsung menarik rok miniku keatas
agar dia bisa melihat memekku yang berjembut lebat. Setelah kelihatan
dia langsung kecup pas diatas itilku. Memekku itu dibelah dengan kedua
tangannya, lidahnya langsung begoyang-goyang di itilku dengan sesekali
disedotnya.
“Aahh Ditt enakk… Hh..”
Aku mulai berkelojotan merasakan
permainan lidah dan bibirnya di memekku. Kedua tanganku meremas-remas
rambutku sendiri. Aku tidak bisa melihatnya karena wajahnya yang
tertutup rok miniku seluruhnya. Kadang itilku digigit-gigit kecil lalu
disedot perlahan. Lidahnya pun kadang menjilat-jilat bibir memekku dari
kanan ke kiri.
“Lidah pribumi memang nakall hhss..” aku berteriak sambil kepalaku tergeleng-geleng kekiri dan kekanan.
Lidahnya semakin berputar-putar
didalam lubang memekku yang basah, kadang diselingi sedotan pas dilubang
memekku. Dikala dia menyedot pas dilubang memekku jari telunjuknya
menekan-nekan itilku. Permainan lidahnya dimemekku membuat aku berada
diujung puncak kenikmatan. Mataku terpejam rapat-rapat ingin merasakan
kenikmatan yang akan segera kuraih.
Kedua tanganku meremas-remas tetekku
sendiri yang seluruh kancing bajunya telah terbuka. Jari telunjuknya
yang kanan diposisi menggoyang-goyangkan itilku terus dilakukan kadang
ditekan-tekan itilku itu. Sedangkan lidahnya terus menyapu bibir
memekku. Permainan dibuatnya dengan tempo cepat sekali. Sedotannya pun
sering dilakukan dilubang memekku. Terkadang lidahnya dimasukkan kedalam
lubang memekku.
“Cukup Ditthh.. Sshh buka celananya Dit sekarang”
Aku berdiri diatas ranjang menginjak kasur dengan sepatu boot yang masih terpakai.
“Iya Tante..”
Diapun langsung membuka celana
jeansnya dan cdnya langsung dilepaskan. Aku terus meremas-remas tetekku
dengan tangan kanan sedangkan tangan kiriku memainkan itil yang tepat
berada sekitar hampir 1 meter dari kepalanya. Tak lama kemudian
keluarlah kontolnya yang sudah berdiri, sesaat dia mengelus-elus
kontolnya sendiri.
“Shhmm..”
Kedua matanya memandangiku. Aku
berbalik badan untuk melihat kontol pribumi yang sudah ngaceng itu
sambil terus melakukan sedikit gerakan-gerakan erotis seperti wanita
binal, aku masih berdiri diatas ranjang. Tangan kanannya masih
mengelus-elus kontolnya yang tegang, tangan kirinya meremas-remas
pantatku yang montok itu. Sesekali jarinya ada yang menelusup masuk
kebibir memekku dan dielusnya.
“Oohh Ditt..”
Dengan masuknya jarinya ke memekku,
tangan kiriku mengelus-elus jembutku yang lebat sambil membayangkan jika
kontol pribumi yang begitu hitam dan besar itu masuk dalam mulutku
karena aku tidak pernah menghisap kontol sebelumnya hanya menyaksikan di
film-film saja.
Jari telunjuknya dimasukkan ke memekku
dan digosok-gosok ke bibir memekku sambil terkadang dimasukkan ke
lubang memekku. Sedang ibu jarinya bergoyang-goyang pada tempat antara
memekku dengan lubang anusku. Tubuhku akhirnya terjatuh berlutut dikasur
karena lemas menahan serangan yang dilakukannya. Kini aku mulai
memegang kontolnya dengan kedua tanganku. Ingin sekali rasanya aku untuk
mencoba menghisap kontol pribumi yang membuat diriku menjadi binal.
“Aahhdiittsshh”
Karena posisi pantatku, terutama
memekku dekat sekali dengan wajahnya, dia langsung menarik pantatku
merapat ke wajahnya. Dia langsung menjulurkan lidahnya ke dalam memekku
yang basah sedangkan jari telunjuk kanannya dimainkan diitilku. Dia
mencoba untuk menyedot pinggir lubang memekku.
“Ditt..”
Aku jatuh tertelungkup di atas
tubuhnya karena tarikan tangannya di pantatku. Sehingga kontolnya berada
dekat sekali dengan wajahku. Aku terus meremas-remas kontolnya dengan
lembut. Lidahnya masih bermain dilubang memekku. Sedangkan jari
telunjuknya masih bergoyang-goyang di itilku.
Tangan kirinya menggapai kontolnya
lalu didekatkan kebibirku. Lidahnya sesekali bergoyang kekanan dan
kekiri menyentuh bibir-bibir memekku. Kontolnya menyenggol-nyenggol
terus bibirku yang masih enggan untuk mengulum karena selama ini
bayanganku jijik untuk mengulum kontol.
“Eeaasshh mmhh”
Dia menyedot bibir memekku yang kanan.
Jarinya masih menggoyang-goyangkan itilku kadang berputar-putar sambil
ditekan-tekan itilku yang mungil itu. Tubuhku menggerinjang akibat
permainan di itil dan memekku.
“Entott Tante Ditsshh”
kini dia menyedot bibir memekku yang kiri. Itilku dipegang dengan jari telunjuknya dan ibu jarinya lalu dipelintir-pelintir.
“Pake konthhooll priibumii Dittsshhmm”
Aku yang sudah gatal mau dientot
berteriak dengan sekuatnya tanpa mempedulikan ada yang mendengarnya.
Karena aku sudah meminta-minta dilepaskanlah itilku itu dan ganti
lidahnya yang bermain di itilku sambil digigit kecil itilku. Setelah itu
disedot isi memekku.
“Oogghh.. Tante mohon entotin Tante Dithhmm..”
Aku yang sudah kalap sama kontol
pribumi berteriak-berteriak tidak sabar. Setelah itu diangkatnya
pantatku itu lalu setengah didorong kedepan agar memekku pas diatas
kontol yang sudah berdiri tegak. Setelah pas tangan kanannya yang
memegangi kontolnya lalu digoyang-goyang dan dipukul-pukul memekku itu
dengan kontolnya. Posisiku jadi menungging saat itu.
“Masukin Ditt.. Tante sudah gatel nih..”
Aku bertumpu dengan lutut dan kedua
tanganku yang masih berpakaian lengkap itu. Setelah dipukul-pukul
kontolnya digosok-gosok dengan kepalanya pas di itilku. Kadang dia mulai
menggosok dari atas lubang memekku sampai ke itil. Tangan kirinya
mengelus-elus pantatku kadang dipukul-pukul pantatku.
“Pribumi bajingan.. Jangan bikin Tante penasaran..” bentakku yang sudah tidak tahan untuk segera dientot.
Dia mulai mencoba memasukkan kepala
kontolnya, namun baru kepala kontolnya dia mencabut lalu digosok lagi ke
itilku hingga menyentuh bulu jembutku yang lebat. Itu dilakukannya
hingga beberapa kali.
“Sshh Ditt bangsatt kamuu”
Aku menggerinjang menerima kontolnya
yang keluar masuk hanya kepalanya itu sambil kedua tanganku yang
bertumpu dikasur meremas bed cover. Setelah puas melakukan itu dia
memasukkan kontol ke dalam memekku hingga setengahnya lalu ditarik
kembali hingga tinggal kepala kontolnya yang ada didalam memekku. Itupun
dilakukan hingga beberapa kali, sedangkan tangannya yang kanan memegang
pinggangku. Tangan kirinya meremas-remas tetekku, terkadang-kadang
memelintir putingku.
“Sshh.. teruss”
Aku menggelengkan kepala menahan laju
kontolnya yang begitu besar untuk masuk ke memekku. Kedua tanganku
menarik bed cover dengan kuat sekali. Karena kedutan otot-otot memekku
yang meremas urat kontolnya, dia tampak tidak tahan untuk segera
memasukkan kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss..”
“Memek chinanya enak Tantee.. Oouyucchhss”
“Kontoll pribumii mentookkhh”
Aku tidak peduli ada yang mendengar teriakanku itu.
“Oogffhh”
Tubuhku sedikit terangkat menerima
sodokan kontol yang hingga mentok itu. Sesaat didiamkan kontolnya dalam
memekku. Lalu dia mulai menariknya perlahan-lahan lalu didorong lagi
dengan sekuat tenaga. Kadang pantatnya digoyangkan kekanan dan kekiri
agar kontolnya bisa mengaduk-aduk isi memekku.
“Mmsshh Ditt”
aku ikut bergoyang hingga rambutku
yang tergerai menutupi punggung menjadi berantakan. Kontolnya yang
begitu penuh di dalam memekku membuat aku melenting ke belakang sehingga
aku kini tidak bertumpu lagi pada kedua tanganku. Kedua tangannya
meremas-remas pantatku yang mulus kadang dielus-elusnya. Sodokkan demi
sodokkannya dilakukan kadang lambat kadang cepat.
“Terusshh Ditt.. Enaknyaa kontol pribumii.. Sshh”
Akhirnya punggungku bersandar didadanya sambil tangan kananku menggapai kepalanya yang ada disebelah kanan kepalaku.
“Memek chinaa pun enak Tantee..” teriakannya tidak kalah dengan suaraku.
Karena punggungku menempel didadanya,
leherku dijilat dan diciumnya. Tangan kanannya meremas-remas tetekku dan
memilin putingku, sedang tangan kirinya mengelus-elus itilku. Aku
semakin menggebu-gebu mendengar kata memek cina.
“Aacchh Ditt.. Entotin terusshh”
“Achh.. Tante memeknya chinaa enakkss..”
Dia mendorong-dorong pantatnya kearah
atas hingga tubuhku ikut bergerak-gerak keatas. Tangan kirinya
mengelus-elus itilku, kadang berputar-putar dengan kedua jarinya. Posisi
ini membuatku tidak dapat ikut bergoyang, akhirnya aku memohon
kepadanya untuk mengentot aku dengan posisi aku dibawah.
“Ditt.. Tante rebahan ya.. Mmhh”
“Iya Tante.. Ehmss”
Akhirnya aku melepas kontolnya yang
ada di dalam memekku. Dan aku merebahkan tubuh telentang di spring bed.
Pakaianku masih lengkap hanya kancing baju yang terbuka.
“Suka memek cina Ditt sshh”
“Suka Tante.. Suka sekali sama memek cina yang satu ini Tantee..”
Setelah tubuhku terbaring telentang
tangan kanannya menggosok-gosok memekku dan dimainkan itilku,
dielus-elus dengan ibu jarinya.
“Cepet entotin cina lagi Ditt.. Sshh”
Aku sudah tidak sabar lagi untuk
menunggu. Kedua tanganku memegang bantal bagian atas sehingga ketiak
mulusku yang tanpa bulu sedikitpun terpampang jelas. Aku menatap
tubuhnya yang hitam seakan membangkitkan gairahku. Tangan kanannya
memegang kontolnya, lalu dipukulkan, digosok-gosok diatas memekku hingga
ke itilku.
“Cepetan pribumi bangsat” bentakku yang sudah tidak sabar lagi untuk segera dientot.
Setelah puas dengan gosokannya ke itilku, lalu dimasukkan kontolnya ke lubang memekku.
“Annjingg sshh” dia masukkan semua batang kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss.. Enakss Tattaanntee..”
Kedua tanganku meremas kuat bantal
yang kupegang tadi. Aku mainkan terus otot memek berkali-kali. Denyutan
urat memekku yang begitu kuatnya, membuat dia pun tidak ingin kalah
dengan permainan memek yang kuberikan lalu disodok-sodoknya memekku itu.
“Aacchh teruusshh”
Tangan kirinya meremas-remas tetekku
bergantian kadang kiri, kadang yang kanan. Itu dilakukan terus tanpa
henti-hentinya. Sedangkan tangan kanannya mengelus-elus perutku. Aku
berusaha memutar-mutar pantatku agar kontolnya cepat enyemprotkan peju.
Goyangan pantatnya diimbangi dengan
gerakan kekanan dan kadang kekiri oleh Didit. Tubuhku melenting-lenting
karena kenikmatan sehingga dadaku tampak sedikit membusung kedepan.
“Sshh mmhh cepetthh Ditt kita keluar barengghhss”
Tampaknya dia juga merasakan akan segera keluar, maka goyangan pantatnya dipercepat sekali.
“Buka baju kamu Dittss Tante mau lihat tubuh hitam Diditsshh”
Aku merasa horny sekali ingin melihat
laki-laki muda pribumi yang hitam mengentot cina yang putih. Sambil
menggoyangkan pantatnya, dia melepaskan baju dengan kedua tangannya.
Posisi kontolnya masih maju mundur didalam memekku. Aku tarik tangannya
dan memeluk tubuh hitamnya dengan erat sambil terus menggoyangkan pantat
berputar. Tidak lupa aku mainkan otot memekku untuk meremas-remas
kontolnya.
“Sshh terusshh”
Posisi tubuhnya skrg diatas tubuhku
bertahan dengan kedua siku tangannya sedangkan telapak tangannya
memainkan tetekku. Kadang memutar-mutar putingku, sedangkan gerakan
pantatnya bukan lagi kedepan atau kebelakang melain keatas dan kebawah.
Kadang bibirnya menyedot-menyedot puting tetekku.
“Ayo Ditthh kita keluar barengghh cepettann” teriakku yang sudah diujung birahi.
“Iya Tantee.. Ehmss”
“Sshh”
Dia mempercepat gerakan pantatnya maju mundur. Aku memeluk tubuh hitamnya semakin erat seakan tak ingin lepas untuk selamanya.
“Ayoo Tantee”
“Ayoo pribumii”
Saat itu mataku terpejam erat. Sodokan kontolnya di memekku semakin cepat sekali. Tubuhku bergoyang semakin menggila.
“Ayoo memek chinaa.. Itil chinaa ayukss..”
Sambil meremas tetekku kuat-kuat dan goyangan pantatnya cepat sekali sehingga kontolnya menghunjam memekku dengan ganasnya.
“Aahh Ditt, Tantthee nggak kuatthh, kekeelluuaarinn barengss”
Tubuhku mengejang dan jari-jariku mencakar-cakar punggungnya yang hitam.
“Aacchh Tantee keluarrshh”
Aku dan Didit keluar bersamaan.
Pejunya menyembur-nyembur bagai lahar panas membanjiri memekku ini.
Kedua kakiku menekan pantatnya agar kontolnya dapat masuk
sedalam-dalamnya dimemekku. Kemudian tubuhnya lunglai menindih tubuhku.
Aku memeluk erat tubuhnya sambil mencium bibirnya kemudian mengulumnya.
“Aauummhh enaknya kontol pribumi Dittsshh” dia menyedot lidahku disaat aku mengulum bibirnya.
“Enak juga memek chinanya Tante ehmss”
aku mengulum terus bibirnya dan lidahnya sambil tanganku meremas-remas
rambut Didit dengan lemas.
“Tante bisa gila kalau nggak dientot sama pribumi Dit” bisikku.
Sambil dimainkan lidahnya didalam mulutku, tangannya mengelus-elus rambutku.
“Didit juga gila sama memek chinanya
Tante” sambil mengelus-elus keningku yang penuh dengan keringat setelah
pertempuran yang hebat itu.
Karena lemasnya aku ingin tidur dalam
pelukan Didit dengan kontol yang masih terbenam di memekku. Aku
memejamkan mata dan pikiranku terbang melayang membayangkan hari-hari
yang berikutnya penuh dengan sejuta kenikmatan dan sensasi yang membuat
gairahku semakin bertambah.