Nisa Namaku


Perkenalkan namaku Nisa, umurku 22 tahun.  Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota j, semester 6.  Di kota j, aku dan kakakku mengontrak sebuah rumah dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan dapur.  Sebagai gambaran, aku berkulit kuning langsat (masih keturunan tionghoa), tinggiku 164 cm dan berat 63 kg dengan ukuran bra 34B.  Aku anak kedua dari 2 bersaudara, kakakku cowok masih duduk di bangku kuliah semester 8.  Selain itu aku juga punya lesung pipit di kedua belah pipiku, dengan rambutku yang sebahu. 
Sejujurnya aku akui kalau aku mempunyai sifat aneh yang mungkin jarang dimiliki wanita yang seusia denganku.  Yah boleh dibilang aku "beda" dengan perempuan kebanyakan.  Aku mempunyai sifat suka mempertunjukkan bagian-bagian tubuhku kepada orang lain, khususnya laki-laki.  Hal ini sudah kualami sejak aku berumur 18 tahun, waktu itu aku masih semeter 1. 
ceritanya aku baru pulang kuliah.  sekitar pukul 4 sore, sesuai dengan kebiasaanku, setelah meletakkan tas, aku mandi.  Tiba-tiba selintas aku melihat kelebat bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil sepanjang sambungan papannya.  Rasanya ada yang mengintipku.  Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Kakakku.  Diakah? Ah, mungkin hanya kebetulan.  Aku kembali meneruskan kegiatan mandiku.  Kubersihkan seluruh tubuhku.  Kugosok bagian-bagian tubuhku.  Aku gosok dan remas buah dadaku untuk menghilangkan kotoran dan keringatku.  Aku juga membersihkan ketiakku.  Tiba-tiba aku melihat bayangan yang berkelebat kembali.  Kupikir, ini pasti Kakakku.  Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya? Aku segera menyelesaikan mandiku, agar kakakku dapat segera menggunakan kamar mandi yang sedang kugunakan.  Kemudian aku bergegas keluar ke kamarku untuk ganti baju.  Kulihat kakakku sedang duduk membaca majalah.  Aku tidak lama berganti baju.  Saat aku keluar, ternyata kakakku masih sibuk dengan majalahnya.  Jadi sebenarnya dia tidak ingin ke kamar mandi.  Kupikir, mungkin aku salah sangka mmengenai kejadian tadi hingga akhirnya kulupakan saja. 
Hari kedua
Pada pukul 4 sore aku kembali mandi sesuai dengan rutinitasku.  Sebenarnya aku sudah melupakan peristiwa kemarin hingga kelebatan sosok orang yang mengintip di pintu itu kembali kulihat.  Aku jadi berpikiran erotis.  Apakah kakakku senang melihatku mandi? Aku lantas membayangkan seseorang yang senang mengintip orang lain mandi.  Orang-orang seperti itu akan terangsang birahinya saat mengintip orang mandi.  Bahkan tidak jarang yang sambil melakukan masturbasi sambil melakukan kegiatan mengintipnya. 
Aku mengelus kudukku.  Ada semacam perasaan birahi yang menyelinap.  Aku menjadi terangsang.  Aku ingin menggoda kakakku.  Aku akan memamerkan lekuk-lekuk tubuh indahku kepadanya.  Aku akan sengaja berlama-lama mandi.  Aku merasakan semacam nikmat birahi saat orang lain menonton tubuh telanjangku.  Apakah ini yang sering disebut sebagai 'exhibitionist'?

Kini yang kuperhatikan adalah celah pintu kamar mandi di bagian bawah.  Dari situ akan nampak bayangan yang lebih jelas seandainya ada orang berdiri di depan pintu.  Dan jika belum berpengalaman, maka orang tersebut tidak akan merasa bahwa kehadirannya di pintu itu akan diketahui oleh orang yang berada di dalam kamar mandi.  Aku menyibukkan diri dengan menggosok badan dari kotoran sehari-hari yang melekat di seluruh bagian tubuhku.  Sesekali aku melirik ke pintu bagian bawah. 
Pelan-pelan, dengan penuh perasaan aku membersihkan leherku dengan tangan.  Kubersihkan kudukku dengan menyabuninya.  Kubayangkan betapa ketiakku begitu terpampang lebar untuk dinikmati oleh mata kakakku.  Kemudian dengan perlahan, kucuci kedua ketiakku itu, menyabuni dan menggosoknya.  Aku bergaya seakan hidungku berusaha mengendusnya untuk mencek bahwa ketiakku sudah wangi.  Dan akhirnya benar.  Kulihat kini bayangan kaki itu kembali.  Aku tahu persis, itu memang kaki kakakku.  Dengan tanpa sengaja, berarti aku sudah mengamati kedua kakinya yang lincah itu.  Kaki itu diam saja dan tenang.  Pikirku, saat ini pasti mata kakakku sedang terpaku menatap ketiakku.  Diam-diam perasaanku mulai merinding karena birahiku yang telah lebih menyeruak ke dalam perasaanku. 
Tanganku beralih ke buah dadaku.  Kuambil sabun dan kugosokkan ke buah dadaku, yang tentunya akan sangat menarik pandangan kakakku.  Busa sabun tersebut menutup sebagian buah dadaku.  Biasanya hal ini akan membuat penasaran bagi siapapun.  Sengaja kubiarkan kubiarkan hal ini, kemudian jari-jariku mulai mempermainkan puting susuku.  Aku pilin-pilin hingga wajahku sedikit menyeringai.  Berikutnya, kugosokkan sabun ke perut, kemudian juga ke pinggang dan pinggul.  Aku berputar ke kanan dan ke kiri agar kakakku bisa menikmati keseluruhan tubuhku.  Mataku kembali melirik pintu bawah kamar mandi dimana kaki kakakku masih nampak tidak bergeser dari tempatnya semula. 
Seusai menyabuni buah dada, perut dan pinggang serta pinggulku, aku menyendok air untuk kusiramkan ke tubuhku.  Sekali lagi kuputar tubuhku.  Aku tahu, air yang menyiram dan mengaliri tubuhku akan membuatnya nampak bening dan mulus karena pantulan cahaya yang menerpa lekuk-likunya.  Aku kembali berputar sambil sesekali membuat gerakan membungkuk.  Dengan cara itu, kakakku akan dapat melihat betapa buah dadaku yang ranum ini menggembung dari dadaku.  Dan dari sudut yang lain dia juga akan dapat menikmati pantatku yang menonjol ke belakang. 
Kembali kuintip kaki di balik pintu itu.  Kubayangkan betapa "panas dingin" perasaan dan "dag dig dug" jantung kakakku.  Kemudian kaki kiriku kuangkat agar bertumpu pada bibir bak mandi.  Posisi ini membuatku membelakangi pintu.  Kubayangkan betapa kakakku akan dapat menikmati mulus dan indahnya bokongku.  Bahkan saat kusengaja untuk sedikit lebih menungging lagi, analku yang bersih kemerahan itu akan langsung terpampang dengan leluasa ke arah pintu.  Selintas aku merasa kasihan pada kakakku membayangkan betapa birahinya akan sedemikian tersiksa melihat bokong dan analku di depan hidungnya.  Tentu saja, tidak lupa aku juga mencuci bokong dan analku.  Pertama, kugosok semua bagian dengan sabun hingga berbusa.  Kemudian tangan atau jariku mengosok-gosok atau mengelus setiap bagian itu agar benar-benar bersih.  Bahkan saat jari tanganku sampai ke anal, dengan lembut aku juga menusuk-nusukkannya.  Kemudian kembali aku mengguyurnya dengan gayung air bak mandi hingga kembali pantulan cahaya erotis menerpa lekuk-liku paha, betis dan jari-jari kakiku. 
Lama kelamaan aku terbawa oleh imajinasiku sendiri yang semakin mendorong gejolak erotis dengan sepenuh nafsuku.  Saat aku melakukan ini semua, secara perlahan aku mendesah dalam bayangan kenikmatan birahiku.  Saat kuangkat kaki kananku agar bertumpu pada bibir bak mandi, selangkanganku akan nampak terbuka.  Di dekat tepi celana dalamku, ada 'tahi lalat'-ku yang cukup besar.  Mulanya, kuanggap 'tahi lalat' ini mengganggu kecantikanku, tapi apa boleh buat.  Tontonan selangkanganku yang terbuka ini pasti merupakan kesempatan yang telah ditunggu-tunggu oleh .  Dia akan melihat selangkanganku lebih jelas dengan seluruh detailnya, termasuk kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus.  Kusabuni paha dan betisku, kugosok dengan penuh perasaan.  Kubayangkan, seakan aku mencuci porselain yang sangat mahal dari Mesir.  Kumasukkan sabun ke jari-jari kakiku satu persatu dan kubersihkan dengan teliti.  Aku ingin berlama-lama memberikan kesempatan kepada kakakku menikmati pemandangan ini. 
Kembali kuguyurkan air ke kaki kananku.  Dan kini saatnya untuk mencuci kemaluanku.  Aku merasa perlu sedikit mendramatisir penampilan.  Kuelus seluruh permukaan kemaluanku.  Tanganku membelah bibirnya dan jari-jariku menggosok celah-celahnya.  Dua jari kubenamkan-benamkan ke liang vaginaku untuk mengorek dinding-dindingnya hingga wajahku sedikit menyeringai.  Kuambil sabun dan kugosok agar mengeluarkan busa.  Kemudian kuletakkan kembali sabun tersebut dan tanganku turun menyabuni vaginaku.  Kusabuni keseluruhan permukaannya termasuk bulu-bulu halus di seputarnya.  Kemudian tanganku mulai menyabuni bibir kemaluan dan kelentit.  Kugosokkan sabun hingga busanya bertumpuk menutup vaginaku.  Lalu dengan cepat kusiram hingga kembali dengan jelas tampak kemaluanku.  Selanjutnya kini kembali jari-jariku kumasukkan ke liang vaginaku.  Kukorek-korek hingga busa sabunnya menumpuk dan kembali menutup lubang vaginaku.  Semua hal tersebut kulakukan sambil wajahku menampakkan ekspresi sensual yang kumiliki.  Aku semakin tidak dapat membayangkan, bagaimana blingsatannya kakakku karena menyaksikan ulahku ini.  Dan pada kuguyur seluruh tubuhku.  untuk membilas ketiak, buah dada, puting, perut, bokongku, anus maupun vaginaku hingga aku yakin bahwa semuanya telah menjadi bersih.  Kuambil handuk dari gantungan untuk mengeringkan tubuh.  Kemudian aku bergegas keluar kamar mandi.  Kaki di depan pintu itu dengan secepat kilat menghilang.  sesampai di kamar, aku baru teringata kalau bra dan gstringku tertinggal di gantungan kamar mandi. 
Pintu kamar mandi telah tertutup.  Kudengar kakakku bernyanyi-nyanyi kecil.  Aku berjingkat mendekat ke depan pintunya.  Aku mengintip dari celah yang sama dengan celah pengintipan kakakku saat aku mandi tadi.  Kudekatkan mataku ke celah itu. 
setelah menanggalkan semua pakeannya, Tangannya yang kini bergerak maju, mengambil sesuatu dari gantungan baju yang memang letaknya menempel di pintu itu.  Tetapi, kakakku meraih bra dan celana dalamku yang karena lupa, masih tertinggal di kamar mandi.  Celana dalam itu sudah kotor dan aku telah berganti mengenakan celana dalam lain yang masih bersih.  Yang membuatku lebih terkejut lagi adalah, dengan serta merta, celana dalamku yang bermotif bunga-bunga merah muda itu diciuminya.  Dia tangkupkan ke hidungnya dan dengan matanya yang setengah tertutup, dia menghirupnya dalam-dalam selama bermenit-menit.  Dia bolak-balik serta di gosok-gosoknya celana dalam kotor itu ke kemaluannya.  Dia juga mengecap-ngecap dengan mulutnya hingga braku tersebut tampak basah kuyup oleh ludahnya, khususnya di bagian yg menutupi puting. 
Bersambung
Suatu malam aku memutuskan untuk menguji kakakku.  Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan.  Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink dengan bahan satin.  Gaun malam itu semi transparan, jadi tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya.  Panjang gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku.  Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam itu ke tubuhku.  Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku, dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan. 
Setelah itu, aku keluar ke ruang tamu tempatku menonton TV dan segera duduk menonton TV.  Mula-mula aku berusaha duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku dengan lipatan kakiku.  Tak lama kemudian, kakakku keluar dari kamarnya dan duduk di sebelahku.  Sepanjang malam itu, kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut mataku.  Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang longgar.  Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi.  Aku mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan pantat dan tali g-string di pinggangku.  Dari ujung mataku aku bisa melihat kalau kakakku melihat bagian itu terus.  Anehnya, aku mulai merasa terangsang.  Mungkin ini akibat dari aku seorang eksibisionis. 
Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil.  Sengaja pintu kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan sedikit celah.  Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan kakakku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun saat itu aku membelakangi pintu.  Setelah itu, aku menundukan kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia tidak kaget.  Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan matanya.  Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai membuka pakaiannya. 
Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan air kencingku.  Aku yakin dengan posisi seperti ini, kakakku ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang mengeluarkan air kencing.  Ini juga salah satu yang kudengar bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing.  Setelah kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku lalu kuturunkan gaun tidurku.  Setelah itu, aku membalikan badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang.  Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada kakakku untuk pergi tapa terlihat aku.  Benar saja, lagi-lagi dari pantulan tegel dinding aku melihat bayangan kakakku menjauh ke arah ruang keluarga.  Setelah semua selesai, aku kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada apa-apa. 
Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka kakakku merah.  Untuk menghilangkan rasa gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas dengan senyum yang kikuk.  Setelah itu, aku kembali duduk di sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara nonton TV dan bincang-bincang kami.  Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11. 30. 
Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur.  Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang kupakai.  Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri nongol sedikit.  Aku mulai menikmati kalau diintip oleh kakakku di kamar mandi tadi.  Mulai besok aku merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi. 
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan.  Setelah membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar.  Di luar kamar, aku bertemu dengan kakakku yang sudah bangun.  Dia sedang menonton acara TV pagi.  Aku menyapanya dan segera di balas dengan sapaannya juga.  Setelah itu, aku mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.  Lagi-lagi pintu kamar mandi tidak kututup rapat.  Seperti dugaanku, kakakku kembali mengintipku.  Aku kemudian membuka gaun malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string.  Gaunku itu kuletakan di tempat cucian.  Setelah itu, dengan hanya memakai g-string, aku berdiri di depan wastafel dan menggosok gigiku.  Saat menggosok gigi, payudaraku bergoyang-goyang karena gerakan tanganku yang menyikat gigi. 
kakakku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati pemandangan ini.  Setelah selesai, aku kemudian membuka g-stringku.  Sementara g-stringku masih kupegang di tangan, aku kemudian kencing sambil berdiri.  Air seniku kuarahkan ke lantai.  Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat shower.  Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga.  Aku kemudian mandi seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku menyabuni dengan perlahan-lahan.  Gerakan tanganku kubuat sesensual mungkin.  Bagian payudara dan vaginaku kusabuni agak lama.  Setelah membilas badanku, aku masih melanjutkan acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut.  Selesai semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu melilitkan handuk di tubuhku.  Sekilas aku melihat dari pantulan tegel dinding kalau kakakku sudah pergi.  Aku kemudian keluar dari kamar mandi. 
Saat keluar aku melihat kakakku duduk di depan TV sambil menikmati acara TV.  Aku tahu sebetulnya dia hanya pura-pura.  Mukanya merah seperti kemarin sewaktu habis mengintipku kencing.  Aku kemudian masuk kamar tidurku.  Pintu kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan kakakku akan mengintip baju.  Lewat pantulan cermin di lemari pakaianku, aku melihat kalau bayangan kakakku ada di depan pintu.  Dia mengintipku lagi.  Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.  Kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang bulat.  Setelah itu, dengan handuk itu, aku terus mengeringkan rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja rias. 
Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku mengeringkan rambutku.  Setelah kering, aku menuju ke lemari kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih.  Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan memakainya pula.  Kemudian aku mengambil jubah pendek dari bahan satin berwarna putih dan kupakai.  Setelah menalikan tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi sebelum keluar.  Dari pantulan cermin aku melihat kalau bayangan kakakku sudah tidak ada. 
Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi untuk kami berdua.  kakakku saat itu sudah di kamar mandi untuk mandi.  Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-stringku sambil mastubasi membayangkan badanku.  Aku tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang kakakku.  Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-sela vaginaku.  Aku sendiri betul-betul terangsang. 
Saat makan pagi siap dan kakakku selesai mandi, aku menyuruhnya makan bersama.  Saat makan, jubah satin yang kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak tahu.  Aku tahu kalau kakakku memperhatikan bra yang terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar.  Setelah makan selesai, aku membereskan piring sementara kakakku duduk di sofa membaca buku. 
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan kakakku.  Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi, kencing atau ganti baju.  Aku juga membiarkannya mencuri dan memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya baik ke lemariku maupun ke tempat cucian. 
suatu siang sepulang kuliah Saya pun segera ke kamar dan berganti pakaian dengan kemeja putih tanpa lengan yang tipis dan celana putih yang sangat pendek dan bawahnya lebar.  Tentunya saya tidak mengenakan bra dan CD lagi seperti biasanya.  Dengan baju itu, buah dada dan putingku yang berwarna coklat kemerahan terlihat jelas sekali.  Terus terang saya menunggu-nunggu kesempatan untuk memakai baju itu di depan kakakku.  Saya tahu kalau pria akan lebih terangsang melihat saya dengan baju itu daripada saya telanjang sama sekali.  Berselang beberapa saat, kakakku keluar dari kamarnya dan menuju ruang tv.  Dia sangat kaget melihat baju yang saya kenakan dan menanyakan apakah saya mau ganti baju dulu.  Saya jawab, "Malas ah, habisnya gerah dan kan juga cuma kamu aja di sini.  Pintunya juga ditutup kok. "
Pada saat nonton, saya duduk di sofa dan dia duduk di lantai.  Saya bersender dan memalingkan kepala ke arah TV.  Dengan begitu kakakku bisa dengan bebas memandang ke arah buah dada saya.  Memang semua ini sengaja saya atur.  Saya juga duduk dengan posisi kaki lurus dengan paha sedikit terbuka.  Karena posisi dia duduk di bawah, maka matanya sejajar dengan celana saya.  Tentunya karena celana pendek saya bawahnya lebar, kemaluan saya dapat terlihat olehnya.  Dari sudut mata saya, saya tahu kalau kakakku terus memandangi saya dari atas sampai ke bawah, jadi bukan film yang dia tonton.  Terus terang, hal ini membuat saya terangsang dan tanpa saya sadari kemaluan saya mulai basah.  Untuk memberikan tontonan lebih heboh lagi pada kakakku, saya pura-pura ingin turun dari sofa untuk mengambil sesuatu tapi sebelum turun saya berdiri dulu beberapa saat dan melihat ke TV seolah-olah saya sedang seru nonton film.  Dengan berdiri di sofa dan posisi dia duduk di lantai, kakakku akan dengan mudah melihat kemaluan saya dari bawah secara jelas.  Mungkin bila rambut kemaluan saya tidak terlalu lebat, dia bisa melihat bibir kemaluanku juga.  Hal ini saya lakukan beberapa kali sampai akhirnya dia tidak tahan lagi dan bilang, "nis, gua dari tadi perhatiin lu dan gua terangsang banget nih, apalagi kalau lu berdiri-diri kaya begitu. " mendengar itu, aku tidak menjawab tapi langsung beranjak ke kamarku.  Aku akan mandi berdasarkan sebuah skenario yang telah kupersiapkan masak-masak dalam benakku sejak malam menjelang tidur.  Sebelumnya, aku mondar-mandir di tamu dengan bermantelkan handuk mandi yang membungkus tubuh.  Aku ingin memastikan bahwa kakakku mengetahui saat aku akan mandi.  Saat kututup pintu kamar mandi, sengaja kuperdengarkan dengan keras saat slot kunci pintu kupasang.  Kuperdengarkan juga suara-suara air yang menyirami kakiku.  Semua itu memang kumaksudkan agar kakakku mengetahui bahwa aku sekarang sedang akan mandi.  Dan sesuai dengan harapanku, kulihat kembali kaki indah itu dari celah bawah pintu kamar mandi.  Kaki kakakku.  Terselip rasa geli dalam hatiku.  Aku seperti anak-anak yang begitu senang mendapatkan mainannya.  Dan kurasakan betapa main-main seperti ini dapat menyenangkan hati pula.  Aku tersenyum sendiri sambil terbatuk-batuk. 
Aku membayangkan diriku seolah penari striptease yang sedang berada di atas panggung hiburan.  Kulepas busanaku satu persatu dengan gaya erotis.  Pertama, kulepas ikat pinggang mantel handukku.  Kemudian aku bergaya seolah menggulung rambutku.  Gaya seperti ini akan tampak menggairahkan apabila terlihat dari arah samping.  Oleh karenanya aku berdiri di dekat bak mandi secara menyamping dari arah pintu.  Kemudian kulepas mantelku dan kugantung di gantungan baju di balik pintu.  Aku yakin saat ini jantung kakakku mulai berdegup kencang.  Sebelum aku melepas BH-ku, kumasukkan tangan untuk menggaruk-garuk buah dadaku seolah gatal sambil sedikit mendesah.  Aku juga menggosok leherku.  Ini kulakukan untuk menunjukkan pada kakakku betapa sensualnya leherku.  Aku kemudian mengelus dagu, rahang hingga belakang telingaku.  Tempat-tempat itu biasanya merupakan sasaran bibir dan lidah saat seseorang berkesempatan untuk mencium dan menjilatinya. 
Kugosok juga ketiakku.  Kuangkat tinggi-tinggi tangan kiriku kemudian kuelus dan kugaruk lembut lembah ketiakku.  Teman dan tetanggaku Indri, sangat keranjingan apabila menyaksikan ketiakku karena menurutnya ketiakku indah dan harum seperti ketiak dewi dari surga.  Maklum saja, itu menurut orang yang sedang keranjingan.  Kemudian kedua tanganku meraih kancing BH di punggungku.  Gaya membuka kancing BH ini adalah juga sesuatu yang sangat disenangi oleh para wanita dan pria hidung belang, karena saat membuka kancing BH, seorang wanita akan memperlihatkan lengannya yang mulus, sedikit ketiaknya, juga dadanya yang tertarik ke belakang hingga payudara akan tampak lebih kencang dan menggembung.  BH itu kembali kusangkutkan di gantungan baju.  Aku teringat celana dalam kotorku kemarin yang telah dilumat oleh bibir dan lidah kakakku.  Sekarang akan kutinggal BH-ku di gantungan ini.  Aku ingin melihat ekspresi kakakku saat menciumi BH-ku nanti.  Kemudian kuamati perutku yang mulus tanpa lipatan. 
Kini saatnya kurogoh celana dalamku.  Dengan melewati 'tahi lalat' yang berada di tepi celana dalamku, kuelus kemaluanku.  Kumasukkan jari-jari ke belahan kemaluanku dan menggosoknya.  Kemudian kuperosotkan celana dalamku hingga terentang di kedua pahaku dan kembali dengan tangan kuelus bibir vaginaku yang kini sepenuhnya terbuka.  Kulihat kaki kakakku belum bergerak dari tempatnya.  Kupikir, tentunya saat ini dia sedang mati-matian berusaha menahan gejolak birahinya.  Aku tersenyum geli dengan permainanku sendiri. 
Kemudian giliran pantatku.  Aku merundukkan badanku setengah menungging kemudian menggosok-gosok pantat beserta belahannya.  Kumasukkan jari-jariku pada belahan itu dan kutusukkan jari ke lubang analku.  Aku memutar tubuhku hingga pantatku membelakangi pintu agar dari tempat kakakku nampak gempalnya pantatku yang menurut Indri sangat seksi.  Dan akhirnya kulepas sama sekali celana dalam dari pahaku.  Kini saatnya aku mandi setelah sebelumnya kucuci tangan, jari-jari dan lenganku.  Kemudian kucuci kakiku, jari-jarinya dan betis serta pahaku.  Ini selalu kulakukan untuk menghindari keterkejutan tubuhku yang akan dengan tiba-tiba tersiram air yang dingin ini.  Kemudian kuguyur seluruh tubuhku. 
Gayung air kupenuhi kemudian mulai kuguyurkan dari kepalaku.  Kusabuni seluruh bagian tubuhku.  Aku bernyanyi-nyanyi kecil sambil melirik kaki kakakku di sebelah pintu yang sama sekali tidak bergerak sejak awal aku masuk kamar mandi tadi.  Entah apa yang sedang dilakukannya.  Bukan tidak mungkin tangannya sedang mengocok kemaluannya.  Setelah mandi aku menyambar handuk dari gantungannya untuk mengeringkan badan.  Kemudian kukenakan mantelku.  Setelah selesai, aku segera keluar kamar mandi dan pas keluar dr kamar mandi msh handukan, kakakku langsung menahan aku dpintu kamar mandi.  Dia nembak aku kayak cowok nembak cewek lain yg tak ada hubungan darah.  aku belum menjawab dia sudah mennyium bibirku.  waktu itu aku tidak menjawab tapi aku merasa seperti siap diapain aja.  dia menyium bibirku sampe melepas handuk. 

Saya adalah seorang pria yang sekarang berumur 30 thn.  Saya sudah mengenal sex sejak usia yang masih sangat muda, bahkan masih kanak-kanak.  Teman-teman mahasiswa dulu sering memberi julukan Hai Hai pada saya sebagai asosiasi dengan tokoh Pendekar Mata Keranjang di ceritanya Asmaraman S Kho Ping Hoo.  Padahal saya sendiri merasa tidak mempunyai modal wajah yang tampan ataupun tubuh yang macho walaupun memang saya gemar berolah raga.  Tapi saya sadari bahwa saya memang senang berteman dengan perempuan sehingga gampang akrab dengan kaum ini.  Ternyata ini sangat mempengaruhi kehidupan saya selanjutnya yang cendrung ke arah sex bebas apalagi sebagian besar hidup saya dijalani di luar negeri karena mendapat beasiswa untuk tugas belajar.  Walaupun akhirnya saya merasa menyesal karena ternyata ini sangat mempengaruhi kehidupan berumah tangga saya, tapi apa boleh buat sejarah tidak dapat dirobah apalagi dihapus.  Cerita ini merupakan kenangan yang masih selalu saya ingat sebagai bagian dari petualangan birahi saya. 
Saya dibesarkan di sebuah desa kecil sekitar 10 km dari kota pelabuhan B dan 45 km dari kota M sebagai ibukota propinsi.  Saya tinggal di desa itu sampai tamat SMA, kemudian pindah ke ibukota propinsi untuk kuliah selama 6 bulan dan kemudian mendapat tugas belajar ke Bld. 
Kesukaan berteman dengan teman wanita memang sudah ada pada diri saya sejak kecil.  Sejak umur saya 5 tahun, saya sudah sering bermain dokter-dokteran dengan teman-teman gadis sebaya.  Kami suka bermain tukar-tukaran celana (dalam).  Bahkan waktu itu saya sudah sering menjilat-jilat vagina teman-teman gadis saya dan sebaliknya mereka juga sering menjilat-jilat penis saya.  Sampai saya umur 7 tahun jumlah gadis sebaya yang pernah main dokter-dokteran dengan saya ada 8 orang.  Tapi sejauh itu saya tidak pernah berhasil memasukkan penis saya ke dalam vagina mereka.  Walaupun mereka sudah membuka vagina mereka lebar-lebar, tapi yang saya tetap tidak bisa menemukan lobang vagina untuk memasukkan penis saya.  Memang yang saya tahu di vagina itu ada bentuk yang mirip kacang, bibir yang agak berlapis, dan baunya yang memang sangat unik dan merangsang, serta vagina itu botak tak ada rambutnya sama seperti penis saya.  Saya juga waktu itu sudah tahu bahwa vagina wanita itu masing-masing berbeda baik warnanya maupun bentuknya.  Kalau saya melihat di dalam kulit penis saya, sering kali ada putih-putih yang baunya nggak enak, nah itulah yang saya pahami waktu itu sebagai bahan baku pembuat anak.  Jadi waktu itu memang saya tidak tahu menahu tentang adanya sperma.  Memang saya pernah dengar tentang air mani, tapi saya pikir air kencing itulah air mani. 
Semuanya berubah pada waktu saya berumur 7 (tujuh) tahun.  Pada waktu itu, bulan Desember, saya baru beberapa hari menyelesaikan ulangan catur wulan terakhir untuk naik ke kelas 3 SD (saya SD tanpa melalui TK) dan itu berarti sebentar lagi libur.  Di dekat rumah saya ada telaga baru yang bersih.  Airnya jernih.  Banyak orang sering mandi di telaga itu.  Tapi biasanya pada jam 1-3 siang sangat sunyi.  Ada larangan dari orang tua untuk mandi di jam seperti itu sebab konon kabarnya banyak setan yang suka mandi di saat itu.  Di muara telaga itu sering digunakan sebagai tempat cuci pakaian dan di situ ada pancuran tempat mandi yang khusus untuk wanita.  Di dekat telaga itu ada banyak pohon bambu, pohon pisang dan pohon buah-buahan seperti pepaya, jambu monyet, dan mangga.  Pohon mangga inilah (walaupun bukan milik kami, maklum di desa) yang menjadi kesukaan saya.  Pada musim buah mangga, setiap habis makan siang, saya suka makan mangga di atas pohon itu. 
Pada suatu hari seperti biasanya saya sedang asyik makan mangga di atas pohon, tiba-tiba. . Byyuuur !Ada orang yang terjun ke telaga.  Ternyata itu si Yuni.  Yuni aslinya bukan dari desa kami.  Dia datang dari kota B sejak tiga tahun lalu tapi tinggal dengan tantenya di desa kami dan bersekolah di SMA yang kebetulan ada di desa kami (satu-satunya SMA yang ada di kecamatan kami).  Dia duduk di kelas 3 sebentar lagi lulus. 

Memang, dia mandi dengan pakaian yang mirip daster tapi karena basah dan pakaiannya juga tipis sekali, jadi terlihat sekali sepasang payudaranya yang montok.  Memang Yuni sangat cantik dan tubuhnya begitu indah.  Sejak kedatangannya tiga tahun yang lalu, dia selalu menjadi rebutan pemuda di kampung kami.  Tak heran jika dia sering ganti-ganti pacar. 
Melihat pemandangan seperti itu, jantung saya terasa bagaikan tambur memukul dada saya karena memang seperti ada rasa malu (walaupun sebenarnya ingin melihat) tapi yang terutama ada rasa takut jangan sampai dia tahu saya mengintip di situ.  Lama juga saya pendam rasa takut ini, tapi saya akhir turun juga dari pohon itu secara perlahan-lahan sekali. 
"Hai. . . ada orang mengintip yah ? !!", terdengar suaranya membentak.  Astaga, ternyata yang saya takutkan terjadi.  Dia tahu saya ada di situ. 
"Turun kau !!. . . . Ooh. . . Johny ternyata kau", katanya setelah saya menoleh.  Sesampai di tanah terasa keringat dingin mulai meleleh di dahiku. 
"Masih ada mangganya ? Yuni minta dong", katanya sambil berenang ke arah saya.  Betapa permintaan ini sangat melegakan.  Ternyata Yuni tidak marah. 
"Iya, Kak Yuni.  Ini. . . . tangkap !", kata saya sambil melemparkan mangga satu buah yang kebetulan ada di saku saya celana dan "Clup !!" mangganya meleset dan jatuh di telaga. 
"Johny, mangganya jatuh, Kak Yuni tidak bisa menyelam, tolong dong ?", katanya dengan suara yang manja. 
"Iya, Kak Yuni", kata saya sambil berpikir apakah saya harus menyelam dengan pakaian atau melepas pakaian.  Kalau saya menyelam dengan pakaian di badan, pasti pakaian basah, dan kalau pakaian basah orang tua akan tahu bahwa saya mandi di telaga di siang bolong padahal itu dilarang.  Akhirnya walaupun agak malu saya melepaskan pakaian dan sambil menutupi kemaluanku saya meloncat ke telaga. 
Pada saat menyelam mencari mangga yang jatuh di dekat kaki Yuni, karena airnya yang jernih, saya bisa melihat daerah kemaluannya yang hitam di dalam bajunya.  "Hitam ?", pikir saya pasti Yuni memakai celana dalam hitam.  Tapi bagian pantatnya nggak hitam.  Hal ini menjadi tanda tanya bagi saya.  Sebenarnya tidak sulit mendapatkan mangga tadi yang hanya jatuh di dekat kaki Yuni.  Sesaat kemudian saya muncul ke permukaan seraya memberikan mangga itu, "Ini mangganya, Kak". 
"Kenapa lama sekali sih ? Oo, saya tahu kau sambil menyelam mengitip ke dalam baju Kak Yuni, yah ?", tanyanya sambil mencubit perutku. 
"Tidak Kak Yuni, saya mencari mangga kok", kataku gugup. 
"Ayo katakan kau mengintip apa ?", katanya lagi, sekarang dia mencubit pahaku dengan gemas. 
"Saya mengintip celana dalam Kak Yuni", karena didesak dengan cubit-cubitan, akhirnya saya mengaku juga. 
"Kau bohong ! Nih, Kak Yuni nggak pake celana dalam", katanya sambil mencoba memegang tanganku.  Awalnya saya mengelak, sebab saya pikir mau dicubit lagi.  Ternyata tidak.  Yuni menangkap tanganku dan kemudian dengan tangannya yang lain dia mengangkat bajunya dan menuntun tanganku ke bawah air ke arah vaginanya.  Astaga benar juga dia tidak pakai celana dalam.  Tapi kok ada rambut di vaginanya ?
"Anunya Kak Yuni banyak rambutnya ?", tanyaku dengan suara berbisik.  Saya mencoba menarik tanganku, tapi Yuni tetap memegangnya di vaginanya sambil memutar-mutarkan tangan saya di bibir vaginanya. 
"Ha. . ha. . ha. . iya dong, kamu kan masih kecil.  Anumu belum punya rambutnya", kata Yuni sambil memegang penisku.  Iihhh, gelinya.  Jantungku berdebar makin kencang. 
"Hi. . hi. . hi. .  botak dan kecil. . . hi. . hi. .  sini Kak Yuni bikin jadi besar", katanya.  Kini Yuni mulai memijit dan mengelus-elus perlahan penisku di dalam air.  Walaupun sebetulnya saya sangat gugup dan pura-pura menolak, tapi diperlakukan begitu, penis saya makin naik juga.  Yuni menarik kepalaku menempel di payudaranya yang sangat empuk tapi saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat dengan payudaranya itu. 
"Tuh kan sudah mulai besar nih", katanya seraya memainkan biji saya dengan kedua tangannya.  Rupanya mangga tadi sudah jatuh lagi.  Kali ini saya berharap Yuni akan menyuruh saya untuk menyelam lagi mencari mangga itu. 
Kemudian Yuni menoleh kekiri dan ke kanan kalau-kalau ada orang lain di situ, kemudian dia berbisik, "Ayo, ikut Kak Yuni". 
Yuni membawa saya di bawah rumpun pohon bambu.  Kemudian dia dengan lincahnya mengambil beberapa daun pisang dan mengalasnya di atas tanah.  Sedangkan saya hanya berdiri saja dengan penis kecilku yang tetap tegang dan menghadap ke atas.  Sesudah semuanya siap, Yuni membuka dasternya dan merebahkan dirinya di atas daun pisang.  Dengan isyarat tangannya dia kemudian menyuruh saya jongkok di depan vaginanya.  Yuni kemudian membuka kakinya dan menarik kepala saya ke arah vaginanya.  Inilah untuk pertama kalinya saya melihat vagina milik wanita yang (agak) dewasa.  Betapa indah bentuknya.  Lobangnya jelas kelihatan, bibirnya merah mudah mirip bunga mawar, dan dikelilingi rambut yang halus dan baunya sangat merangsang.  Pada saat itu juga saya tahu kenapa saya tidak dapat menemukan lobang vagina teman-teman perempuan saya yang sebaya, karena selama kami main-main itu selalu dilakukan berdiri.  Kemudian saya mulai menjilat-jilat lobang surga Yuni itu.  Kalau acara jilat menjilat begini sih bukan hal yang baru lagi buat saya. 
"Wow sudah pintar kamu yah ? Kamu belajar dari siapa ini ?", katanya sambil menekan-nekan kepalaku ke vaginanya. 
Yuni kemudian mengangkat badan saya dan tangannya yang halus itu dengan cekatan lalu mengarahkan penisku ke arah vaginanya.  Pertama digosok-gosokkan penisku di bibir vaginanya, kemudian secara perlahan-lahan saya memasukkan penisku ke lobang kenikmatan Kak Yuni itu.  Awalnya agak sakit, tapi saya tetap mencoba.  Secara naluri tanpa diajar, saya menaik-turunkan pantat saya. . . dan akhirnya penisku masuk semuanya.  Saya merasa vagina Yuni begitu basah dan bulat serta menjepit-jepit.  Padahal kan tadi kelihatannya agak lonjong.  Yuni memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya.  Saya tetap melakukan gerakan naik-turun.  Kemudian Yuni mulai memaju-mundurkan pinggulnya.  Dan memang rasanya enak bukan main.  Inilah kiranya yang disebut rasa sorga.  Yuni membuka matanya kemudian tersenyum dan bagaikan serangan dadakan dia mencium bibirku.  Wow. . .  ini juga hal yang baru bagiku.  Saya belum pernah berciuman bibir.  Enak juga tapi saya memang tidak terlalu memperhatikan permainan bibir ini.  Saya berkonsentrasi pada kenikmatan yang terjadi di bawah sana yang mulai mencapai puncaknya.  Yuni kembali memejamkan matanya.  Saya makin gencar melakukan serangan. . . dan. . . cret. . cert. . cret. . . terasa ada sesuatu yang keluar dari penisku dan enaknya bukan main.  Masih belum menyadari apa yang terjadi, saya kemudian tanpa permisi cepat-cepat menarik keluar penis saya karena saya kuatir jangan-jangan penis saya rusak.  Yuni membuka matanya dan tersenyum, "enak nggak ?".  Saya diam saja sambil memperhatikan penis saya yang ternyata masih utuh.  Dari vagina Yuni terlihat keluar cairan putih.  Pasti itulah cairan yang saya semprotkan tadi. 
"Itu sperma kamu", kata Yuni sambil tersenyum genit.  Yuni kemudian duduk di atas dasternya dan matanya tetap menatap penisku. 
"Memang enak Kak Yuni.  Tapi saya tidak tahu apa yang terjadi tadi", kataku sambil berdiri. 
"Oh, belum mengerti juga ? Kalau begitu ayo sekali lagi".  Tanpa menunggu jawaban Yuni langsung menerkan penisku yang sudah mulai kendur lagi dengan mulutnya.  Memang saya sudah sering memasukkan penisku di mulut gadis-gadis sebayaku tapi terkaman mendadak Yuni ini membuat saya agak kaget juga.  Permainan mulutnya memang lain dengan yang saya pernah rasakan selama ini.  Tidak heran kalau penisku kemudian menjadi keras lagi.  Tiba-tiba saya menjadi sangat berani.  Saya dorong Yuni ke atas daun-daun pisang itu. 
Kemudian saya kembali memasukkan penis saya ke vaginanya.  Sekarang rasanya lebih lancar dari yang pertama.  Mungkin karena saya sudah tahu caranya atau karena vaginanya yang masih basah dengan sperma. 
"Waw, mulai ketagihan juga nih", katanya agak kaget. 
Tapi tidak lama saya melancarkan serangan-serangan penis saya di dalam liang sorga Yuni, tiba-tiba terdengar suara banyak orang datang.  Ach, rupanya suara dari beberapa anak yang akan mandi di telaga.  Kelihatannya Yuni memang agak kecewa tapi dia kemudian cepat-cepat mendorong saya yang masih segan untuk berhenti, dan kemudian memakai kembali dasternya sedangkan saya sibuk mencari pakaianku yang saya tidak perhatikan ditaruh di mana. 
Sejak saat itu setiap kali ketemu Yuni kami hanya saling senyum.  Padahal saya berharap dia mau mengajak saya untuk melakukannya lagi.  Saya masih segan untuk mengajaknya.  Tak lama kemudian Yuni lulus SMA dan dia pindah tidak tahu kemana.  Dialah guruku dalam bidang yang satu ini yang telah mendewasakan saya terlalu cepat.