Heru, 32 th, adalah teman sekantor suamiku yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 28 th. Mereka sering bermain tenis bersama, entah mengapa setiap Heru datang kerumah menjemput suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.
Aku benar benar dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, walaupun aku telah menikah 2 tahun yang lalu dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Heru datang kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku bermain tenis, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.
Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata "..Hesty mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan saya.." Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru merupakan figure yang cukup 'gentleman'.
Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata "..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini.." Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous 'you can see' setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru didepan pintu "..Ayo Her aku sudah siap.." Heru hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.
Singkat kata aku bermain tenis dengannya dengan penuh ceria, kukejar bola yang dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku, ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat ini.
Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan sweaterku sekarang tinggal memakai blous "you can see" longgar yang membuat ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya.
Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang "gentleman" pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut, namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.
Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. "Her.." kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.
Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Heru yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.
Heru mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.
"Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her.." desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.
Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.
Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. "Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu.." desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.
Heru menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, "..Oooh Heru suuddhaah.. Herr.. stoop..!!" tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.
Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.
Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Heru mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. "ggaahh.. Heeruu..stoop..ohh.." bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.
Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Heru berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.
Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Heru menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Heru menembus vaginaku."Hngk! Besaar..sekalii..Heer.." Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.
Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.
Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.
"Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!
Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.
"hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh.." Heru membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."
Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.
Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!" mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.
Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.
Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"
Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.
Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.
Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Heru untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.
Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.
Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas "..Yeess..Herr..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku.." Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.
Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess.." ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya 'doggy style' ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap 'menanjak' suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.
Tetapi Heru sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.
"Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.
Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.
Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. "Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!" Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.
Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan, "..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!" Heru mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Heru makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Heru untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.
Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Heru menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.
"..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!" Heru memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. "..Yess.. Heruu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!" kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..
"..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!" giliran Heru merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.
Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Heru bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, "..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!"
Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku... aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. "..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! ...sshh.. ...oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, "..Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!" Heru mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, "..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! "..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?". "..Ohh.. Heru kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!
Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, "..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!" Heru memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan "..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.
Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.
Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.
Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru melakukannya lagi terhadapku.
Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku 'sayang'. Heru berhenti bertugas di kantor suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu.
Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Heru padaku. Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Heru, dimanakah kau berada Heru..?
Kudiajak selingkuh Sama Tetanggaku
Aku adalah seorang karyawan yang bekerja di Perusahaan Multimedia, sedangkan istriku adalah sales sebuah produk jamu dari Madura. Kami telah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sudah duduk di kelas 1 SD. Di depan rumahku tinggallah pasangan muda suami istri yang telah memiliki seorang putra berusia 4 tahun yang diasuh oleh seorang pembantu yang datang jam 7 pagi pulang jam 4 sore. Tetanggaku ini adalah seorang wiraswasta bidang percetakan sedangkan istrinya adalah karyawati di sebuah instansi.
Dari cerita yang pernah mereka ucapkan, dulu mereka pernah mengikuti suatu aliran yang sangat fanatik, itulah sebabnya istri tetanggaku ini selalu mengenakan jilbab lebar yang selalu menutupi kepala dan dadanya dan juga selalu mengenakan pakaian longgar yang panjang sampai ke mata kaki.
Dari cerita istriku, kuketahui bahwa sang istri sangat memperhatikan masalah hubungan suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Hal ini karena istri tetanggaku ini merupakan pelanggan tetap istriku dalam membeli jamu dari Madura, terutama jamu yang berhubungan dengan hubungan suami istri seperti “sari rapet”, “Pria perkasa” ataupun jamu lainnya yang selalu berhubungan dengan hubungan suami istri.
Walaupun selalu mengenakan jilbab lebar, tetap saja tidak bisa menutupi kecantikan, keanggunan dan putihnya kulit istri tetanggaku ini, sehingga aku sering membayangkan bagaimana keadaan tubuhnya bila tidak mengenakan busana, pastilah sangat seksi dan sangat menggairahkan.
Disamping sebagai seorang wiraswasta, tetanggaku ini aktif di sebuah LSM yang memperhatikan perkembangan perekonomian masyarakat. Karena persaingan bisnis yang semakin ketat, akhirnya usaha tetanggaku ini bangkrut, dan akhirnya ia lebih memfokuskan diri untuk mengeluti LSM yang ia ikuti. Dan ternyata di LSM yang digelutinya ini, ia mendapatkan kepercayaan untuk mengawasi pencairan dana masyarakat di luar kota dengan honor yang lumayan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga ia harus kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang ke rumah.
Pada suatu hari istriku berkata bahwa komputer tetanggaku bermasalah dan minta tolong padaku untuk segera memperbaikinya, sebab tidak mungkin harus menunggu suaminya pulang dan lagi pula banyak pekerjaan mendesak yang harus dikerjakannya. Dan katanyanya walaupun ia sedang ada dikantor, aku dipersilahkan untuk memperbaiki komputer di siang hari, sebab ada pengasuh anaknya di rumah.
Obsesiku terhadap istri tetanggaku ini seperti mendapat peluang. Aku menyanggupi untuk memperbaiki komputernya “besok akan ku kerjakan..” kataku pada istriku. Keesokan harinya sebelum aku ke rumah tetanggaku, aku persiapkan beberapa spy cam (“Kamera pengintai”) ukuran kecil tanpa kabel yang aku hubungkan ke komputerku.
Ternyata sistem operasi komputer tetanggaku ini bermasalah, maka harus ku install ulang supaya normal kembali. Pada saat penginstallan sedang berlangsung, aku menanti pengasuh tetanggaku ini lengah atau keluar memberi makan asuhannya. Saat pengasuh anak tersebut keluar, maka kugunakan kesempatan ini untuk masuk ke kamar tetanggaku dan meletakkan 2 buah spy cam ditempat yang tepat dan tersembunyi yang bisa menangkap aktivitas tempat tidur dan sekitarnya.
Setelah perbaikan sistem operasi komputer tetanggaku selesai, aku segera pulang dan menyalakan komputer untuk mengetes apakah spy cam yang aku letakkan berfungsi dengan baik. Dan ternyata alat kecil memang benar-benar canggih, selain bentuknya kecil dan tanpa kabel, ternyata daya tangkap gambarnya pun nyaris sempurna dan yang lebih canggihnya lagi adalah kemampuannya melakukan zoom.
Mulailah pada jam-jam tertentu aku memantau keadaan kamar tersebut. Dari hasil pantauan tersebut, tedapat beberapa moment yang aku rekam, diantaranya merekam tubuhnya yang sedang telanjang bulat dan berlenggang lenggok didepan cermin sehabis mandi, merekam kegiatan dirinya yang sedang terangsang di malam hari pada saat suaminya di luar kota, bahkan sempat ku rekam bagaimana ganasnya ia di tempat tidur pada saat suaminya pulang dari luar kota.
Rupanya dibalik keanggunan dan kealiman penampilan luar istri tetanggaku ini, ternyata dalam berhubungan suami istri dia sangat ganas dan binal membuat suaminya kewalahan, dan sering kali terlihat dia masih bernafsu tetapi suaminya sudah ambruk dan akhirnya dia hanya bisa gelisah tidak bisa diam melihat suaminya tidur kecapaian.
Akhir-akhir ini kesibukan tetanggaku ini semakin padat, sehingga jadwal kepulangannya menjadi tak menentu, terkadang dua minggu sekali bahkan pernah sampai dua bulan baru pulang. Bahkan pernah secara bercanda istri tetanggaku ini berkata pada istriku : “Bu…, saya mah jablay…(jarang dibelai maksudnya) “
“Kenapa gitu ?” tanya istriku pada.
“Habis si Bapak jarang pulang, dan kalo pulangpun hanya satu malam setelah itu pergi lagi.. Saya mah punya suami… tapi jarang sekali bermesraan “ katanya dengan nada sedih.
Pada suatu hari, istriku cerita padaku bahwa pada tadi siang ketika istriku bertamu ke tetanggaku, dia melihat istri tetanggaku sedang menangis. Dan ketika ditanya mengapa, istri tetanggaku menjawab terisak “Si Bapak, tadi malam pulang, tapi belum ngapa-ngapain dia sudah pergi lagi dengan temannya malam itu juga dan sampai sekarang belum pulang. Padahal saya lagi pingin-pinginnya..”
Mendengar cerita istriku, aku menjadi tergoda untuk mengisi kekosongan kasih sayang ini. Tapi bagaimana caranya ? dan tak mungkin aku dapat menggoda seorang istri yang selalu taat menjalankan perintah agama. Apalagi dia selalu mengenakan jilbab dan tidak pernah memberi kesempatan kepada bukan muhrimnya untuk berbicara bebas dengannya.
Akhirnya aku punya ide untuk mengancamnya akan menyebarkan video rekaman dirinya yang sedang telanjang dan yang sedang berhubungan dengan suaminya. Rekaman tersebut aku simpan di CD.
Pada malam hari ketika istriku sudah tidur, kuletakkan CD rekaman tersebut di depan pintunya dan kuhubungi hp istri tetanggaku ini dari hp-ku dengan menggunakan nomor yang baru kubeli siang tadi
“Bu…, Coba ibu buka pintu depan dan ambil amplop yang tersimpan dibawah pintu, sekarang..! Isinya adalah CD berisi video rekaman yang harus ibu tonton di komputer” kataku memerintah tanpa memberi kesempatan padanya untuk bertanya siapa yang menelepon.
Aku mengintip dari dalam rumahku, tak lama kemudian aku melihat pintu depannya terbuka, kemudian dia keluar dengan jilbab lebar dan baju longgar yang biasa dikenakan kemudian melihat keadaan sekitarnya, lalu setelah yakin tidak ada seorangpun, lalu dia melihat ke bawah dan mengambil amplop yang aku simpan dan dengan tergesa-gesa pintu itupun dia tutup kembali.
Kira-kira setengah jam kemudian, hp-ku bunyi dan setelah kulihat ternyata istri tetanggaku menghubungiku. Begitu aku tekan tombol terima, langsung terdengar suara serak seperti orang yang sangat marah tapi tak berdaya “Anda siapa ? Dan apa maksudnya memperlihatkan video ini pada saya ? “ tanyanya.
“Saya hanyalah seorang penggemar berat ibu. Dan saya ingin semua orang tahu bahwa tubuh ibu sangat menggairahkan dan ibu sangat binal dan ganas di tempat tidur” jawabku santai.
“Apa maksudnya…?” katanya dengan nafas yag mulai tersekat
“Akan saya perbanyak CD ini dan akan saya bagikan ke setiap rumah di lingkungan ini, juga akan kirim ke internet agar orang sedunia tahu apa dan bagaimana ibu. “ jawabku masih dengan nada santai dan kalem.
“Ja…jangan…jangan…!” potongnya mulai gugup.
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan…, mau uang…? Berapa…?” katanya memelas dan suara melemah.
“Saya nggak mau uang…” jawabku
“Lalu apa..?” susulnya
“Saya hanya ingin bisa menikmati tubuh ibu yang sangat menggairah…” kataku menggodanya.
“Tidak mungkin …..Aku nggak sudi….”
“Ya…nggak apa-apa.. Tapi ibu jangan kaget kalau esok hari semua tetangga akan ribut karena memiliki rekaman tersebut..” jawabku mengancam
“jangan…jangan dilakukan ….tolonglah kasihani saya…” katanya lagi memelas
“Tidak akan saya lakukan…asal ibu memenuhi keinginan saya” kataku lagi.
Lama dia tidak menjawab…
Dan akhirnya…
“Baiklah… saya menyerah…, tapi kumohon…. Kamu harus menghapus semua rekaman ini “ katanya dengan nada yang sangat berat dan pasrah karena kalah
“Baiklah…, sekarang ibu harus membuka pintu depan, kemudia ibu harus menunggu saya di kamar ibu. Kalu tidak ibu lakukan maka saya tidak akan datang” jawabku memberikan perintah.
Tak lama kemudian, kulihat pintu depan terbuka sedikit dan beberapa menit kemudian kulihat dimonitor bahwa dia telah ada di dalam kamar dan duduk gelisah diatas kasur menunggu apa yang akan terjadi.
Kumatikan komputerku dan aku keluar rumah secara mengendap-ngendap menuju rumah tetanggaku melalui pintu depan yang terbuka, kemudian kututup dan kukunci. Lalu dengan perasaan degdegan aku menghampiri kamarnya kubuka pintunya dan kututup kembali serta kukunci. Begitu melihatku dia langsung berdiri dan berkata kaget dan marah
“Ohh..ternyata bapak..! Kenapa bapak melakukan ini padaku. Apa bapak tak takut kalau saya laporkan ke istri bapak ?” Ancamnya
“Laporkan saja dan saya akan menyebarkan rekaman itu. Yang paling rugi kan bukan saya, tapi ibu sendiri ?” jawabku menekannya
“Jadi gimana ? mau batal ?” sambil aku membalikkan badan seolah-olah akan keluar kamar.
“Jangan…saya menyerah…” katanya pelan dan terisak meneteskan air mata.
“Baiklah kalau begitu…” kataku sambil menghampirinya.
Dia duduk mematung di pinggir tempat tidur ketika kuhampiri. Aku duduk disampingnya, dia menggeserkan badannya seperti yang ketakutan, tapi aku menahannya sambil berkata “Ingat, jika ibu tidak melayaniku malam ini, maka ancamanku akan kulaksanakan !” kataku mengancam. Akhirnya dia diam dengan badan menggigil ketakutan dan mata yang terpejam.
Tangan kananku memeluknya dari belakang. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Dia masih memejamkan matanya. Ohhh betapa cantik wajahnya, bibirnya yang tipis dan basah menggodaku untuk menciumnya
Dia diam saja mematung, bahkan badannya terasa sangat dingin. Tapi aku tak peduli, aku terus mengulum bibirnya yang tertutup rapat dan terkadang lidahku menjilati bibirnya. Dia mulai bereaksi tapi hanya sekilas setelah itu dia tetap diam sambil memejamkan mata.
Tanganku membuka jilbab lebar yang ia kenakan dan melemparkannya ke lantai, maka tampaklah rambut indah dengan leher jenjang merangsang menopang wajahnya yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan, walaupun dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yang tegang.
Bibirku mulai menciumi dagu, pipi, dan seputar lehernya yang sangat merangsang, beberapa kali kurasakan ada reaksi dari dirinya dengan keluarnya keluhan dari mulutnya
“Euh….euh….”
Hanya segitu, lalu dia diam lagi seperti sedang bertahan untuk tidak tergoda atas rangsangan yang kulakukan pada dirinya. Lalu tanganku menarik seleting baju panjang yang terdapat dipunggungnya dan bajunya kutarik ke bawah, tampaklah tubuh putih mulus yang harum dengan buah dada yang montok terhalang oleh bh yang masih menahannya agar tidak tumpah. Kutarik pengait bh hingga bh tersebut terlepas dan kulemparkan ke lantai, maka tampaklah buah dada yang benar-benar montok menggairahkan tergantung bebas dihadapanku.
Badannya semakin kaku, kudorong paksa agar dia berbaring di kasur, lalu dengan tergesa-gesa karena bernafsu tanganku mulai meremas buahdada indah tersebut yang kiri dan kanan secara bergantian.
Ouh… betapa mengasyikkan dan puasnya dapat mempermainkan buah dada dari seorang wanita yang biasanya tertutup baju longgar dan jilbab yang lebar. Mulutku mulai menjilati dan menciumi seluruh permukaan kulis halus di sekujur tubuh terbukanya. Terkadang disertai dengan kecupan serta hisapan yang mengasyikan. Dan akhirnya bibirku menuju buah dadanya . Buah dada sekal dan montok itu aku hisap dan gigit-gigit gemas penuh nafsu, kemudian aku kebagian puting susunya yang sudah mulai tegak menantang. Kupilin-pilin dengan bibir dan lidahku..
“Ouh…ouh…euh…..euh… ssstt…hhhssstttt…” Erangan halus dan desis nikmat keluar dari mulutnya tanpa disadarinya
Tapi segera diam kembali setelah dia menyadarinya apa yang sedang terjadi. Tampak sekali terjadi pergulatan batin yang sangat hebat antara mempertahankan harga diri dan kehormatan melawan gairah nafsu yang sudah mulai bangkit mempengaruhinya. Hal ini tampak dari gerakan tubuhnya mulai menggelinjang dan merespon setiap sentuhan dan rangsangan yang kuberikan padanya. Peperangan antara rasa terhina dan rasa nikmat yang ia terima demikian hebatnya sehingga tampak dari keringat yang mulai bercucuran dari tubuhnya.
Badan dan tubuhnya sangat menikmati rangsangan yang kuberikan tetapi pikirannya melarang untuk merespon, sehingga reaksi yang diberikan menjadi tidak konstan, terkadang melenguh menikmati dan terkadang lagi diam mematung tidak memberikan respon atas rangsangan yang kuberikan padanya. Tapi aku terus memberikan rangsangan-rangsangan kenikmatan padanya dengan terus memilin dan meremas buah dadanya yang indah.
Usahaku memberikan hasil. Dia menjadi lebih sering mendesah dan melenguh menahan nikmat yang dirasakan, walaupun dengan malu-malu sambil tetap berusaha menjaga harga dirinya agar tidak jatuh dihadapanku.
“Ouh… oohh…ouh….” Erangan nikmatnya menjadi lebih sering kudengar. Kedua tangannya mencengkram kasur dengan sangat kuat hingga urat-urat halus tangannya menonjol menandakan bahwa dia sedang dilanda kenikmatan dan rangsangan birahi yang teramat sangat.
Aku mulai menanggalkan baju longgarnya dari tubuhnya dan menjatuhkannya kelantai. Mataku nanar diliputi nafsu yang semakin menggebu melihat tubuh bugil merangsang di hadapanku yang hanya menyisakan cd yang menghalangi keindahan vaginanya. Lalu kutanggalkan cd yang menghalangi pemandangan indah ini. Dan…. Terpampanglah tubuh telanjang yang benar-benar indah membangkitkan gelora birahi yang semakin tak tertahankan. Penisku semakin tegang melihat pemandangan itu
Tanpa membuang waktu, aku menciumi kedua paha indah yang putih, mulus serta harum ini. Kugunakan lidahku untuk mengulas semua permukaan paha baik yang kiri maupun yang kanan secara bergantian.
Erangannya menjadi semakin nyaring dan sering
“Ouh…ohhh…Pak…ouh….ouh…” rupanya rasa malu dan marahnya sudah semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan.
Bibir dan lidahku, lalu naik keatas kebagian selangkangannya yang menjanjikan berjuta-juta kenikmatan. Vagina itu begitu indah dikelilingi oleh rimbunnya jembut hitam nan halus. Kujilati jembut indah itu. Dia mengerang keras….”Aaahh….ohhh”
Badannya mulai bergetar seperti dialiri listrik, mulutnya ternganga dengan nafas seperti tertahan, lalu “Aahhh…ouh….ouh…” erangannya semakin keras menandakan bahwa harga dirinya semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan
Kusibakkan bibir vagina yang menutupi liang vagina indahnya, terlihatlah lorong sempit memerah yang basah berlendir. Lidahku terjulur untuk mengkait-kait lorong itu. Badannya semakin bergetar dan erangannya sudah berganti menjadi jeritan-jeritan tertahan “Aahh….Aahhh….Ouhh…nikmat…ouh….” mulutnya mulai meracau.
Jempol tangan kananku tak diam, kugunakan untuk menekan dan memutar-mutar klentitnya yang semakin menonjol keras. Gerakannya sudah semakin menggila dan tangannya sudah tak malu-malu lagi mengusap dan menekan-nekan kepalaku agar lebih dalam memasukkkan lidahku kedalam liang vaginanya kurasakan semakin berkedut.
“Aahh…aahhh… ouh…. Pak….ouh…..terusssss…ouh…” jeritannya semakin keras, pantatnya semakin maju menekan wajahku…
Akhirnya dengan tak sabar kedua kakinya dia naikkan keatas pundakku dan menjepit leherku dengan keras sambil melonjak-lonjak tak karuan dan menjerit-jerit menjemput nikmat yang bertubi-tubi datang padanya hingga akhirnya ia menjerit panjang
“Aaaaaaahhhhh…………….” Badannya melenting, pantatnya terangkat dan tangannya mencengkram kaku di kepalaku serta kakinya semakin keras menjepitku seperti tang raksasa . Lalu beberapa detik kemudian pantatnya berkedut-kedut dan liang vaginanya berkontraksi sangat hebat dan melamuri lidahku dengan cairan kenikmatan.
Dan setelah itu badannya terhempas ke kasur, cengkraman tangannya dikepalaku melemah demikian juga dengan jepitan kakinya di leherku. Setelah itu yang kudengar adalah helaan nafas yang tersengal-sengal seperti orang baru selesai melakukan lari sprint 100 meter.
Tanpa dia kehendaki, istri tetanggaku ini telah mengalami orgasme yang sangat hebat yang aku berikan dalam sesi pemanasan ini.
Aku berdiri dipinggir kasur, kuperhatikan bahwa matanya terbuka dengan pandangan yang menggambarkan orang yang baru saja mendapatkan kenikmatan orgasme.
“Bagaimana bu ? Enak khan..?” tanyaku menggodanya
Dia hanya diam dan membuang muka, tapi dari wajahnya, kutahu dia tidak menampik dengan apa yang kuucapkan padanya. Dia hanya membuang muka…. malu….
Aku mulai menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan. Kini akupun sudah telanjang bulat. Aku naik ke tempat tidur dan merangkak menghampiri dirinya, sambil berbisik
“Sudahlah..Bu…, tak perlu malu…., nikmati saja…. Apalagi yang Ibu pertahankan dariku ? Semua bagian tubuh Ibu yang paling rahasiapun sudah aku jelajahi , bahkan Ibu sudah mendapatkan puncak kenikmatan orgasme yang akhir-akhir ini jarang Ibu dapatkan…” Kataku mempengaruhi pendiriannya , sambil kembali merangsang dirinya dengan memberikan ciuman hangat pada bibirnya dan meremas buah dadanya yang tak membosankan untuk diremas dan dipilin-pilin.
Rupanya kata-kataku mempengaruhi pendiriannya sehingga akhirnya dia membalas ciumanku dengan sangat ganas dan bernafsu ditambah lagi bahwa dirinya memang sudah terbakar nafsu berahi setelah sekian lama aku berikan rangsangan-rangsangan yang mengantarnya mencapai orgasme yang sangat hebat.
Ciumannya padaku semakin panas dan menggairahkan, bahkan tangannya sudah berani meremas dan mengocok penisku yang sudah sangat tegang. Akhirnya badannku kuputar 180 derajat sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya dan wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.
Kurengkuh pantatnya yang montok lalu kembali lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya sekali lagi dengan cara yang berbeda. Kembali dia melenguh..
“Ouh….ouh…..Aku tak tahan…aku tak tahan…Ouhhh” erangnya.
Tak kupedulikan erangannya, aku terus menjilati dan menghisap vaginanya dan terkadang aku tusukkan lidahku kedalam liang vaginanya yang beraroma khas. Gerakan pantatnya semakin menjadi. Dan tiba-tiba aku merasa bibirnya mulai melumat penisku dengan penuh nafsu.
Aku…melayang…dengan apa yang dia lakukan sehingga bibir dan lidahku diam bekerja…. Jilatan dan hisapan pada penisku semakin bervariasi
“Ouhh….” Akupun melenguh nikmat..
Aku takut. Bahwa pertahannanku akan bobol, maka aku konsentrasikan mengoral kembali vaginanya dengan ganas dan cepat. Dia menjerit…
“Aaah…pak…aku tak tahan……aku tak tahan.. masukkan…. Sekarang auh…”
Tak kupedulikan permintaannya, aku semakin bersemangat mengoral vagina indah ini. Tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku kemudian dia bangun , memutarkan badannya , kemudian dalam posisi menungging dia mengarahkan penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang sudah sangat basah, lalu menekan pantatnya ke bawah dan…
Blessshh….Penisku mulai memasuki liang vaginanya perlahan-lahan. Mataku nanar berkunang-kunang merasakan kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan. Perlahan-lahan pantatnya mulai turun naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan menghisap bibirku.
Gerakan pantatnya semakin cepat, kepala sudah mulai terdongak sambil mengeluarkan nafas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushup’
“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Mataku terbeliak-beliak menahan nikmatyang tak terperi
Merasa kakinya kurang nyaman, akhirnya istri tetanggaku meluruskan kakinya sehingga dia telungkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan dan buah dadanya ditempelkan pada dadaku. Kemudian kembali memaju mundurkan pantatnya agar vaginanya dapat bergesekan dengan penisku dan penisku dapat keluar masuk hingga sampai ke pangkalnya.
Gerakannya semakin cepat, kedua kakinya mulai kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu “ Ouh…hekss….heks…heks…”
Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang “Aaaaaahhhhkkkks……….”
Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…”Ouhhhhhh…”
Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.
“ohh….” Keluhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku
Cukup lama dia menikmati sensasi orgasme sambil telungkup lemas diatas tubuhku. Kemudian mata terbuka menatapku sambil berkata “Sudah sangat lama ..aku tak merasakan sensasi orgasme yang demikian nikmat…makasih pak ! “ katanya sambil mengecup bibirku. Sudah hilang rasa malu dan marahnya padaku. Aku hanya tersenyum manis padanya sambil membalas kecupannya dengan menghisap bibirnya dalam-dalam.
Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telungkup menindih tubuhku. Lalu pantatku, kugerakan keatas dan kebawah sambil kedua tanganku menarik pundaknya kebawah membuat penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina dan memberikan kenikmatan padaku dan padanya. Penisku dengan lancar keluar masuk liang vaginanya yang masih tetap sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat. Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh urat syarafku dan akupun mulai mendengus nikmat
“Ouhhh…ouhh…”
Akibat gerakanku ini, membangkitkan kembali gairahnya yang baru saja mendapatkan orgasme dan gesekan-gesekan ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya sehingga akhirnya pantatnya kembali bergerak maju mundur dan keatas kebawah meraih kenikmatan yang lebih.
Dia kembali memompakan tubuhnya diatas tubuhku, dan gerakannya makin lama semakin cepat dan kembali erangan nikmat nya yang khas keluar dari mulutnya
“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Dan kembali mataku terbeliak-beliak menahan nikmat.
Gerakannya semakin cepat, dan tak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu “ Ouh…hekss….heks…heks…”
Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang “Aaaaaahhhhkkkks……….”
Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…”Ouhhhhhh…”
Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh kembali menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.
“ohh….” Keluhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya kembali ambruk menindih tubuhku untuk kesekian kalinya.
Pencapaian orgasme yang ia dapatkan di atas tubuhku, terus dilakukannya berulang-ulang, hingga akhirnya untuk yang kesekian kalinya dia benar-benar ambruk diatas tubuhku dan tidak bisa bergerak lagi karena kehabisan tenaga.
Dia menggelosorkan tubuhnya disamping tubuhku, sambil berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan. Dia berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan napas “Pak …aku sangat lelah… namun sangat puas…..tapi kepuasanku belum sempurna kalau vaginaku belum disemprot oleh ini..” katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang.
Luar biasa besar nafsu sex yang dimiliki istri tetanggaku yang berjilbab lebar ini. Apakah karena dia memang jarang mendapatkan nafkah batin dari suaminya yang jarang pulang, atau seperti dugaanku bahwa dia memiliki nafsu yang sangat besar karena buktinya dia sering membeli jamu-jamu kuat pada istriku.
Aku yang belum mencapai puncak, tidak ingin berlama-lama istirahat takut nafsuku surut dan penisku melemah, maka aku mulai menindihnya dan tanganku kembali meremas-remas buah dada indah miliknya serta memilin-milin putting susunya yang menjulang menantang. Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.
Nafsunya bangkit kembali walaupun dengan tenaga yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan diarahkan kedepan liang vaginanya, pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk segera menelusuri liang nikmat vaginanya. Ku dorong pantatku begitu kepala penisku tepat berada di liang vaginanya . Dan
Blessh…., penisku kembali menjelajahi liang sempit yang sudah sangat basah milik istri tetanggaku ini dan “ouhh…” lenguh kami berbarengan menahan nikmat.
Pantatku mulai mengayuhkan penisku agar lancar keluar masuk menggesek-gesek dinding vagina yang selalu memberikan sensasi nikmat. Gerakanku makin lama makin cepat dan berirama.
Pinggulnya mulai bergerak membalas setiap gerakannku, sehingga lenguhanku dan erangan nikmat dari terdengar saling bersahutan
“Ouh…ohhh…enak…banget…ohhhh…” dengusku..
“Auh…auh…makasih Pak….ouh….nikmat…oh…” erangnya
Gerakanku makin lama makin cepat dan keras tak beraturan sehingga terdengar suara yang cukup keras dari beradunya dua selangkangan
Plok…plok…plok…
Demikian pula dengan gerakan pinggulnya semakin keras menyambut setiap gerakan pantatku., sehingga bunyi beradunya selangkangan semakin keras
Plok…plok…plok…
Dan akhirnya mulutku mulai meracau..”Ouh…Bu…Aku …mau … keluar, aku mau… keluar ouh…”
Dan dia juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras “ Ayo.. pak… bareng… bareng…”
Dan akhirnya secara bersamaan kami menjerit bersahutan melepas nikmat mencapai orgasme. Badanku dan badannya melenting dan menjerit
“Aaaaahhhh….”
Dan …cret…cret…cret sperma kentalku terpancar beberapa kali membasahi seluruh rongga vagina istri tetanggaku ini dan dibalas dengan kontraksi dan kedutan-kedutan yang hebat didalam liang vaginanya yang menandakan kami mendapat puncak orgasme yang tak terlukiskan nikmatnya.
Lalu badanku ambruk jatuh menimpa tubuhnya dan kugelosorkan kesamping tubuhnya agar tidak membebaninya. Kami berbaring sambil berpelukan dan merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme dengan mata terpejam dan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari dikejar harimau.
Tak lama kemudian , matanya terbuka dan memandangku dengan tatapan penuh kepuasan serta berkata dengan suara yang lemah.
“Baru kali ini aku dapat merasakan berkali-kali orgasme yang luar biasa nikmatnya dalam satu kali persetubuhan..huhh… benar-benar melelahkan namun sangat memuaskan dan tak mungkin terlupakan…” Katanya sambil mencium mesra bibirku. Lalu sambungnya lagi “Kalau tahu senikmat dan sepuas ini yang kudapat dari Bapak.. Bapak tidak perlu mengancamku segala…” katanya sambil tersenyum.
“Dan aku rela … menanggung segala akibatnya asal aku bisa mendapatkan nikmat seperti ini dari Bapak…” katanya mulai melantur…
Kuperhatikan jam dinding sudah menunjukkan jam 1.30 malam, sudah larut. Aku harus segera pulang. Maka aku berdiri dan mengenakan pakaianku dan bertanya padanya “Apakah kita bisa mengulanginya lain waktu ?”
“Tentu…Pak, bahkan malah aku yang meminta pada bapak untuk bisa memberikan kenikmatan seperti tadi lagi dan lagi “ katanya sambil mencubit mesra pinggangku.
Kemudian dia juga mengenakan pakaiannya kembali lengkap dengan jilbab lebarnya dan kami keluar kamar berbarengan. Sampai di ruang tamu, dia berhenti sejenak dan memberi isyarat padaku agar aku diam dulu di tempat dan dia akan keluar rumah melihat situasi di luar apakah ada orang. Dan setelah yakin tidak ada orang diluar dan memberi isyarat padaku bahwa di luar aman. Sebelum aku keluar dari rumah dia memberikan kecupan yang hangat dan mesra di bibirku sambil berbisik
“Jangan lupa ya… seminggu 2 kali bapak harus memberi kenikmatan padaku…”
Wah… nekad juga rupanya istri tetanggaku yang alim ini, jika sudah tahu sesuatu yang sangat nikmat yang bisa dia dapatkan dari diriku. Dengan mengendap-ngendap aku masuk ke rumahku dan kudapati istriku masih tidur dengan nyenyaknya.
Sejak saat itu kami selalu menyempatkan diri secara sembunyi-sembunyi untuk berpacu meraih nikmat. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang , tanpa aku tahu kapan hal ini akan berakhir. Tapi tingkah lakunya di lingkungan tidak berubah. Dia tetap tampak sebagai istri yang solehah dengan jilbab lebar dan baju longgar panjang yang selalu dikenakan. Tapi jika sudah berduaan denganku, dia bagaikan kuda liar dan binal yang bisa membuat diriku melayang-layang meraih nikmat
ada kejadian mendebarkan yang pernah kami lakukan. Saat itu adalah hari sabtu dan istri tetanggaku pulang kerja jam 1 siang, sedangkan bagiku hari sabtu adalah hari libur. Istriku tidak ada di rumah mengajak jalan-jalan anakku sambil mengambil pesanan barang. Sedangkan pada saat itu aku sangat ingin menyetubuhi tetanggaku, karena hampir seminggu tidak ada kesempatan menikmati tubuhnya.
Pada saat aku duduk di ruang tamu, kulihat tetanggaku menghampiri rumahku dan kemudian mengetuk pintu. Pintu kubuka, Dia terlihat kaget dan senang karena yang membuka adalah aku. Lalu dia bertanya “Ada Ibu , Pak ?”
“Mau cari Ibu atau cari saya…?” kataku sambil berbisik.
“Ibu bisa …, bapak juga boleh…” jawabnya sambil tersenyum. Lalu “Tapi kalau ketemu Ibu keperluannya beda..dengan bila bertemu dengan Bapak..” lanjutnya dengan penuh arti.
“Masuk dulu, Bu ! ‘Nggak enak dilihat tetangga..” kataku mempersilahkan masuk.
Diapun masuk dan duduk di kursi tamu yang membelakangi jendela, sementara itu pintu rumahku tetap terbuka, akupun bertanya padanya “Ada perlu apa, ke Ibu ?”
“Biasalah… Pak, keperluan perempuan…, saya mau beli jamu kuat dan jamu khusus untuk wanita…, siap-siap… karena hari ini suami saya pulang…”
“Kalau gitu…, jatah saya kapan..? padahal saya lagi pingin nich..!”
“Sebenarnya saya juga lagi pingin…, tapi… gimana yah…?” dia menjawab dengan bingung.
“Kalau sekarang.., gimana ? “ kataku sambil mengahmpiri dirinya dan duduk disebelahnya dan langsung menciumnya dengan nafsu. Dia membalas ciumanku, kemudian melepaskan ciumanku sambil mendorong tubuhku dan berkata “Ihh, nekad..!”
“Habis…, udah ‘ga tahan sich..!” jawabku sambil mencubit dagunya dengan gemas
“Sebenarnya…, saya juga udah ‘ga tahan…., tapi dimana…?, orang lain pasti akan curiga, kalau kita lakukan sekarang di kamar bapak ?” bisiknya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal didorong hawa nafsu yang mulai sudah menguasainya.
“Kita main disini saja, di ruang tamu, sehingga dari jendela kita bisa melihat kalau ada yang datang. Dan biarkan pintu terbuka… biar orang lain tak curiga…” Usulku nekad. Kebetulan pintu tamuku sejajar dengan pintu pagar, sehingga dari jendela akan terlihat kalau ada yang akan masuk ke halaman rumahku. Tetapi posisi ruang tamuku agak tersembunyi sehingga segala aktivitas di dalamnya tidak terlhat dari luar.
“Jangan ah.., Pak. Berbahaya….” Jawabnya, namun nampaknya dia sudah mulai tergoda dengan usulku.
“’Ngga lah… asal kitanya jangan bersuara….., saya ingin merasakan sensasi nikmat bercampur rasa takut ketahuan…….” Aku semakin memaksanya sambil kembali melumat bibirnya dengan nafsu yang membara.
Nampaknya gairah nafsu berahi sudah menguasainya sehigga melupakan rasa takutnya dan dia membalas lumatan bibirku dengan ganas dan kedua tangannya merengkuh kepalaku agar semakin rapat bibir kami menempel. Tanganku meremas buahdadanya yang terhalang oleh baju longgar dan jilbab yang dikenakannya. Matanya terpejam menikmati ciuman yang panas bergelora. Dan dia semakin liar menciumku sambil menahan agar erangan nikmat tak keluar dari mulutnya.
Nafas kami berdua semakin tersengal-sengal, tanganku beralih ke bawah, kutarik baju panjang yang menutup kaki dan pahanya dan tanganku langsung menyusup keselangkangannya. Kurasakan cd-nya sudah sangat basah, rupanya sensasi bercinta sambil was-was takut ketahuan membuat gairah rangsangan melayang tinggi begitu cepat dan membanjiri vaginanya.
Kusisipkan jari-jariku dari pinggir cd yang dikenakan, sehingga jari tanganku menyentuh permukaan vagina yang ditumbuhi jembut lembut yang merangsang. Dengan penuh nafsu tanganku mengusap bahkan mengobok-obok permukaan vigina yang semakin memacu gairahku. Jari-jariku mempermainkan lipatan vaginanya yang basah. Tetanggaku mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan giginya gemeretak menahan nikmat yang menimpa dirinya dan menahan nafas agar suara erangan nikmatnya tak keluar.
Lalu jempol memutar dan menekan klitorisnya yang menonjol keras, badannya bergetar…, mulutnya semakin rapat tertutup.., kepala terdongak dengan mata yang terpejam. Nafasnya semakin terengah-engah menahan nikmat yang tak terhingga.
Sementara jempolku memberikan rangsangan kenikmatan pada dirinya, jari tengahku kuputar dengan gerakan mengebor menembus liang vagina yang semakin basah dan licin. Tubuhnya bergelinjang hebat dan melonjak-lonjak melambungkan dirinya sehingga melayang-layang. Gerakan jari tengahku yang menerobos liang vagina sambil berputar terus kuperdalam dan badannya semakin bergelijang hebat, kepalanya semakin keras menekan sandaran kursi sehingga pinggangnya melenting, dengan suara yang tertahan keluar lenguhan nikmat tanpa dapat dia tahan “Uuhhhhh……”
Jempolku terus menekan dan memutar klitorisnya, sedangkan jari tengahku semakin cepat memutar dan mengocong liang vaginanya. Tubuhnya semakin hebat terguncang hingga akhirnya melenting kejang dan kaku, dan dari mulutnya keluar suara tercekik..”Akkkhhhhh…..”. Jari tengahku terasa seperti dijepit oleh dinding basah dengan sangat kuat disertai dengan kedutan-kedutan yang keras dan cepat. Lalu tubuhnya melemas dan punggungnya terhempas pada sandara kursi.
Nafasnya tersengal-sengal seperti atlit yang baru mencapai finish. Ya…, tetanggaku baru saja mencapai finish dengan memperolah kenikmatan orgasme yang sangat sensasional.
Aku mencabut jariku dari liang vaginanya yang becek, ku arahkan jari tengahku pada hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma lendir vagina yang menempel pada jari tengahku yang basah kuyup itu . Aroma itu begitu merangsang berahiku dan membuatku nikmat. Aku begitu menikmati aroma vagina itu lalu dengan penuh perasaan kujilati lendir vagina yang menempel dijariku dengan jilatan-jilatan yang rakus hingga jari tengahku kesat bersih dari lendir vagina yang menempel.
Di dalam kelelahannya, tetanggaku memperhatikan apa yang kulakukan, dia merasa puas dan bangga melihat aku dengan rakusnya menjilati lendir vaginanya yang menempel di jariku. Gairahnya gembali bangkit mengalahkan rasa lelah yang menderanya. Tubuhya bangkit, Tangannya membuka sleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sangat keras dan tegang dari pinggir CD yang kukenakan.
Penisku langsung berdiri bebas dengan gagahnya terbebas dari kungkungan celanaku. Tetanggaku menggenggam pangkal penisku dengan jari-jarinya yang halus dan secara perlahan dan pasti lidahnya terjulur menjilati kepala penisku, bahkan seluruh batang penisku dijilatinya dengan penuh gairah seperti sedang menjilati es krim yang sangat nikmat. Akupun melenguh pelan menahan nikmat..”Uhhh…”.
Jilatannya begitu lincah bergairah dan membuatku melayang-layang nikmat pantatku melonjak-lonjak sehingga kepala penisku menekan-nekan mulutnya, seperti sedang mengejar sesuatu yang lebih nikmat. Nafasku semakin memburu ketika dengan asyik dan penuh gairah dia terus menjilati kepala penisku tanpa memperhatikan gelinjang tubuhku yang semakin keras menekan mulutnya. Lalu “Akhhhhs…” Suaraku seperti tercekik dan nafas sesak, ketika secara tiba-tiba mulut tetanggaku mencaplok batang penisku. Rongga mulutnya terasa panas dan sangat nikmat sehingga membuat mulutku ternganga, badanku kaku dan dadaku sesak susah bernafas.
Dengan lincahnya, tetanggaku terus mengocok dan menghisap penisku membuatku semakin melayang. Jilbab yang dikenakannya bergoyang-goyang menampilkan pemandangan yang sangat erotis dari seorang wanita berjilbab lebar yang sedang asyik memberikan kenikmatan oral pada diriku.
Penisku yang berada dalam genggaman tangan dan mulutnya terasa makin membengkak keras. Menyadari itu tetanggaku semakin bergairah mengoralku dan berharap mulutnya dapat disemprot oleh spermaku pada saat aku orgasme. Sebagaimana yang sering terjadi jika dia mengoral suaminya dan dia sangat puas, bahagia dan bangga jika dapat membuat suaminya orgasme oleh oralnya. Dan selama ini dia selalu berhasil membuat suaminya orgasme.
Gerakan oralnya semakin bevariasi membuatku semakin melayang dan penis yang semakin membengkak. Namun aku belum juga mencapai puncak, hanya nafasku saja yang semakin tersengal-sengal dan batang penis yang semakin keras membengkak.
Akhirnya dia tak tahan oleh nafsunya sendiri yang terus meningkat minta dipuaskan, vaginanya terasa sangat basah dan gatal. Dia bangkit melepaskan penisku dari mulutnya kemudian melepaskan cd-nya yang sudah sangat basah. Cd itu dimaukkannya ke dalam saku baju longgar yang masih menempel di tubuhnya. Kemudian berdiri membelakangiku.
Aku tahu apa yang dilakukannya. Kuhentikan gerakannya dan dudukku pindah ke kursi yang langsung menghadap jendela sehingga kami bisa lihat jika ada yang mau masukke pagar rumahku. Aku masih berpakaian lengkap, hanya penisku saja yang menerobos keluar dari sleting celana yang terbuka.
Istri tetaggaku berdiri mengangkangi pahaku dengan paha yang terbuka lebar, dia menarik ujung bawah baju longgarnya hingga ke pinggang dan kubantu pegangi ujung baju itu agar tidak melorot jatuh. Lututnya menekuk agar pantatnya mendekati selangkanganku, dia raih penisku dan diarahkan ke mulut liang vaginanya yang sangat basah. Lalu….
Blesshhh…. perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kepala penisku menerobos liang vaginanya. Gerakannya demikian perlahan, sehingga penerobosan kepala penisku pada liang vaginanya begitu lama dan sangat nikmat, mataku terpejam menikmati nikmat yang kurasakan dan dengan pelan mulutku mngeluh “Uhhh…..”
Gerakan penerobosan itu terhenti ketika pantatnya menekan sangat rapat bagian bawah perutku sehingga batang penisku amblas hingga kepangkalnya. Dia menekan cukup lama vaginanya, kurasakan sambutan meriah dilakukan oleh dasar liang vaginanya terhadap kepala penisku. Kepala penisku serasa dihisap dan diremas nkmat oleh vagina tetanggaku ini. Dinding vaginanya tak henti-hentinya berkedut memberikan sensasi nikmat pada ujung-ujung syarat nikmat yang ada pada seluruh permukaan kepala dan batang penisku.
Secara perlahan pinggulnya berputar agar batang penisku mengucek dan mengocok dinding vaginanya, kenikmatan semakin melambungkanku. Semakin lama gerakan pinggulnya semakin bervariasi, berputar, melonjak, bergoyang, patah-patah bahkan maju-mundur membua batang penisku seperti diplintir dan digiling oleh mesin penggilingan nikmat.
Semakin lama gerakannya semakin cepat, dan nafasnya semakin memburu dan tak lama kemudian badannya melonjak-lonjak keras dan diakhiri dengan tekanan vagina yang sangat kuat sehingga penisku masuk sedalam-dalamnya, dinding vaginanya dengan dahsyat memeras dan menjepit batang penisku dengan sangat kuat serta kedutan-kedutan dinding vagina begitu cepat . Badannya terdiam kaku, mulutnya terkatup rapat menahan agar jeritan nikmatnya tak keluar dan kepalanya ditekankan pada pundakku, lalu beberapa detik kemudian badannya terhempas lunglai diatas tubuhku, nafasnya terengah-engah. Kusibakan jilbab lebar yang menutupi wajahku, tetanggaku menoleh kearahku dan menciumku lembut dan mesra sebagai tanda bahwa sangat puas dengan orgasme yang baru digapainya.
Sambil berciuman kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding vaginanya semakin melemah, pantatku menghentak keatas, sehingga batang penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina yang semakin basah dan licin, rasa nikmat kembali menjalar ditubuhku mengakibatkan pantatku tanpa dapat kukendalikan pantatku menghentak-hentak agar gesekan dan kocokan penisku di dalam vaginanya terus-menerus memberikan rasa nikmat pada penisku.
Hentakan-hentakan tubuhku menyebabkan gairah kembali bangkit dan dia membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar, semakin lama semakin liar dan tak lama kemudian kembali dia mengejang menggapai nikmat dengan mulut yang terkatup rapat ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding vaginanya pada batang penisku.
Beberapa kali dia mencapai orgasme dalam posisi seperti itu dalam jeda waktu hanya beberapa menit untuk setiap pencapaian orgasme berikutnya.Hingga akhirnya dia benar-benar terkulai lemah tidak mampu membalas hentakan-hentakanku. Kubiarkan dia terkulai beberapa menit di atas tubuhku sambil badannya kepeluk dari belakang dan pipinya kucium dan secara perlahan kuremas-remas buahdadanya dari luar baju longgarnya.
Setelah kurasakan tenaganya terkumpul, kuangkat tubuhnya agar kerdiri bersamaaan dengan tubuhku, namun kutahan agar penisku tidak lepas dari vaginanya, kudorong tubuhnya agar mendekat ke kursi tamu yang berada tepat membelakangi jendela, kutekan punggungnya agar membungkukkan badan dengan memegang bagian atas sandaran kursi yang berada di pinggir jendela sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Sedangkan penisku masih menusuk vaginanya dari belakang melalui belahan pantatnya, suatu posisi dogy style sambil berdiri. Ujung baju lebar yang ia kenakan semakin aku sibakkan ke arah pinggangnya sehingga kedua tanganku dapat memegang pantatnya yang putih bulat menggairahkan.
Perlahan aku mulai mengerakkan pantatku agar penisku menusuk-nusuk vaginanya lebih dalam. Cengkraman vaginanya dalam posisi seperti ini semakin kuat menjepit membuat kenikmatanku semakin bertambah, basah dan licinnya vagina membuat gesekan dan kocokan penisku begitu lancar di dalam vaginanya. Kepalanya terangguk-angguk menerima hentakan dan dorongan pinggulku.
Kenikmatan kembali menjalar ke seluruh pebuluh darahnya, dia membalas sodokan penisku dengan menggoyang dan memutar pinggulnya laksana seorang penari dangdut membuat kenikmatan yang kuterima semakin bertambah. Semakin lama goyang pinggulnya semakin liar dan menghentak-hentak dan tak memerlukan waktu lama kembali tubuhnya kejang kaku, tangannya mencengkram sandaran kursi dengan sangat kuat, kepalanya terdongak ke atas. Dengan jerit tertahan kembali dia mengalami orgasme yang hebat. Kudiamkan sejenak ketika dia menikmati sensasi orgasmenya, karena pada saat itu aku sangat menikmati cengkraman, jepitan dan kedutan-kedutan dinding vagina pada penisku.
Setelah kedutan dan cengkraman dinding vaginanya melemah, kembali aku menusuk-nusukkan penisku. Setelah beberapa detik kemudian pinggulnya kembali bergerak liar membalas sodokan-sodokan penisku, dan hanya beberapa menit berselang kembali dia mengalami orgasme untuk yang entah keberapa kalinya pada saat itu.
Beberapa kali ia orgasme dalam posisi seperti itu hingga akhirnya tubuhnya ambruk ke atas kursi dan mengeluh pelan dan panjang “Uuhhhhhhh………”
Pada saat itu, aku merasa orgasme akan menghampiriku, maka tubuhnya langsung kubalik agar telentang dengan kepala berada pada sandaran kursi bagian tengah. Kedua tanganku kugunakan untuk membuka lebar-lebar pahanya sehingga vaginanya yang basah dan licin semakin jelas terlihat mempesona. Kuarahkan kepala penisku pada mulut liang vaginanya dan dengan cepat kudorong penisku hingga amblas sampai ke pangkalnya. Lalu dengan semangat yang menggila aku pompa tubuhnya dengan hentakan-hentakan yang liar dan tak terkendali.
Beberapa saat sebelum aku meraih puncak orgasmeku, samar-samar kulihat istri dan anakku pulang dan sedang ngobrol dengan temannya beberapa meter sebelum tiba di depan rumah. Rasa takut yang datang tiba-tiba menyebabkan aku menjerit tertahan dan spermakupun muntah tanpa dapat kubendung. Cret…..cret…. cretttt……. Uhhh…. suatu pencapaian oragsme yang sangat mendebarkan dan membuat jatung ini serasa mau copot.
Dengan tergesa-gesa aku mencabut penisku yang masih beberapa kali memancarkan sperma, sehingga beberapa tetes sperma menempel pada baju longgar yang dikenakan tetanggaku dan beberapa tetes. Kumasukkan penisku yang masih setengah tegang ke balik celanaku dan kutarik sleting. Aku sedikit khawatir karena bagian depan celanaku begitu basah oleh cairan kenikmatan tetanggaku. Aku langsung mengeluarkan beberapa dus jamu dari dalam lemari dan menyimpannya di atas meja, sementara tetanggaku berusaha merapihkan baju longgar dan jilbabnya agar tidak mencurigakan. Ada sedikit basah di sana-sini oleh keringat kami yang membanjir.
Tetanggaku berusaha duduk tenang, dan tak lama kemudian istri dan anak-anakku masuk ke rumah melalui pintu yang sengaja terbuka.
“Eehhh… ada tamu…! Udah lama, Bu ?” kata istriku seraya matanya melirik beberapa dus jamu yang kusimpan di atas meja.
“Ahh…., ‘Ngga… baru saja…., Anu bu …, saya mau beli jamu yang biasa…, namun ternyata bapak tidak tahu, malah akhirnya dia perlihatkan semuanya pada saya…” Sahut tetanggaku berbohong dengan lihainya, sambil berusaha menutupi kegugupannya….
“Oohhh…, emangnya bapak udah pulang ? ” tanya istriku dengan senyum penuh arti
“Kabarnya malam ini dia pulang…” jawab tetanggaku pula
“Harus siap-siap dong…., biar asyik !” goda istriku sambil tertawa genit pada tetanggaku, kemudian dia menambahkan lagi “Panas sekali udara saat ini, Badan saya saya basah oleh keringat…” Kata istriku memperlihatkan bajunya yang basah oleh keringat.
“Betul.., Bu ! Akan turun hujan barangkali…..” jawab tetanggaku seolah-olah mendapatkan alasan yang tepat atas keringat yang membasahi baju longgarnya.
Kutinggalkan mereka berdua di ruang tamu dan aku masuk ke kamarku sambil berbaring dan merenung kejadian luar biasa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian tetanggaku pulang dan istriku menghampiriku. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan berkata “Pah…, kalau pipis jangan jorok…, malu kan sama tetangga, lihat tuh bagian depan celana Papah basah !” sambil menunjuk bagian depan celanaku.
“Anu…, Mah tadi tersiram dari gayung…, waktu papah pipis” kataku berbohong.
Kejadian itu betul-betul mendebarkan, namun aku merasakan sensasi yang luar biasa pada waktu melakukannya, apalagi hampir-hampir saja istriku memergoki apa yang kami lakukan. oleh sebab itu sejak hari itu, aku selalu berhati-hati jika ingin bercinta dengan tetanggaku.
Dari cerita yang pernah mereka ucapkan, dulu mereka pernah mengikuti suatu aliran yang sangat fanatik, itulah sebabnya istri tetanggaku ini selalu mengenakan jilbab lebar yang selalu menutupi kepala dan dadanya dan juga selalu mengenakan pakaian longgar yang panjang sampai ke mata kaki.
Dari cerita istriku, kuketahui bahwa sang istri sangat memperhatikan masalah hubungan suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Hal ini karena istri tetanggaku ini merupakan pelanggan tetap istriku dalam membeli jamu dari Madura, terutama jamu yang berhubungan dengan hubungan suami istri seperti “sari rapet”, “Pria perkasa” ataupun jamu lainnya yang selalu berhubungan dengan hubungan suami istri.
Walaupun selalu mengenakan jilbab lebar, tetap saja tidak bisa menutupi kecantikan, keanggunan dan putihnya kulit istri tetanggaku ini, sehingga aku sering membayangkan bagaimana keadaan tubuhnya bila tidak mengenakan busana, pastilah sangat seksi dan sangat menggairahkan.
Disamping sebagai seorang wiraswasta, tetanggaku ini aktif di sebuah LSM yang memperhatikan perkembangan perekonomian masyarakat. Karena persaingan bisnis yang semakin ketat, akhirnya usaha tetanggaku ini bangkrut, dan akhirnya ia lebih memfokuskan diri untuk mengeluti LSM yang ia ikuti. Dan ternyata di LSM yang digelutinya ini, ia mendapatkan kepercayaan untuk mengawasi pencairan dana masyarakat di luar kota dengan honor yang lumayan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga ia harus kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang ke rumah.
Pada suatu hari istriku berkata bahwa komputer tetanggaku bermasalah dan minta tolong padaku untuk segera memperbaikinya, sebab tidak mungkin harus menunggu suaminya pulang dan lagi pula banyak pekerjaan mendesak yang harus dikerjakannya. Dan katanyanya walaupun ia sedang ada dikantor, aku dipersilahkan untuk memperbaiki komputer di siang hari, sebab ada pengasuh anaknya di rumah.
Obsesiku terhadap istri tetanggaku ini seperti mendapat peluang. Aku menyanggupi untuk memperbaiki komputernya “besok akan ku kerjakan..” kataku pada istriku. Keesokan harinya sebelum aku ke rumah tetanggaku, aku persiapkan beberapa spy cam (“Kamera pengintai”) ukuran kecil tanpa kabel yang aku hubungkan ke komputerku.
Ternyata sistem operasi komputer tetanggaku ini bermasalah, maka harus ku install ulang supaya normal kembali. Pada saat penginstallan sedang berlangsung, aku menanti pengasuh tetanggaku ini lengah atau keluar memberi makan asuhannya. Saat pengasuh anak tersebut keluar, maka kugunakan kesempatan ini untuk masuk ke kamar tetanggaku dan meletakkan 2 buah spy cam ditempat yang tepat dan tersembunyi yang bisa menangkap aktivitas tempat tidur dan sekitarnya.
Setelah perbaikan sistem operasi komputer tetanggaku selesai, aku segera pulang dan menyalakan komputer untuk mengetes apakah spy cam yang aku letakkan berfungsi dengan baik. Dan ternyata alat kecil memang benar-benar canggih, selain bentuknya kecil dan tanpa kabel, ternyata daya tangkap gambarnya pun nyaris sempurna dan yang lebih canggihnya lagi adalah kemampuannya melakukan zoom.
Mulailah pada jam-jam tertentu aku memantau keadaan kamar tersebut. Dari hasil pantauan tersebut, tedapat beberapa moment yang aku rekam, diantaranya merekam tubuhnya yang sedang telanjang bulat dan berlenggang lenggok didepan cermin sehabis mandi, merekam kegiatan dirinya yang sedang terangsang di malam hari pada saat suaminya di luar kota, bahkan sempat ku rekam bagaimana ganasnya ia di tempat tidur pada saat suaminya pulang dari luar kota.
Rupanya dibalik keanggunan dan kealiman penampilan luar istri tetanggaku ini, ternyata dalam berhubungan suami istri dia sangat ganas dan binal membuat suaminya kewalahan, dan sering kali terlihat dia masih bernafsu tetapi suaminya sudah ambruk dan akhirnya dia hanya bisa gelisah tidak bisa diam melihat suaminya tidur kecapaian.
Akhir-akhir ini kesibukan tetanggaku ini semakin padat, sehingga jadwal kepulangannya menjadi tak menentu, terkadang dua minggu sekali bahkan pernah sampai dua bulan baru pulang. Bahkan pernah secara bercanda istri tetanggaku ini berkata pada istriku : “Bu…, saya mah jablay…(jarang dibelai maksudnya) “
“Kenapa gitu ?” tanya istriku pada.
“Habis si Bapak jarang pulang, dan kalo pulangpun hanya satu malam setelah itu pergi lagi.. Saya mah punya suami… tapi jarang sekali bermesraan “ katanya dengan nada sedih.
Pada suatu hari, istriku cerita padaku bahwa pada tadi siang ketika istriku bertamu ke tetanggaku, dia melihat istri tetanggaku sedang menangis. Dan ketika ditanya mengapa, istri tetanggaku menjawab terisak “Si Bapak, tadi malam pulang, tapi belum ngapa-ngapain dia sudah pergi lagi dengan temannya malam itu juga dan sampai sekarang belum pulang. Padahal saya lagi pingin-pinginnya..”
Mendengar cerita istriku, aku menjadi tergoda untuk mengisi kekosongan kasih sayang ini. Tapi bagaimana caranya ? dan tak mungkin aku dapat menggoda seorang istri yang selalu taat menjalankan perintah agama. Apalagi dia selalu mengenakan jilbab dan tidak pernah memberi kesempatan kepada bukan muhrimnya untuk berbicara bebas dengannya.
Akhirnya aku punya ide untuk mengancamnya akan menyebarkan video rekaman dirinya yang sedang telanjang dan yang sedang berhubungan dengan suaminya. Rekaman tersebut aku simpan di CD.
Pada malam hari ketika istriku sudah tidur, kuletakkan CD rekaman tersebut di depan pintunya dan kuhubungi hp istri tetanggaku ini dari hp-ku dengan menggunakan nomor yang baru kubeli siang tadi
“Bu…, Coba ibu buka pintu depan dan ambil amplop yang tersimpan dibawah pintu, sekarang..! Isinya adalah CD berisi video rekaman yang harus ibu tonton di komputer” kataku memerintah tanpa memberi kesempatan padanya untuk bertanya siapa yang menelepon.
Aku mengintip dari dalam rumahku, tak lama kemudian aku melihat pintu depannya terbuka, kemudian dia keluar dengan jilbab lebar dan baju longgar yang biasa dikenakan kemudian melihat keadaan sekitarnya, lalu setelah yakin tidak ada seorangpun, lalu dia melihat ke bawah dan mengambil amplop yang aku simpan dan dengan tergesa-gesa pintu itupun dia tutup kembali.
Kira-kira setengah jam kemudian, hp-ku bunyi dan setelah kulihat ternyata istri tetanggaku menghubungiku. Begitu aku tekan tombol terima, langsung terdengar suara serak seperti orang yang sangat marah tapi tak berdaya “Anda siapa ? Dan apa maksudnya memperlihatkan video ini pada saya ? “ tanyanya.
“Saya hanyalah seorang penggemar berat ibu. Dan saya ingin semua orang tahu bahwa tubuh ibu sangat menggairahkan dan ibu sangat binal dan ganas di tempat tidur” jawabku santai.
“Apa maksudnya…?” katanya dengan nafas yag mulai tersekat
“Akan saya perbanyak CD ini dan akan saya bagikan ke setiap rumah di lingkungan ini, juga akan kirim ke internet agar orang sedunia tahu apa dan bagaimana ibu. “ jawabku masih dengan nada santai dan kalem.
“Ja…jangan…jangan…!” potongnya mulai gugup.
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan…, mau uang…? Berapa…?” katanya memelas dan suara melemah.
“Saya nggak mau uang…” jawabku
“Lalu apa..?” susulnya
“Saya hanya ingin bisa menikmati tubuh ibu yang sangat menggairah…” kataku menggodanya.
“Tidak mungkin …..Aku nggak sudi….”
“Ya…nggak apa-apa.. Tapi ibu jangan kaget kalau esok hari semua tetangga akan ribut karena memiliki rekaman tersebut..” jawabku mengancam
“jangan…jangan dilakukan ….tolonglah kasihani saya…” katanya lagi memelas
“Tidak akan saya lakukan…asal ibu memenuhi keinginan saya” kataku lagi.
Lama dia tidak menjawab…
Dan akhirnya…
“Baiklah… saya menyerah…, tapi kumohon…. Kamu harus menghapus semua rekaman ini “ katanya dengan nada yang sangat berat dan pasrah karena kalah
“Baiklah…, sekarang ibu harus membuka pintu depan, kemudia ibu harus menunggu saya di kamar ibu. Kalu tidak ibu lakukan maka saya tidak akan datang” jawabku memberikan perintah.
Tak lama kemudian, kulihat pintu depan terbuka sedikit dan beberapa menit kemudian kulihat dimonitor bahwa dia telah ada di dalam kamar dan duduk gelisah diatas kasur menunggu apa yang akan terjadi.
Kumatikan komputerku dan aku keluar rumah secara mengendap-ngendap menuju rumah tetanggaku melalui pintu depan yang terbuka, kemudian kututup dan kukunci. Lalu dengan perasaan degdegan aku menghampiri kamarnya kubuka pintunya dan kututup kembali serta kukunci. Begitu melihatku dia langsung berdiri dan berkata kaget dan marah
“Ohh..ternyata bapak..! Kenapa bapak melakukan ini padaku. Apa bapak tak takut kalau saya laporkan ke istri bapak ?” Ancamnya
“Laporkan saja dan saya akan menyebarkan rekaman itu. Yang paling rugi kan bukan saya, tapi ibu sendiri ?” jawabku menekannya
“Jadi gimana ? mau batal ?” sambil aku membalikkan badan seolah-olah akan keluar kamar.
“Jangan…saya menyerah…” katanya pelan dan terisak meneteskan air mata.
“Baiklah kalau begitu…” kataku sambil menghampirinya.
Dia duduk mematung di pinggir tempat tidur ketika kuhampiri. Aku duduk disampingnya, dia menggeserkan badannya seperti yang ketakutan, tapi aku menahannya sambil berkata “Ingat, jika ibu tidak melayaniku malam ini, maka ancamanku akan kulaksanakan !” kataku mengancam. Akhirnya dia diam dengan badan menggigil ketakutan dan mata yang terpejam.
Tangan kananku memeluknya dari belakang. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Dia masih memejamkan matanya. Ohhh betapa cantik wajahnya, bibirnya yang tipis dan basah menggodaku untuk menciumnya
Dia diam saja mematung, bahkan badannya terasa sangat dingin. Tapi aku tak peduli, aku terus mengulum bibirnya yang tertutup rapat dan terkadang lidahku menjilati bibirnya. Dia mulai bereaksi tapi hanya sekilas setelah itu dia tetap diam sambil memejamkan mata.
Tanganku membuka jilbab lebar yang ia kenakan dan melemparkannya ke lantai, maka tampaklah rambut indah dengan leher jenjang merangsang menopang wajahnya yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan, walaupun dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yang tegang.
Bibirku mulai menciumi dagu, pipi, dan seputar lehernya yang sangat merangsang, beberapa kali kurasakan ada reaksi dari dirinya dengan keluarnya keluhan dari mulutnya
“Euh….euh….”
Hanya segitu, lalu dia diam lagi seperti sedang bertahan untuk tidak tergoda atas rangsangan yang kulakukan pada dirinya. Lalu tanganku menarik seleting baju panjang yang terdapat dipunggungnya dan bajunya kutarik ke bawah, tampaklah tubuh putih mulus yang harum dengan buah dada yang montok terhalang oleh bh yang masih menahannya agar tidak tumpah. Kutarik pengait bh hingga bh tersebut terlepas dan kulemparkan ke lantai, maka tampaklah buah dada yang benar-benar montok menggairahkan tergantung bebas dihadapanku.
Badannya semakin kaku, kudorong paksa agar dia berbaring di kasur, lalu dengan tergesa-gesa karena bernafsu tanganku mulai meremas buahdada indah tersebut yang kiri dan kanan secara bergantian.
Ouh… betapa mengasyikkan dan puasnya dapat mempermainkan buah dada dari seorang wanita yang biasanya tertutup baju longgar dan jilbab yang lebar. Mulutku mulai menjilati dan menciumi seluruh permukaan kulis halus di sekujur tubuh terbukanya. Terkadang disertai dengan kecupan serta hisapan yang mengasyikan. Dan akhirnya bibirku menuju buah dadanya . Buah dada sekal dan montok itu aku hisap dan gigit-gigit gemas penuh nafsu, kemudian aku kebagian puting susunya yang sudah mulai tegak menantang. Kupilin-pilin dengan bibir dan lidahku..
“Ouh…ouh…euh…..euh… ssstt…hhhssstttt…” Erangan halus dan desis nikmat keluar dari mulutnya tanpa disadarinya
Tapi segera diam kembali setelah dia menyadarinya apa yang sedang terjadi. Tampak sekali terjadi pergulatan batin yang sangat hebat antara mempertahankan harga diri dan kehormatan melawan gairah nafsu yang sudah mulai bangkit mempengaruhinya. Hal ini tampak dari gerakan tubuhnya mulai menggelinjang dan merespon setiap sentuhan dan rangsangan yang kuberikan padanya. Peperangan antara rasa terhina dan rasa nikmat yang ia terima demikian hebatnya sehingga tampak dari keringat yang mulai bercucuran dari tubuhnya.
Badan dan tubuhnya sangat menikmati rangsangan yang kuberikan tetapi pikirannya melarang untuk merespon, sehingga reaksi yang diberikan menjadi tidak konstan, terkadang melenguh menikmati dan terkadang lagi diam mematung tidak memberikan respon atas rangsangan yang kuberikan padanya. Tapi aku terus memberikan rangsangan-rangsangan kenikmatan padanya dengan terus memilin dan meremas buah dadanya yang indah.
Usahaku memberikan hasil. Dia menjadi lebih sering mendesah dan melenguh menahan nikmat yang dirasakan, walaupun dengan malu-malu sambil tetap berusaha menjaga harga dirinya agar tidak jatuh dihadapanku.
“Ouh… oohh…ouh….” Erangan nikmatnya menjadi lebih sering kudengar. Kedua tangannya mencengkram kasur dengan sangat kuat hingga urat-urat halus tangannya menonjol menandakan bahwa dia sedang dilanda kenikmatan dan rangsangan birahi yang teramat sangat.
Aku mulai menanggalkan baju longgarnya dari tubuhnya dan menjatuhkannya kelantai. Mataku nanar diliputi nafsu yang semakin menggebu melihat tubuh bugil merangsang di hadapanku yang hanya menyisakan cd yang menghalangi keindahan vaginanya. Lalu kutanggalkan cd yang menghalangi pemandangan indah ini. Dan…. Terpampanglah tubuh telanjang yang benar-benar indah membangkitkan gelora birahi yang semakin tak tertahankan. Penisku semakin tegang melihat pemandangan itu
Tanpa membuang waktu, aku menciumi kedua paha indah yang putih, mulus serta harum ini. Kugunakan lidahku untuk mengulas semua permukaan paha baik yang kiri maupun yang kanan secara bergantian.
Erangannya menjadi semakin nyaring dan sering
“Ouh…ohhh…Pak…ouh….ouh…” rupanya rasa malu dan marahnya sudah semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan.
Bibir dan lidahku, lalu naik keatas kebagian selangkangannya yang menjanjikan berjuta-juta kenikmatan. Vagina itu begitu indah dikelilingi oleh rimbunnya jembut hitam nan halus. Kujilati jembut indah itu. Dia mengerang keras….”Aaahh….ohhh”
Badannya mulai bergetar seperti dialiri listrik, mulutnya ternganga dengan nafas seperti tertahan, lalu “Aahhh…ouh….ouh…” erangannya semakin keras menandakan bahwa harga dirinya semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan
Kusibakkan bibir vagina yang menutupi liang vagina indahnya, terlihatlah lorong sempit memerah yang basah berlendir. Lidahku terjulur untuk mengkait-kait lorong itu. Badannya semakin bergetar dan erangannya sudah berganti menjadi jeritan-jeritan tertahan “Aahh….Aahhh….Ouhh…nikmat…ouh….” mulutnya mulai meracau.
Jempol tangan kananku tak diam, kugunakan untuk menekan dan memutar-mutar klentitnya yang semakin menonjol keras. Gerakannya sudah semakin menggila dan tangannya sudah tak malu-malu lagi mengusap dan menekan-nekan kepalaku agar lebih dalam memasukkkan lidahku kedalam liang vaginanya kurasakan semakin berkedut.
“Aahh…aahhh… ouh…. Pak….ouh…..terusssss…ouh…” jeritannya semakin keras, pantatnya semakin maju menekan wajahku…
Akhirnya dengan tak sabar kedua kakinya dia naikkan keatas pundakku dan menjepit leherku dengan keras sambil melonjak-lonjak tak karuan dan menjerit-jerit menjemput nikmat yang bertubi-tubi datang padanya hingga akhirnya ia menjerit panjang
“Aaaaaaahhhhh…………….” Badannya melenting, pantatnya terangkat dan tangannya mencengkram kaku di kepalaku serta kakinya semakin keras menjepitku seperti tang raksasa . Lalu beberapa detik kemudian pantatnya berkedut-kedut dan liang vaginanya berkontraksi sangat hebat dan melamuri lidahku dengan cairan kenikmatan.
Dan setelah itu badannya terhempas ke kasur, cengkraman tangannya dikepalaku melemah demikian juga dengan jepitan kakinya di leherku. Setelah itu yang kudengar adalah helaan nafas yang tersengal-sengal seperti orang baru selesai melakukan lari sprint 100 meter.
Tanpa dia kehendaki, istri tetanggaku ini telah mengalami orgasme yang sangat hebat yang aku berikan dalam sesi pemanasan ini.
Aku berdiri dipinggir kasur, kuperhatikan bahwa matanya terbuka dengan pandangan yang menggambarkan orang yang baru saja mendapatkan kenikmatan orgasme.
“Bagaimana bu ? Enak khan..?” tanyaku menggodanya
Dia hanya diam dan membuang muka, tapi dari wajahnya, kutahu dia tidak menampik dengan apa yang kuucapkan padanya. Dia hanya membuang muka…. malu….
Aku mulai menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan. Kini akupun sudah telanjang bulat. Aku naik ke tempat tidur dan merangkak menghampiri dirinya, sambil berbisik
“Sudahlah..Bu…, tak perlu malu…., nikmati saja…. Apalagi yang Ibu pertahankan dariku ? Semua bagian tubuh Ibu yang paling rahasiapun sudah aku jelajahi , bahkan Ibu sudah mendapatkan puncak kenikmatan orgasme yang akhir-akhir ini jarang Ibu dapatkan…” Kataku mempengaruhi pendiriannya , sambil kembali merangsang dirinya dengan memberikan ciuman hangat pada bibirnya dan meremas buah dadanya yang tak membosankan untuk diremas dan dipilin-pilin.
Rupanya kata-kataku mempengaruhi pendiriannya sehingga akhirnya dia membalas ciumanku dengan sangat ganas dan bernafsu ditambah lagi bahwa dirinya memang sudah terbakar nafsu berahi setelah sekian lama aku berikan rangsangan-rangsangan yang mengantarnya mencapai orgasme yang sangat hebat.
Ciumannya padaku semakin panas dan menggairahkan, bahkan tangannya sudah berani meremas dan mengocok penisku yang sudah sangat tegang. Akhirnya badannku kuputar 180 derajat sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya dan wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.
Kurengkuh pantatnya yang montok lalu kembali lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya sekali lagi dengan cara yang berbeda. Kembali dia melenguh..
“Ouh….ouh…..Aku tak tahan…aku tak tahan…Ouhhh” erangnya.
Tak kupedulikan erangannya, aku terus menjilati dan menghisap vaginanya dan terkadang aku tusukkan lidahku kedalam liang vaginanya yang beraroma khas. Gerakan pantatnya semakin menjadi. Dan tiba-tiba aku merasa bibirnya mulai melumat penisku dengan penuh nafsu.
Aku…melayang…dengan apa yang dia lakukan sehingga bibir dan lidahku diam bekerja…. Jilatan dan hisapan pada penisku semakin bervariasi
“Ouhh….” Akupun melenguh nikmat..
Aku takut. Bahwa pertahannanku akan bobol, maka aku konsentrasikan mengoral kembali vaginanya dengan ganas dan cepat. Dia menjerit…
“Aaah…pak…aku tak tahan……aku tak tahan.. masukkan…. Sekarang auh…”
Tak kupedulikan permintaannya, aku semakin bersemangat mengoral vagina indah ini. Tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku kemudian dia bangun , memutarkan badannya , kemudian dalam posisi menungging dia mengarahkan penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang sudah sangat basah, lalu menekan pantatnya ke bawah dan…
Blessshh….Penisku mulai memasuki liang vaginanya perlahan-lahan. Mataku nanar berkunang-kunang merasakan kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan. Perlahan-lahan pantatnya mulai turun naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan menghisap bibirku.
Gerakan pantatnya semakin cepat, kepala sudah mulai terdongak sambil mengeluarkan nafas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushup’
“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Mataku terbeliak-beliak menahan nikmatyang tak terperi
Merasa kakinya kurang nyaman, akhirnya istri tetanggaku meluruskan kakinya sehingga dia telungkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan dan buah dadanya ditempelkan pada dadaku. Kemudian kembali memaju mundurkan pantatnya agar vaginanya dapat bergesekan dengan penisku dan penisku dapat keluar masuk hingga sampai ke pangkalnya.
Gerakannya semakin cepat, kedua kakinya mulai kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu “ Ouh…hekss….heks…heks…”
Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang “Aaaaaahhhhkkkks……….”
Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…”Ouhhhhhh…”
Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.
“ohh….” Keluhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku
Cukup lama dia menikmati sensasi orgasme sambil telungkup lemas diatas tubuhku. Kemudian mata terbuka menatapku sambil berkata “Sudah sangat lama ..aku tak merasakan sensasi orgasme yang demikian nikmat…makasih pak ! “ katanya sambil mengecup bibirku. Sudah hilang rasa malu dan marahnya padaku. Aku hanya tersenyum manis padanya sambil membalas kecupannya dengan menghisap bibirnya dalam-dalam.
Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telungkup menindih tubuhku. Lalu pantatku, kugerakan keatas dan kebawah sambil kedua tanganku menarik pundaknya kebawah membuat penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina dan memberikan kenikmatan padaku dan padanya. Penisku dengan lancar keluar masuk liang vaginanya yang masih tetap sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat. Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh urat syarafku dan akupun mulai mendengus nikmat
“Ouhhh…ouhh…”
Akibat gerakanku ini, membangkitkan kembali gairahnya yang baru saja mendapatkan orgasme dan gesekan-gesekan ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya sehingga akhirnya pantatnya kembali bergerak maju mundur dan keatas kebawah meraih kenikmatan yang lebih.
Dia kembali memompakan tubuhnya diatas tubuhku, dan gerakannya makin lama semakin cepat dan kembali erangan nikmat nya yang khas keluar dari mulutnya
“Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Dan kembali mataku terbeliak-beliak menahan nikmat.
Gerakannya semakin cepat, dan tak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu “ Ouh…hekss….heks…heks…”
Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang “Aaaaaahhhhkkkks……….”
Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…”Ouhhhhhh…”
Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh kembali menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.
“ohh….” Keluhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya kembali ambruk menindih tubuhku untuk kesekian kalinya.
Pencapaian orgasme yang ia dapatkan di atas tubuhku, terus dilakukannya berulang-ulang, hingga akhirnya untuk yang kesekian kalinya dia benar-benar ambruk diatas tubuhku dan tidak bisa bergerak lagi karena kehabisan tenaga.
Dia menggelosorkan tubuhnya disamping tubuhku, sambil berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan. Dia berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan napas “Pak …aku sangat lelah… namun sangat puas…..tapi kepuasanku belum sempurna kalau vaginaku belum disemprot oleh ini..” katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang.
Luar biasa besar nafsu sex yang dimiliki istri tetanggaku yang berjilbab lebar ini. Apakah karena dia memang jarang mendapatkan nafkah batin dari suaminya yang jarang pulang, atau seperti dugaanku bahwa dia memiliki nafsu yang sangat besar karena buktinya dia sering membeli jamu-jamu kuat pada istriku.
Aku yang belum mencapai puncak, tidak ingin berlama-lama istirahat takut nafsuku surut dan penisku melemah, maka aku mulai menindihnya dan tanganku kembali meremas-remas buah dada indah miliknya serta memilin-milin putting susunya yang menjulang menantang. Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.
Nafsunya bangkit kembali walaupun dengan tenaga yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan diarahkan kedepan liang vaginanya, pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk segera menelusuri liang nikmat vaginanya. Ku dorong pantatku begitu kepala penisku tepat berada di liang vaginanya . Dan
Blessh…., penisku kembali menjelajahi liang sempit yang sudah sangat basah milik istri tetanggaku ini dan “ouhh…” lenguh kami berbarengan menahan nikmat.
Pantatku mulai mengayuhkan penisku agar lancar keluar masuk menggesek-gesek dinding vagina yang selalu memberikan sensasi nikmat. Gerakanku makin lama makin cepat dan berirama.
Pinggulnya mulai bergerak membalas setiap gerakannku, sehingga lenguhanku dan erangan nikmat dari terdengar saling bersahutan
“Ouh…ohhh…enak…banget…ohhhh…” dengusku..
“Auh…auh…makasih Pak….ouh….nikmat…oh…” erangnya
Gerakanku makin lama makin cepat dan keras tak beraturan sehingga terdengar suara yang cukup keras dari beradunya dua selangkangan
Plok…plok…plok…
Demikian pula dengan gerakan pinggulnya semakin keras menyambut setiap gerakan pantatku., sehingga bunyi beradunya selangkangan semakin keras
Plok…plok…plok…
Dan akhirnya mulutku mulai meracau..”Ouh…Bu…Aku …mau … keluar, aku mau… keluar ouh…”
Dan dia juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras “ Ayo.. pak… bareng… bareng…”
Dan akhirnya secara bersamaan kami menjerit bersahutan melepas nikmat mencapai orgasme. Badanku dan badannya melenting dan menjerit
“Aaaaahhhh….”
Dan …cret…cret…cret sperma kentalku terpancar beberapa kali membasahi seluruh rongga vagina istri tetanggaku ini dan dibalas dengan kontraksi dan kedutan-kedutan yang hebat didalam liang vaginanya yang menandakan kami mendapat puncak orgasme yang tak terlukiskan nikmatnya.
Lalu badanku ambruk jatuh menimpa tubuhnya dan kugelosorkan kesamping tubuhnya agar tidak membebaninya. Kami berbaring sambil berpelukan dan merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme dengan mata terpejam dan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari dikejar harimau.
Tak lama kemudian , matanya terbuka dan memandangku dengan tatapan penuh kepuasan serta berkata dengan suara yang lemah.
“Baru kali ini aku dapat merasakan berkali-kali orgasme yang luar biasa nikmatnya dalam satu kali persetubuhan..huhh… benar-benar melelahkan namun sangat memuaskan dan tak mungkin terlupakan…” Katanya sambil mencium mesra bibirku. Lalu sambungnya lagi “Kalau tahu senikmat dan sepuas ini yang kudapat dari Bapak.. Bapak tidak perlu mengancamku segala…” katanya sambil tersenyum.
“Dan aku rela … menanggung segala akibatnya asal aku bisa mendapatkan nikmat seperti ini dari Bapak…” katanya mulai melantur…
Kuperhatikan jam dinding sudah menunjukkan jam 1.30 malam, sudah larut. Aku harus segera pulang. Maka aku berdiri dan mengenakan pakaianku dan bertanya padanya “Apakah kita bisa mengulanginya lain waktu ?”
“Tentu…Pak, bahkan malah aku yang meminta pada bapak untuk bisa memberikan kenikmatan seperti tadi lagi dan lagi “ katanya sambil mencubit mesra pinggangku.
Kemudian dia juga mengenakan pakaiannya kembali lengkap dengan jilbab lebarnya dan kami keluar kamar berbarengan. Sampai di ruang tamu, dia berhenti sejenak dan memberi isyarat padaku agar aku diam dulu di tempat dan dia akan keluar rumah melihat situasi di luar apakah ada orang. Dan setelah yakin tidak ada orang diluar dan memberi isyarat padaku bahwa di luar aman. Sebelum aku keluar dari rumah dia memberikan kecupan yang hangat dan mesra di bibirku sambil berbisik
“Jangan lupa ya… seminggu 2 kali bapak harus memberi kenikmatan padaku…”
Wah… nekad juga rupanya istri tetanggaku yang alim ini, jika sudah tahu sesuatu yang sangat nikmat yang bisa dia dapatkan dari diriku. Dengan mengendap-ngendap aku masuk ke rumahku dan kudapati istriku masih tidur dengan nyenyaknya.
Sejak saat itu kami selalu menyempatkan diri secara sembunyi-sembunyi untuk berpacu meraih nikmat. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang , tanpa aku tahu kapan hal ini akan berakhir. Tapi tingkah lakunya di lingkungan tidak berubah. Dia tetap tampak sebagai istri yang solehah dengan jilbab lebar dan baju longgar panjang yang selalu dikenakan. Tapi jika sudah berduaan denganku, dia bagaikan kuda liar dan binal yang bisa membuat diriku melayang-layang meraih nikmat
ada kejadian mendebarkan yang pernah kami lakukan. Saat itu adalah hari sabtu dan istri tetanggaku pulang kerja jam 1 siang, sedangkan bagiku hari sabtu adalah hari libur. Istriku tidak ada di rumah mengajak jalan-jalan anakku sambil mengambil pesanan barang. Sedangkan pada saat itu aku sangat ingin menyetubuhi tetanggaku, karena hampir seminggu tidak ada kesempatan menikmati tubuhnya.
Pada saat aku duduk di ruang tamu, kulihat tetanggaku menghampiri rumahku dan kemudian mengetuk pintu. Pintu kubuka, Dia terlihat kaget dan senang karena yang membuka adalah aku. Lalu dia bertanya “Ada Ibu , Pak ?”
“Mau cari Ibu atau cari saya…?” kataku sambil berbisik.
“Ibu bisa …, bapak juga boleh…” jawabnya sambil tersenyum. Lalu “Tapi kalau ketemu Ibu keperluannya beda..dengan bila bertemu dengan Bapak..” lanjutnya dengan penuh arti.
“Masuk dulu, Bu ! ‘Nggak enak dilihat tetangga..” kataku mempersilahkan masuk.
Diapun masuk dan duduk di kursi tamu yang membelakangi jendela, sementara itu pintu rumahku tetap terbuka, akupun bertanya padanya “Ada perlu apa, ke Ibu ?”
“Biasalah… Pak, keperluan perempuan…, saya mau beli jamu kuat dan jamu khusus untuk wanita…, siap-siap… karena hari ini suami saya pulang…”
“Kalau gitu…, jatah saya kapan..? padahal saya lagi pingin nich..!”
“Sebenarnya saya juga lagi pingin…, tapi… gimana yah…?” dia menjawab dengan bingung.
“Kalau sekarang.., gimana ? “ kataku sambil mengahmpiri dirinya dan duduk disebelahnya dan langsung menciumnya dengan nafsu. Dia membalas ciumanku, kemudian melepaskan ciumanku sambil mendorong tubuhku dan berkata “Ihh, nekad..!”
“Habis…, udah ‘ga tahan sich..!” jawabku sambil mencubit dagunya dengan gemas
“Sebenarnya…, saya juga udah ‘ga tahan…., tapi dimana…?, orang lain pasti akan curiga, kalau kita lakukan sekarang di kamar bapak ?” bisiknya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal didorong hawa nafsu yang mulai sudah menguasainya.
“Kita main disini saja, di ruang tamu, sehingga dari jendela kita bisa melihat kalau ada yang datang. Dan biarkan pintu terbuka… biar orang lain tak curiga…” Usulku nekad. Kebetulan pintu tamuku sejajar dengan pintu pagar, sehingga dari jendela akan terlihat kalau ada yang akan masuk ke halaman rumahku. Tetapi posisi ruang tamuku agak tersembunyi sehingga segala aktivitas di dalamnya tidak terlhat dari luar.
“Jangan ah.., Pak. Berbahaya….” Jawabnya, namun nampaknya dia sudah mulai tergoda dengan usulku.
“’Ngga lah… asal kitanya jangan bersuara….., saya ingin merasakan sensasi nikmat bercampur rasa takut ketahuan…….” Aku semakin memaksanya sambil kembali melumat bibirnya dengan nafsu yang membara.
Nampaknya gairah nafsu berahi sudah menguasainya sehigga melupakan rasa takutnya dan dia membalas lumatan bibirku dengan ganas dan kedua tangannya merengkuh kepalaku agar semakin rapat bibir kami menempel. Tanganku meremas buahdadanya yang terhalang oleh baju longgar dan jilbab yang dikenakannya. Matanya terpejam menikmati ciuman yang panas bergelora. Dan dia semakin liar menciumku sambil menahan agar erangan nikmat tak keluar dari mulutnya.
Nafas kami berdua semakin tersengal-sengal, tanganku beralih ke bawah, kutarik baju panjang yang menutup kaki dan pahanya dan tanganku langsung menyusup keselangkangannya. Kurasakan cd-nya sudah sangat basah, rupanya sensasi bercinta sambil was-was takut ketahuan membuat gairah rangsangan melayang tinggi begitu cepat dan membanjiri vaginanya.
Kusisipkan jari-jariku dari pinggir cd yang dikenakan, sehingga jari tanganku menyentuh permukaan vagina yang ditumbuhi jembut lembut yang merangsang. Dengan penuh nafsu tanganku mengusap bahkan mengobok-obok permukaan vigina yang semakin memacu gairahku. Jari-jariku mempermainkan lipatan vaginanya yang basah. Tetanggaku mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan giginya gemeretak menahan nikmat yang menimpa dirinya dan menahan nafas agar suara erangan nikmatnya tak keluar.
Lalu jempol memutar dan menekan klitorisnya yang menonjol keras, badannya bergetar…, mulutnya semakin rapat tertutup.., kepala terdongak dengan mata yang terpejam. Nafasnya semakin terengah-engah menahan nikmat yang tak terhingga.
Sementara jempolku memberikan rangsangan kenikmatan pada dirinya, jari tengahku kuputar dengan gerakan mengebor menembus liang vagina yang semakin basah dan licin. Tubuhnya bergelinjang hebat dan melonjak-lonjak melambungkan dirinya sehingga melayang-layang. Gerakan jari tengahku yang menerobos liang vagina sambil berputar terus kuperdalam dan badannya semakin bergelijang hebat, kepalanya semakin keras menekan sandaran kursi sehingga pinggangnya melenting, dengan suara yang tertahan keluar lenguhan nikmat tanpa dapat dia tahan “Uuhhhhh……”
Jempolku terus menekan dan memutar klitorisnya, sedangkan jari tengahku semakin cepat memutar dan mengocong liang vaginanya. Tubuhnya semakin hebat terguncang hingga akhirnya melenting kejang dan kaku, dan dari mulutnya keluar suara tercekik..”Akkkhhhhh…..”. Jari tengahku terasa seperti dijepit oleh dinding basah dengan sangat kuat disertai dengan kedutan-kedutan yang keras dan cepat. Lalu tubuhnya melemas dan punggungnya terhempas pada sandara kursi.
Nafasnya tersengal-sengal seperti atlit yang baru mencapai finish. Ya…, tetanggaku baru saja mencapai finish dengan memperolah kenikmatan orgasme yang sangat sensasional.
Aku mencabut jariku dari liang vaginanya yang becek, ku arahkan jari tengahku pada hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma lendir vagina yang menempel pada jari tengahku yang basah kuyup itu . Aroma itu begitu merangsang berahiku dan membuatku nikmat. Aku begitu menikmati aroma vagina itu lalu dengan penuh perasaan kujilati lendir vagina yang menempel dijariku dengan jilatan-jilatan yang rakus hingga jari tengahku kesat bersih dari lendir vagina yang menempel.
Di dalam kelelahannya, tetanggaku memperhatikan apa yang kulakukan, dia merasa puas dan bangga melihat aku dengan rakusnya menjilati lendir vaginanya yang menempel di jariku. Gairahnya gembali bangkit mengalahkan rasa lelah yang menderanya. Tubuhya bangkit, Tangannya membuka sleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sangat keras dan tegang dari pinggir CD yang kukenakan.
Penisku langsung berdiri bebas dengan gagahnya terbebas dari kungkungan celanaku. Tetanggaku menggenggam pangkal penisku dengan jari-jarinya yang halus dan secara perlahan dan pasti lidahnya terjulur menjilati kepala penisku, bahkan seluruh batang penisku dijilatinya dengan penuh gairah seperti sedang menjilati es krim yang sangat nikmat. Akupun melenguh pelan menahan nikmat..”Uhhh…”.
Jilatannya begitu lincah bergairah dan membuatku melayang-layang nikmat pantatku melonjak-lonjak sehingga kepala penisku menekan-nekan mulutnya, seperti sedang mengejar sesuatu yang lebih nikmat. Nafasku semakin memburu ketika dengan asyik dan penuh gairah dia terus menjilati kepala penisku tanpa memperhatikan gelinjang tubuhku yang semakin keras menekan mulutnya. Lalu “Akhhhhs…” Suaraku seperti tercekik dan nafas sesak, ketika secara tiba-tiba mulut tetanggaku mencaplok batang penisku. Rongga mulutnya terasa panas dan sangat nikmat sehingga membuat mulutku ternganga, badanku kaku dan dadaku sesak susah bernafas.
Dengan lincahnya, tetanggaku terus mengocok dan menghisap penisku membuatku semakin melayang. Jilbab yang dikenakannya bergoyang-goyang menampilkan pemandangan yang sangat erotis dari seorang wanita berjilbab lebar yang sedang asyik memberikan kenikmatan oral pada diriku.
Penisku yang berada dalam genggaman tangan dan mulutnya terasa makin membengkak keras. Menyadari itu tetanggaku semakin bergairah mengoralku dan berharap mulutnya dapat disemprot oleh spermaku pada saat aku orgasme. Sebagaimana yang sering terjadi jika dia mengoral suaminya dan dia sangat puas, bahagia dan bangga jika dapat membuat suaminya orgasme oleh oralnya. Dan selama ini dia selalu berhasil membuat suaminya orgasme.
Gerakan oralnya semakin bevariasi membuatku semakin melayang dan penis yang semakin membengkak. Namun aku belum juga mencapai puncak, hanya nafasku saja yang semakin tersengal-sengal dan batang penis yang semakin keras membengkak.
Akhirnya dia tak tahan oleh nafsunya sendiri yang terus meningkat minta dipuaskan, vaginanya terasa sangat basah dan gatal. Dia bangkit melepaskan penisku dari mulutnya kemudian melepaskan cd-nya yang sudah sangat basah. Cd itu dimaukkannya ke dalam saku baju longgar yang masih menempel di tubuhnya. Kemudian berdiri membelakangiku.
Aku tahu apa yang dilakukannya. Kuhentikan gerakannya dan dudukku pindah ke kursi yang langsung menghadap jendela sehingga kami bisa lihat jika ada yang mau masukke pagar rumahku. Aku masih berpakaian lengkap, hanya penisku saja yang menerobos keluar dari sleting celana yang terbuka.
Istri tetaggaku berdiri mengangkangi pahaku dengan paha yang terbuka lebar, dia menarik ujung bawah baju longgarnya hingga ke pinggang dan kubantu pegangi ujung baju itu agar tidak melorot jatuh. Lututnya menekuk agar pantatnya mendekati selangkanganku, dia raih penisku dan diarahkan ke mulut liang vaginanya yang sangat basah. Lalu….
Blesshhh…. perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kepala penisku menerobos liang vaginanya. Gerakannya demikian perlahan, sehingga penerobosan kepala penisku pada liang vaginanya begitu lama dan sangat nikmat, mataku terpejam menikmati nikmat yang kurasakan dan dengan pelan mulutku mngeluh “Uhhh…..”
Gerakan penerobosan itu terhenti ketika pantatnya menekan sangat rapat bagian bawah perutku sehingga batang penisku amblas hingga kepangkalnya. Dia menekan cukup lama vaginanya, kurasakan sambutan meriah dilakukan oleh dasar liang vaginanya terhadap kepala penisku. Kepala penisku serasa dihisap dan diremas nkmat oleh vagina tetanggaku ini. Dinding vaginanya tak henti-hentinya berkedut memberikan sensasi nikmat pada ujung-ujung syarat nikmat yang ada pada seluruh permukaan kepala dan batang penisku.
Secara perlahan pinggulnya berputar agar batang penisku mengucek dan mengocok dinding vaginanya, kenikmatan semakin melambungkanku. Semakin lama gerakan pinggulnya semakin bervariasi, berputar, melonjak, bergoyang, patah-patah bahkan maju-mundur membua batang penisku seperti diplintir dan digiling oleh mesin penggilingan nikmat.
Semakin lama gerakannya semakin cepat, dan nafasnya semakin memburu dan tak lama kemudian badannya melonjak-lonjak keras dan diakhiri dengan tekanan vagina yang sangat kuat sehingga penisku masuk sedalam-dalamnya, dinding vaginanya dengan dahsyat memeras dan menjepit batang penisku dengan sangat kuat serta kedutan-kedutan dinding vagina begitu cepat . Badannya terdiam kaku, mulutnya terkatup rapat menahan agar jeritan nikmatnya tak keluar dan kepalanya ditekankan pada pundakku, lalu beberapa detik kemudian badannya terhempas lunglai diatas tubuhku, nafasnya terengah-engah. Kusibakan jilbab lebar yang menutupi wajahku, tetanggaku menoleh kearahku dan menciumku lembut dan mesra sebagai tanda bahwa sangat puas dengan orgasme yang baru digapainya.
Sambil berciuman kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding vaginanya semakin melemah, pantatku menghentak keatas, sehingga batang penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina yang semakin basah dan licin, rasa nikmat kembali menjalar ditubuhku mengakibatkan pantatku tanpa dapat kukendalikan pantatku menghentak-hentak agar gesekan dan kocokan penisku di dalam vaginanya terus-menerus memberikan rasa nikmat pada penisku.
Hentakan-hentakan tubuhku menyebabkan gairah kembali bangkit dan dia membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar, semakin lama semakin liar dan tak lama kemudian kembali dia mengejang menggapai nikmat dengan mulut yang terkatup rapat ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding vaginanya pada batang penisku.
Beberapa kali dia mencapai orgasme dalam posisi seperti itu dalam jeda waktu hanya beberapa menit untuk setiap pencapaian orgasme berikutnya.Hingga akhirnya dia benar-benar terkulai lemah tidak mampu membalas hentakan-hentakanku. Kubiarkan dia terkulai beberapa menit di atas tubuhku sambil badannya kepeluk dari belakang dan pipinya kucium dan secara perlahan kuremas-remas buahdadanya dari luar baju longgarnya.
Setelah kurasakan tenaganya terkumpul, kuangkat tubuhnya agar kerdiri bersamaaan dengan tubuhku, namun kutahan agar penisku tidak lepas dari vaginanya, kudorong tubuhnya agar mendekat ke kursi tamu yang berada tepat membelakangi jendela, kutekan punggungnya agar membungkukkan badan dengan memegang bagian atas sandaran kursi yang berada di pinggir jendela sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Sedangkan penisku masih menusuk vaginanya dari belakang melalui belahan pantatnya, suatu posisi dogy style sambil berdiri. Ujung baju lebar yang ia kenakan semakin aku sibakkan ke arah pinggangnya sehingga kedua tanganku dapat memegang pantatnya yang putih bulat menggairahkan.
Perlahan aku mulai mengerakkan pantatku agar penisku menusuk-nusuk vaginanya lebih dalam. Cengkraman vaginanya dalam posisi seperti ini semakin kuat menjepit membuat kenikmatanku semakin bertambah, basah dan licinnya vagina membuat gesekan dan kocokan penisku begitu lancar di dalam vaginanya. Kepalanya terangguk-angguk menerima hentakan dan dorongan pinggulku.
Kenikmatan kembali menjalar ke seluruh pebuluh darahnya, dia membalas sodokan penisku dengan menggoyang dan memutar pinggulnya laksana seorang penari dangdut membuat kenikmatan yang kuterima semakin bertambah. Semakin lama goyang pinggulnya semakin liar dan menghentak-hentak dan tak memerlukan waktu lama kembali tubuhnya kejang kaku, tangannya mencengkram sandaran kursi dengan sangat kuat, kepalanya terdongak ke atas. Dengan jerit tertahan kembali dia mengalami orgasme yang hebat. Kudiamkan sejenak ketika dia menikmati sensasi orgasmenya, karena pada saat itu aku sangat menikmati cengkraman, jepitan dan kedutan-kedutan dinding vagina pada penisku.
Setelah kedutan dan cengkraman dinding vaginanya melemah, kembali aku menusuk-nusukkan penisku. Setelah beberapa detik kemudian pinggulnya kembali bergerak liar membalas sodokan-sodokan penisku, dan hanya beberapa menit berselang kembali dia mengalami orgasme untuk yang entah keberapa kalinya pada saat itu.
Beberapa kali ia orgasme dalam posisi seperti itu hingga akhirnya tubuhnya ambruk ke atas kursi dan mengeluh pelan dan panjang “Uuhhhhhhh………”
Pada saat itu, aku merasa orgasme akan menghampiriku, maka tubuhnya langsung kubalik agar telentang dengan kepala berada pada sandaran kursi bagian tengah. Kedua tanganku kugunakan untuk membuka lebar-lebar pahanya sehingga vaginanya yang basah dan licin semakin jelas terlihat mempesona. Kuarahkan kepala penisku pada mulut liang vaginanya dan dengan cepat kudorong penisku hingga amblas sampai ke pangkalnya. Lalu dengan semangat yang menggila aku pompa tubuhnya dengan hentakan-hentakan yang liar dan tak terkendali.
Beberapa saat sebelum aku meraih puncak orgasmeku, samar-samar kulihat istri dan anakku pulang dan sedang ngobrol dengan temannya beberapa meter sebelum tiba di depan rumah. Rasa takut yang datang tiba-tiba menyebabkan aku menjerit tertahan dan spermakupun muntah tanpa dapat kubendung. Cret…..cret…. cretttt……. Uhhh…. suatu pencapaian oragsme yang sangat mendebarkan dan membuat jatung ini serasa mau copot.
Dengan tergesa-gesa aku mencabut penisku yang masih beberapa kali memancarkan sperma, sehingga beberapa tetes sperma menempel pada baju longgar yang dikenakan tetanggaku dan beberapa tetes. Kumasukkan penisku yang masih setengah tegang ke balik celanaku dan kutarik sleting. Aku sedikit khawatir karena bagian depan celanaku begitu basah oleh cairan kenikmatan tetanggaku. Aku langsung mengeluarkan beberapa dus jamu dari dalam lemari dan menyimpannya di atas meja, sementara tetanggaku berusaha merapihkan baju longgar dan jilbabnya agar tidak mencurigakan. Ada sedikit basah di sana-sini oleh keringat kami yang membanjir.
Tetanggaku berusaha duduk tenang, dan tak lama kemudian istri dan anak-anakku masuk ke rumah melalui pintu yang sengaja terbuka.
“Eehhh… ada tamu…! Udah lama, Bu ?” kata istriku seraya matanya melirik beberapa dus jamu yang kusimpan di atas meja.
“Ahh…., ‘Ngga… baru saja…., Anu bu …, saya mau beli jamu yang biasa…, namun ternyata bapak tidak tahu, malah akhirnya dia perlihatkan semuanya pada saya…” Sahut tetanggaku berbohong dengan lihainya, sambil berusaha menutupi kegugupannya….
“Oohhh…, emangnya bapak udah pulang ? ” tanya istriku dengan senyum penuh arti
“Kabarnya malam ini dia pulang…” jawab tetanggaku pula
“Harus siap-siap dong…., biar asyik !” goda istriku sambil tertawa genit pada tetanggaku, kemudian dia menambahkan lagi “Panas sekali udara saat ini, Badan saya saya basah oleh keringat…” Kata istriku memperlihatkan bajunya yang basah oleh keringat.
“Betul.., Bu ! Akan turun hujan barangkali…..” jawab tetanggaku seolah-olah mendapatkan alasan yang tepat atas keringat yang membasahi baju longgarnya.
Kutinggalkan mereka berdua di ruang tamu dan aku masuk ke kamarku sambil berbaring dan merenung kejadian luar biasa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian tetanggaku pulang dan istriku menghampiriku. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan berkata “Pah…, kalau pipis jangan jorok…, malu kan sama tetangga, lihat tuh bagian depan celana Papah basah !” sambil menunjuk bagian depan celanaku.
“Anu…, Mah tadi tersiram dari gayung…, waktu papah pipis” kataku berbohong.
Kejadian itu betul-betul mendebarkan, namun aku merasakan sensasi yang luar biasa pada waktu melakukannya, apalagi hampir-hampir saja istriku memergoki apa yang kami lakukan. oleh sebab itu sejak hari itu, aku selalu berhati-hati jika ingin bercinta dengan tetanggaku.
Selingkuh dengan Tetangga Berjilbab
Peristiwa ini tak pernah kuduga sebelumnya. Karena Bu Ivy tidak menampakkan gejala-gejala nakal sebelumnya. Apalagi mengingat dia akrab dengan istriku. Istriku pun kelihatannya percaya dan tak mencurigai kalau aku bepergian dengan Bu Ivy. Lagian kalau niat mau selingkuh, masa Bu Ivy berani ke rumahku? Apalagi mengingat Bu Ivy kelihatannya taat beribadah. Tiap hari selalu mengenakan jilbab.
Aku dan istriku sama-sama berwiraswasta, tapi lain bidang. Aku sering jadi mediator, begitu juga Bu Ivy. Sementara istriku membuka toko kebutuhan sehari-hari, jadi bisnisnya cukup menunggui toko saja. Di belakang rumah, istriku punya bisnis lain, beternak ribuan burung puyuh yang rajin bertelur tiap hari.
Pada suatu pagi, waktu aku baru mau mandi, istriku menghampiriku,
“Ada Bu Ivy, Bang.”
“Oh, iya… kami sudah janjian mau ketemu pemilik tanah yang mau dijadikan perumahan itu,” sahutku,
“Suruh tunggu sebentar, aku mandi dulu.” sambungku.
Istriku guk lalu pergi ke depan. Sementara aku bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dan berdandan, aku melangkah ke ruang tamu. Bu Ivy sedang ngobrol dengan istriku.
“Barusan istri Herman datang, Bang,” kata istriku waktu aku baru duduk di sampingnya,
“Herman sakit, kakinya bengkak, asam uratnya kambuh, jadi gak bisa kerja hari ini.”
“Penyakit langganan,” sahutku dengan senyum sinis.
Dengan hati kesal, karena aku harus nyetir sendiri hari ini. Herman adalah nama sopirku.
“Acaranya hari ini nggak jauh kan?” tanya istriku,
“Sekali-sekali nyetir sendiri kan nggak apa-apa.” sambung istriku.
“Iya… ada sopir atau nggak ada sopir, kegiatanku takkan terhambat,” kataku, lalu menoleh ke arah Bu Ivy yang saat itu mengenakan baju hijau pucuk daun dan kerudung putih,
“Berangkat sekarang Bu?”
“Baik Pak,” Bu Ivy memegang tali tas kecilnya yang tersimpan di pangkuannya.
Tak lama kemudian Bu Ivy sudah duduk di sampingku, di dalam sedan yang kukemudikan sendiri.
Obrolan kami di perjalanan hanya menyangkut masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Ivy. Tidak ada yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya.
Kami duduk saja di dalam mobil yang parkir menghadap ke kebun tak terawat sehingga mirip hutan, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku seorang developer. Suasana sunyi sekali. Entah kenapa, suasana sunyi itu membuatku tiba-tiba iseng memegang tangan Bu Ivy.
“Bisa dua jam kita menunggu di sini, Bu.”
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja Pak, dalam bisnis memang suka ada ujiannya.”
Aku terdiam, tapi tidak dengan tanganku. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia juga membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti, ah… pikiranku melayang tak menentu. Mungkin di mana-mana lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan ABG lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan?
Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yang sangat tertutup itu. Bu Ivy diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia menepiskan tanganku.
“Duduknya di belakang saja Pak, di sini takut dilihat orang”
Senangnya hatiku. Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau!
“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik BH-nya.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang.
“Tapi Pak… uuuhh… kalau aku jadi horny gimana nih?”
Wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita lakukan saja, asal Bu Ivy gak keberatan”
Tanganku makin berani, menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya. Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya, bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah basah dan hangat.
“Masa di mobil?” protesnya,
“Kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Ivy yang terasa hangat dan berlendir…
Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik,
“Duh Pak… aku jadi kepengen nih…. kita cari penginapan aja yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita datangnya besok aja.”
“Iya sayang, sekarang ini dirimu lebih penting daripada pemilik tanah itu” bisikku.
“Ya sudah dulu dong,” Bu Ivy menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya,
“Nanti kalau aku gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan aku kasih semuanya…”
Aku ketawa kecil. Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi.
Tak lama kemudian mobilku meluncur di jalan raya. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Ivy, karena kalau di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, Bu Ivy pun punya suami.
Hotel itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin. Bu Ivy kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu, sementara aku sudah tak sabaran menunggunya.
Ketika ia muncul di pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi, tampak tergerai, panjang lebat dan ikal. Jujur, ia tampak jauh lebih seksi saat rambutnya digerai. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di mataku.
Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat,
“Bu Ivy cantik….muahhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar.
Lalu kami bergumul di atas tempat tidur. Berkali-kali Bu Ivy memagut bibirku. Aku menyingkapkan bajunya. Rupanya tak ada apa-apa lagi di balik bajunya selain tubuh Bu Ivy yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku tapi tampak indah di mataku, seperti payudara gadis belasan tahun. Pandanganku melayang ke bawah perutnya, tampak kemaluannya yang berambut tebal.
Aku pun mulai beraksi. Menjilati lehernya yang hangat, sementara tanganku mengelus jembut yang lebat itu. Bu Ivy tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Seketika batang kemaluanku seakan melompat mencari pasangannya.
Bu Ivy melotot melihat batang kemaluanku yang tegak dengan gagahnya.
“Iiiih… punya Bapak kok panjang gede gitu…. si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.
“Emang punya suami Bu Ivy seperti apa?” tanyaku.
“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Ivy sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.
Kembali kuciumi lehernya, lalu turun mengemut puting susunya. Kusedot-sedot dan sesekali menjilat puting susunya yang kian mengeras itu. Sementara tanganku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.
Bu Ivy membalas dengan mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari.
Setelah puas mengemut puting susu Bu Ivy, bibirku perlahan turun ke arah perutnya, menjilati pusarnya, lalu turun ke bawah perutnya.
“Pak jangan ke situ…” Bu Ivy berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas.
Aku tak menghiraukannya, ku sibak bulu kemaluannya dan mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya.
“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Ivy mulai menceracau tak menentu.
Lebih-lebih lagi ketika aku menjilati clitorisnya dan menghisap-hisapnya
“Oooh Pak… aku udah mau keluar nih...” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan penisku ke vaginanya yang sudah basah dan berlendir. “Blessss…” sekali tekan penisku langsung terbenam.
“Aduhhh… sudah masuk Paakk… oohhhh…” Bu Ivy menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya,
“Aku gak bisa nahan lagi…mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…”
Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya dia sudah orgasme, terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek.
“Barusan kan baru orgasme pertama,” bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu Ivy.
Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang pinggulnya, sehingga penisku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Ivy. Aku tahu goyangan itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena gesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi semakin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.
“Aduuh… Pak… enak sekali… aku bisa ketagihan nanti Pak” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.
“Aku juga bisa ketagihan, vaginamu enak sekali sayang… benar-benar enak sekali” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya.
Aku memang tidak berlebihan. Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut “Selingkuh Itu Indah”. Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Ivy juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa.
Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Bu Ivy pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya.
“Ooh… aaahhh… aduh Pak… enak Pak… aku mau keluar lagi nih Pak.”
“Kita barengin keluarnya yok…” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku.
“Iya Pak… biar nikmat…” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat, kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan, batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya, lalu kami seperti orang kesurupan, sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan. "Crott..Croot..crottt.." Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang vagina Bu Ivy yang terasa berkedut-kedut, lalu kami sama-sama terkapar dengan keringat bercucuran.
“Ini yang pertama kalinya aku digauli oleh lelaki yang bukan suami aku…” kata Bu Ivy sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam vaginanya.
“Sama…aku juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri aku. Terimakasih sayang….mulai saat ini Bu Ivy jadi istri rahasiaku…” jawabku dengan ciuman hangat di bibirnya.
“Dan Bapak jadi suami kedua aku…” sambung Bu Ivy.
“Tadi kok enak sekali ya Pak?” tanya Bu Ivy dengan wajah menunjukkan kepuasan.
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah biasa, jadi nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam, nggak apa-apa ?”
“Nggak apa-apa, aku kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…” sahutnya dengan senyum manisnya.
“Asyik dong, jadi aman…” jawabku sambil tersenyum.
“Aku pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…”
Kata-kata Bu Ivy itu membuat napsuku bangkit lagi. Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam vaginanya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya, ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi.
Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di liang vagina Bu Ivy yang sudah banyak lendirnya sehingga aku bisa mengenjotnya dengan leluasa. Lalu aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Ivy action dari atas tubuhku. Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya.
Dengan posisi aku berada di bawah, membuatku leluasa meremas payudara Bu Ivy. Sesekali kuremas juga pantatnya yang montok dan padat itu, membuat Bu Ivy mendapat kenikmatan lebih. Penisku menyundul-nyundul dasar vaginanya, membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, lalu terdengar erangan nikmatnya,
“Aahhh… aku keluar lagi Paak…” Bu Ivy ambruk di dalam dekapanku.
Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu Ivy sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot vagina teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam vaginanya yang sudah orgasme kesekian kalinya.
Bu Ivy memejamkan matanya waktu aku mulai mengenjotnya lagi dengan posisi dia di bawah aku di atas. Lalu beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Aku pun makin ganas mengenjotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan. Membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh… enak banget Paak… aku mau keluar lagi... kita barengan lagi Pak…” celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengenjot liang vaginanya.
Aku setuju. Ku genjot penisku dengan kecepatan tinggi, sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi saling peluk, saling lumat dan akhirnya air maniku menyemprot di vaginanya, diikuti dengan rintihan Bu Ivy mencapai orgasmenya. Dan kami pun terkapar diatas ranjang.
Setelah selesai bertarung dalam kenikmatan kami berbenah diri untuk segera pulang.
“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Ivy waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Iya… dari rumah gak ada rencana… tapi tadi mendadak ada keinginan… untunglah Bu Ivy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku sambil memeluk tubuhnya dan mengecup mesra bibirnya.
“Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.” kata Bu Ivy perlahan sambil tersenyum dan memeluk pinggangku.
Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata, “Gara-gara sopirku gak masuk, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”
Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Ivy.
Salah satu smsnya berbunyi: “Puas banget…punya aku sampe terasa seperti jebol… punya bapak kegedean sih… kapan kita ketemuan lagi?”
Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..”
Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin kulupakan.
Tamat
Aku dan istriku sama-sama berwiraswasta, tapi lain bidang. Aku sering jadi mediator, begitu juga Bu Ivy. Sementara istriku membuka toko kebutuhan sehari-hari, jadi bisnisnya cukup menunggui toko saja. Di belakang rumah, istriku punya bisnis lain, beternak ribuan burung puyuh yang rajin bertelur tiap hari.
Pada suatu pagi, waktu aku baru mau mandi, istriku menghampiriku,
“Ada Bu Ivy, Bang.”
“Oh, iya… kami sudah janjian mau ketemu pemilik tanah yang mau dijadikan perumahan itu,” sahutku,
“Suruh tunggu sebentar, aku mandi dulu.” sambungku.
Istriku guk lalu pergi ke depan. Sementara aku bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dan berdandan, aku melangkah ke ruang tamu. Bu Ivy sedang ngobrol dengan istriku.
“Barusan istri Herman datang, Bang,” kata istriku waktu aku baru duduk di sampingnya,
“Herman sakit, kakinya bengkak, asam uratnya kambuh, jadi gak bisa kerja hari ini.”
“Penyakit langganan,” sahutku dengan senyum sinis.
Dengan hati kesal, karena aku harus nyetir sendiri hari ini. Herman adalah nama sopirku.
“Acaranya hari ini nggak jauh kan?” tanya istriku,
“Sekali-sekali nyetir sendiri kan nggak apa-apa.” sambung istriku.
“Iya… ada sopir atau nggak ada sopir, kegiatanku takkan terhambat,” kataku, lalu menoleh ke arah Bu Ivy yang saat itu mengenakan baju hijau pucuk daun dan kerudung putih,
“Berangkat sekarang Bu?”
“Baik Pak,” Bu Ivy memegang tali tas kecilnya yang tersimpan di pangkuannya.
Tak lama kemudian Bu Ivy sudah duduk di sampingku, di dalam sedan yang kukemudikan sendiri.
Obrolan kami di perjalanan hanya menyangkut masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Ivy. Tidak ada yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya.
Kami duduk saja di dalam mobil yang parkir menghadap ke kebun tak terawat sehingga mirip hutan, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku seorang developer. Suasana sunyi sekali. Entah kenapa, suasana sunyi itu membuatku tiba-tiba iseng memegang tangan Bu Ivy.
“Bisa dua jam kita menunggu di sini, Bu.”
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja Pak, dalam bisnis memang suka ada ujiannya.”
Aku terdiam, tapi tidak dengan tanganku. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia juga membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti, ah… pikiranku melayang tak menentu. Mungkin di mana-mana lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan ABG lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan?
Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yang sangat tertutup itu. Bu Ivy diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia menepiskan tanganku.
“Duduknya di belakang saja Pak, di sini takut dilihat orang”
Senangnya hatiku. Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau!
“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik BH-nya.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang.
“Tapi Pak… uuuhh… kalau aku jadi horny gimana nih?”
Wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita lakukan saja, asal Bu Ivy gak keberatan”
Tanganku makin berani, menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya. Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya, bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah basah dan hangat.
“Masa di mobil?” protesnya,
“Kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Ivy yang terasa hangat dan berlendir…
Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik,
“Duh Pak… aku jadi kepengen nih…. kita cari penginapan aja yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita datangnya besok aja.”
“Iya sayang, sekarang ini dirimu lebih penting daripada pemilik tanah itu” bisikku.
“Ya sudah dulu dong,” Bu Ivy menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya,
“Nanti kalau aku gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan aku kasih semuanya…”
Aku ketawa kecil. Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi.
Tak lama kemudian mobilku meluncur di jalan raya. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Ivy, karena kalau di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, Bu Ivy pun punya suami.
Hotel itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin. Bu Ivy kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu, sementara aku sudah tak sabaran menunggunya.
Ketika ia muncul di pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi, tampak tergerai, panjang lebat dan ikal. Jujur, ia tampak jauh lebih seksi saat rambutnya digerai. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di mataku.
Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat,
“Bu Ivy cantik….muahhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar.
Lalu kami bergumul di atas tempat tidur. Berkali-kali Bu Ivy memagut bibirku. Aku menyingkapkan bajunya. Rupanya tak ada apa-apa lagi di balik bajunya selain tubuh Bu Ivy yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku tapi tampak indah di mataku, seperti payudara gadis belasan tahun. Pandanganku melayang ke bawah perutnya, tampak kemaluannya yang berambut tebal.
Aku pun mulai beraksi. Menjilati lehernya yang hangat, sementara tanganku mengelus jembut yang lebat itu. Bu Ivy tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Seketika batang kemaluanku seakan melompat mencari pasangannya.
Bu Ivy melotot melihat batang kemaluanku yang tegak dengan gagahnya.
“Iiiih… punya Bapak kok panjang gede gitu…. si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.
“Emang punya suami Bu Ivy seperti apa?” tanyaku.
“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Ivy sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.
Kembali kuciumi lehernya, lalu turun mengemut puting susunya. Kusedot-sedot dan sesekali menjilat puting susunya yang kian mengeras itu. Sementara tanganku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.
Bu Ivy membalas dengan mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari.
Setelah puas mengemut puting susu Bu Ivy, bibirku perlahan turun ke arah perutnya, menjilati pusarnya, lalu turun ke bawah perutnya.
“Pak jangan ke situ…” Bu Ivy berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas.
Aku tak menghiraukannya, ku sibak bulu kemaluannya dan mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya.
“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Ivy mulai menceracau tak menentu.
Lebih-lebih lagi ketika aku menjilati clitorisnya dan menghisap-hisapnya
“Oooh Pak… aku udah mau keluar nih...” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan penisku ke vaginanya yang sudah basah dan berlendir. “Blessss…” sekali tekan penisku langsung terbenam.
“Aduhhh… sudah masuk Paakk… oohhhh…” Bu Ivy menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya,
“Aku gak bisa nahan lagi…mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…”
Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya dia sudah orgasme, terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek.
“Barusan kan baru orgasme pertama,” bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu Ivy.
Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang pinggulnya, sehingga penisku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Ivy. Aku tahu goyangan itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena gesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi semakin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.
“Aduuh… Pak… enak sekali… aku bisa ketagihan nanti Pak” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.
“Aku juga bisa ketagihan, vaginamu enak sekali sayang… benar-benar enak sekali” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya.
Aku memang tidak berlebihan. Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut “Selingkuh Itu Indah”. Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Ivy juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa.
Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Bu Ivy pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya.
“Ooh… aaahhh… aduh Pak… enak Pak… aku mau keluar lagi nih Pak.”
“Kita barengin keluarnya yok…” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku.
“Iya Pak… biar nikmat…” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat, kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan, batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya, lalu kami seperti orang kesurupan, sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan. "Crott..Croot..crottt.." Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang vagina Bu Ivy yang terasa berkedut-kedut, lalu kami sama-sama terkapar dengan keringat bercucuran.
“Ini yang pertama kalinya aku digauli oleh lelaki yang bukan suami aku…” kata Bu Ivy sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam vaginanya.
“Sama…aku juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri aku. Terimakasih sayang….mulai saat ini Bu Ivy jadi istri rahasiaku…” jawabku dengan ciuman hangat di bibirnya.
“Dan Bapak jadi suami kedua aku…” sambung Bu Ivy.
“Tadi kok enak sekali ya Pak?” tanya Bu Ivy dengan wajah menunjukkan kepuasan.
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah biasa, jadi nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam, nggak apa-apa ?”
“Nggak apa-apa, aku kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…” sahutnya dengan senyum manisnya.
“Asyik dong, jadi aman…” jawabku sambil tersenyum.
“Aku pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…”
Kata-kata Bu Ivy itu membuat napsuku bangkit lagi. Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam vaginanya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya, ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi.
Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di liang vagina Bu Ivy yang sudah banyak lendirnya sehingga aku bisa mengenjotnya dengan leluasa. Lalu aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Ivy action dari atas tubuhku. Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya.
Dengan posisi aku berada di bawah, membuatku leluasa meremas payudara Bu Ivy. Sesekali kuremas juga pantatnya yang montok dan padat itu, membuat Bu Ivy mendapat kenikmatan lebih. Penisku menyundul-nyundul dasar vaginanya, membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, lalu terdengar erangan nikmatnya,
“Aahhh… aku keluar lagi Paak…” Bu Ivy ambruk di dalam dekapanku.
Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu Ivy sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot vagina teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam vaginanya yang sudah orgasme kesekian kalinya.
Bu Ivy memejamkan matanya waktu aku mulai mengenjotnya lagi dengan posisi dia di bawah aku di atas. Lalu beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Aku pun makin ganas mengenjotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan. Membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh… enak banget Paak… aku mau keluar lagi... kita barengan lagi Pak…” celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengenjot liang vaginanya.
Aku setuju. Ku genjot penisku dengan kecepatan tinggi, sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi saling peluk, saling lumat dan akhirnya air maniku menyemprot di vaginanya, diikuti dengan rintihan Bu Ivy mencapai orgasmenya. Dan kami pun terkapar diatas ranjang.
Setelah selesai bertarung dalam kenikmatan kami berbenah diri untuk segera pulang.
“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Ivy waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Iya… dari rumah gak ada rencana… tapi tadi mendadak ada keinginan… untunglah Bu Ivy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku sambil memeluk tubuhnya dan mengecup mesra bibirnya.
“Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.” kata Bu Ivy perlahan sambil tersenyum dan memeluk pinggangku.
Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata, “Gara-gara sopirku gak masuk, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”
Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Ivy.
Salah satu smsnya berbunyi: “Puas banget…punya aku sampe terasa seperti jebol… punya bapak kegedean sih… kapan kita ketemuan lagi?”
Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..”
Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin kulupakan.
Tamat
Nadya, Gadis Berjilbab yang Tergoda
Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2001, Nadya, seorang gadis yang alim dan berjilbab berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling berkualitas di kota mereka untuk persiapan UMPTN 2001. Sesampainya di sana Nadya dan temannya disambut seseorang di tangga. Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas.” Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan Nadya tahu dia bernama Budi, tentor kelas IPA yang juga mengajarnya di kelas.
Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat Nadya sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat Nadya, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Budi menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Nadya semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Nadya pun biasa diantarnya pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi mereka. Mereka juga seringbercanda. Mas Budi pun sesekali menyentuh Nadya, dan walaupun Nadya seringkali menolak, tetap saja Nadya merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.
Sampai pada suatu hari dia mengajak Nadya nonton. Awalnya Nadya ragu2, namun kemudian Nadya pun menerima ajakan itu. Mereka pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Nadya tampak canti saat itu dengan jilbab biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu Nadya pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Budi tidak henti-hentinya melihat Nadya. Nadya pura-pura serius nonton, tapi Nadya sebenarnya juga melihatnya. Kemudian mas Budi mulai berani memegang tangannya, Nadya pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Budi berkata, “Mas sayang kamu.” Serr.., rasanya Nadya tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya, apalagi ketika mas Budi mulai berani menyandarkan kepalanya di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Nadya yang masih tertutup rok panjang. Nadya semakin tidak kuasa menepisnya.
Kemudian mas Budi pun memandang Nadya sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Nadya berusaha menolak. Namun karena serangan bibir mas Budi yang bertubi2 dan serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Nadya menyambutnya. Nadya yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Budi menyusup kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya. Lidah mereka saling bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas mereka ini. Baru sekali ini Nadya melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Nadya melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak malu saat kemudian ia membayangkan. Bagaimana bila tiba2 orang2 mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Budi. Dimana martabatnya sebagai seorang gadis yang alim dan berjilbab? Namun pikiran itu tidak bisa mengalahkan gejolak birahi Nadya, justru malah membuatnya semakin terangsang. Itulah sebabnya Nadya sangat menikmatinya.
Mas Nadya yang satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Nadya dan mulai mengelus-elus paha mulus Nadya yang kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu. Pasti paha kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok yang Nadya pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha Nadya. Namun karena malu Nadya pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.” Mas Budi tidak memperhatikan kata-kata Nadya, dan tangannya terus memaksa masuk.
Sekarang celana dalam Nadya bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Budi akan mendapatkan kemaluan Nadya yang sudah basah ini. Mas Budi berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya Yang… ya..!” Nadya pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang mas Budi mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitoris Nadya.
Nadya merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Budi mulai memainkan tangannya di lubang Nadya bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya. Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Nadya rasakan. Tidak sadar Nadya pun mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu, “Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang…jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”
Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Budi pun memandangi Nadya dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan Nadya. Sambil berjalan turun, Nadya pun membetulkan rok dan jilbabnya yang sudah diacak-acak oleh mas Budi tadi.
“Maafin kelakuan Mas yah tadi.” mas Budi pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Nadya takut.” jawab Nadya. Mas Budi langsung merangkul pinggul Nadya dan mencium pipinya, sungguh sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.
“Turun dulu Kak..!” kata Nadya saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas Budi pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersama Nadya.
SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU, SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG BERJILBAB. (PEN.)
Nadya pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibu dan bapak Nadya sering pergi ke rumah masnya yang paling tua, sehingga Nadya biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya.
Nadya langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.” “Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Nadya pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.
“Tunggu sebentar yah Kak.” kata Nadya, namun mas Budi langsung mengikuti Nadya ke dalam kamar dan menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau apa..?” tanya Nadya lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan Kak, Nadya takut..!” kata Nadya lagi tapi Mas Budi langsung memeluk Nadya dan menciumi Nadya dengan liarnya. Nadya yang juga sudah dari tadi terangsang menyambutnya dengan ciuman Nadya yang bernafsu.
“Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Budi pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Nadya yang wajahnya mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Budi yang menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Nadya melihat secara langsung. Selama ini Nadya hanya melihat sesekali saat ia membuka situs porno di internet. Biarpun alim, namun Nadya suka membuka situs2 porno di internet. Nadya tidak kuasa menolak ketika mas Budi melepaskan seluruh baju Nadya, sehingga Nadya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya, kecuali jilbab birunya yang memang sengaja tidak ditanggalkan oleh mas Budi. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih pake jilbab, sayang.” Bisik mas Budi lembut.
Di kamar Nadya sendiri, di atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang Nadya sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan keras yang mas Budi sodorkan ke mulut Nadya. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya Nadya mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu Nadya kecil. Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulut Nadya di batang kemaluannya. Terlihatlah pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai jilbab di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan suaminya.
Dalam posisi Nadya tidur dan mas Budi mengangkang di atasnya sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Nadya pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api birahi sudah menguasainya 100 persen. Mas Budi kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudara Nadya secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitoris Nadya dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Nadya pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.
Mas Budi pun menjilati tubuh Nadya, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Nadya pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Nadya mo pipiisshhh..!” Mas Budi seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitoris Nadya dimain-mainkan dengan lidahnya. Nadya hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhnya yang sensitif.
“Kakkk.., Kakkk.., Nadya pipiiishhh. Ahh.., aahh..!” Nadya pun mengeluarkan cairannya, namun mas Budi tidak berhenti menghisap vagina Nadya sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Nadya seakan tidak perduli lagi apa yang Nadya ucapkan. Mas Budi pun mencoba menusuk Nadya dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. mas Budi mau memuaskan Nadya dulu baru memikirkan nasib ‘adek’-nya.
Nadya pun segera melebarkan kakinya untuknya, pasrah memberikan diri Nadya untuknya. Mas Budi pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vagina Nadya, namun agak sulit karena memang Nadya masih perawan. Nadya pun merasa sakit, namun karena mas Budi juga meremas payudara Nadya dan menghisap bibir Nadya, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Nadya berhasil ditembusnya. Nadya pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!” Mas Budi pun membelai kepala Nadya yang terbungkus jilbab, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”
Mas Budi pun nampak keasyikkan menikmati jepitan Nadya, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Nadya yang semakin mengeras. “Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!” Mas Budi pun menghisap bibir Nadya dengan lembut. Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Nadya mo pipiss lagiiihhh… Oohh Nadya sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairan Nadya.
Nadya pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan Nadya beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreinya. Seketika itu juga Mas Budi mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluan Nadya dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah dan mulut Nadya, sampai membasahi jilbab Nadya. Nadya pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.
Kemudian mereka pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama.
TAMAT
keperawanan adik kelasku
Matahari telah berada di atas kepalaku ketika aku pergi ke SMU tempatku bersekolah dulu. Ya, aku adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas di Jakarta. Sampai aku melihat seorang gadis cantik, sangat cantik, yang memakai seragam putih abu-abu. Namanya sebut saja Ruby, seorang campuran Indonesia-Amerika. Saat itu dia kelas dua. Ia juga seorang model remaja. Aku cukup bernafsu untuk manikmati tubuhnya yang putih mulus.
Empat bulan kemudian ia naik ke kelas tiga. Kebetulan ia memakai jilbab. Malang untuknya, memiliki senior sepertiku, yang sangat bernafsu terhadap gadis-gadis seksi berjilbab. Tubuhnya yang langsing, dengan kulit putih, membuatku bernafsu.
Aku mencari cara agar dapat menikmati tubuhnya. Akhirnya kutemukan cara. Dengan menyusup ke toilet putri dan membius Ruby. Agar sulit ditemukan, aku memilih toilet dekat perpustakaan, yang jarang dipakai. Kutunggu hari yang cocok.
Akhirnya hari itu pun tiba, saat kebetulan aku datang ke tempat itu setelah jam sekolah bubar. Kutemukan Ruby sendirian sedang merangkum pelajaran sejarah di perpustakaan. Kusapa dia, yang hanya dibalas dengan senyuman. Kutanya “merangkum apa?” yang dijawabnya “sejarah”. “Tentang apa?” tanyaku lagi. “Prusia (Jerman sebelum Jerman yang sekarang)” jawabnya agak dingin. ‘Tak apa, toh sebentar lagi tiba saatnya kesempatan membalas dendam’ pikirku. Kutunggu Ruby masuk toilet, kususul dia, lalu kubius ia dengan sapu tangan berklorofoam yang telah kusiapkan sejak awal. Ruby yang terkejut memberontak dan berusaha melepaskan diri, tapi klorofoam itu terhirup dengan cepat. Tak lama kemudian gadis cantik yang selama ini memenuhi bahan pikiranku ini terbaring pingsan. Kuikat tangan dan kakinya dengan tali yang telah kusiapkan dan kusumpal mulutnya dengan sapu tangan lain yang tidak berklorofoam.
Kusingkap rok panjang abu-abunya, kulucuti celana dalamnya, dan kumasukkan ke dalam saku celanaku. Lalu kufoto dia dengan HP berkamera milikku. Satu jam kemudian Ruby terbangun. Saat itu jam lima sore. Lalu dengan panik dia melihat ke sekelilingnya. “Kak, kok saya ada di sini?” tanyanya dari sorot matanya. Melihat aku yang hanya senyum-senyum saja Ruby semakin panik. Kuacungkan pisau yang telah kusiapkan dan itu membuat Ruby diam ketakutan. Kubuka saputangan yang menyumpal mulutnya. Terdengar dari luar suara hujan deras membuat Ruby pasrah akan nasibnya dan mulai menangis, mungkin ia tak pernah membayangkan bahwa aku, seniornya sendiri, yang dikenalnya, akan setega itu merenggut keperawanannya.
Sementara Ruby terus menangis sampai membasahi jilbabnya, kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke kemaluan perawannya yang akan kujebol itu, kurentangkan kedua kakinya lebar-lebar dan kutemukan vaginanya. Setelah itu, kurangsang kemaluannya agar basah. Terdengar desahan halus yang semakin lama semakin keras dari mulut siswi berjilbab ini.
Setelah merasa bahwa rangsanganku sudah cukup, kuarahkan batang kemaluanku yang telah menegang ke arah bibir kemaluannya dengan tangan kiriku dan kusodokkan sekuat-kuatnya. ”AAAAHHH” terdengar jeritan Ruby yang sangat memilukan. Tubuhnya menggelepar menahan rasa pedih diselangkangannya. Kutambah tenagaku untuk membobolnya. ”AIIIIIIIIIIHH” jeritnya ketika keperawanannya kujebol. Kupindahkan tangan kananku yang telah mengarahkan penisku ke kemaluannya ke ketiak kirinya sehingga kedua tanganku kini berada di antara ketiaknya. Kunikmati kenikmatan itu sejenak sambil kuciumi bibirnya yang indah.
Lalu kugenjot ia, mula-mula dengan perlahan, makin lama makin cepat. Jilbab Ruby yang berwarna putih itu terbanting-banting karena ia menggelengkan kepalanya menahan kenikmatan yang tidak diinginkannya itu. Ironisnya, bibirnya terbuka dan nafasnya terengah-engah karena tidak mampu menahan kenikmatan itu. ”Ouh… Ahh… Ahh… Kakh…. pelanh-… pelanh…, dong…” desahnya pelan. ”Ohh…. Ruu… byy… Kamu nikh… math… bangeeeth…” sahutku. Kulumat bibirnya dengan perlahan, lalu kuselipkan lidahku ke mulutnya dan iapun, karena hanyut oleh nafsunya, membalas dengan mendorong lidahku dengan lidahnya. Jilbab putih seragamnya pun basah karena keringat yang bercucuran dari wajah dan kepalanya. Sepuluh menit kemudian tubuh putih siswi berjilbab ini mulai menegang. Kupercepat genjotanku dan, ”Kakh… Rubyy… mauhh…. keluaarrr” kudengar suara adik kelasku yang cantik ini.
”Ohh…, kakh… Ru… bhyy… keluarrh…” terdengar suara adik kelasku itu terengah-engah saat kurasakan kemaluannya mengucurkan cairan yang meluber membasahi rok abu-abu panjangnya. Kucabut penisku yang masih menegang di dalam vaginanya. Terlihat lubang vaginanya mengeluarkan darah perawan dan cairan vagina yang membasahi rok abu-abu panjangnya. Kubersihkan daerah kemaluannya dengan sapu tangan yang tadi kugunakan untuk membiusnya sampai bersih dan kulepas tali di kakinya. ”Kak, saya mau pulang. Boleh, kan?” tanyanya takut-takut. ”Tunggu dulu, Ruby” jawabku tenang, ”Kakak mau ’main’ lagi sama kamu”. Kucekal ia dan kusuruh agar membelakangiku. Kulihat HP-nya yang terus berdering sejak jam lima sore. Wah sudah tiga panggilan tak terjawab, pikirku. Kuperlihatkan foto seksinya yang tadi kuambil dengan HP-ku sebelum ia bangun. ”Satu kali lagi saja, Ruby. Kalau tidak, fotomu akan kusebar ke internet” ancamku tenang.
Ruby melihat foto itu.
Wajahnya seperti campuran antara terkejut, malu, kecewa, marah, dan pasrah. Cita-citanya sebagai foto model profesional akan hancur bila foto seksinya itu menjadi skandal masyarakat. ”Iya, deh Kak” jawabnya akhirnya. Kulepas ikatan di tangannya, kuikat kembali ke depan, dan kusuruh ia menghadap cermin di depan washtafel. Karena washtafelnya disangga oleh tembok, aku tidak khawatir bahwa washtafelnya akan ambruk ketika Ruby bertopang pada washtafel itu. Kunaikkan rok panjangnya ke atas, kuusap kemaluan dan klitorisnya pelan-pelan, dan kuremas lembut payudaranya yang masih tertutup seragam lengan panjangnya itu selama lima menit. Ketika kemaluannya mulai banjir kembali, kuarahkan penisku melewati selangkangannya dan kudorong penisku ke lubang senggamanya. Kugenjot dengan perlahan selama beberapa saat dan kuremas-remas lembut payudaranya berukuran 32A yang masih tertutup seragam lengan panjangnya itu. Ketika kurasakan bahwa lubang kemaluannya semakin basah, kupercepat genjotanku dan kuperkeras remasanku.
Tak terasa sudah tiga setengah jam saat aku membiusnya, satu jam sejak aku mulai memperkosanya dan lima menit sejak kugenjot ia dalam posisi ini. ”Ooouh…, Kakhh… Sayaaa… sebenarhhh… nya…. malu…., Kakhh… diginhinnnh… di depan cerminhhh…” akunya terengah-engah. Sambil menggenjot siswi kelas tiga SMU ini, kubuka tiga kancing terbawah dari kemejanya, kuambil HP berkamera yang kusimpan di lantai di dekat kakiku, dan kuabadikan bayangannya pada cermin itu dengan HP-ku, lalu kuremas-remas lagi payudara 32A itu. Ruby nyaris kepayahan karena kugenjot ia dalam posisi berdiri, sedangkan paginya pada hari itu ia ada pelajaran olahraga. Lima menit kemudian dorongan berejakulasi yang sudah kutahan selama satu jam tak dapat kutahan lagi. Ruby yang menyadari hal itu pun panik karena hari itu secara kebetulan juga ia sedang dalam masa paling subur dari masa subur. ”Jang…nganh…, Kaak. Jang… ngan di dalleemh…” ujarnya lemah.
Terlambat. Spermaku pun membanjiri rahimnya. Ruby yang sadar apa yang sedang terjadi pun hanya bisa termangu. Air matanya pun kembali bercucuran membasahi pipinya yang putih mulus. Kulepas penisku dari vaginanya, kubuka ikatan di pergelangan tangannya. Ia ambruk karena kehabisan tenaga, dan meringkuk di pojok toilet wanita. Kuambil HP-nya dan kukirim nomornya ke HP-ku. Kukembalikan HP-nya, aku keluar dari toilet terkutuk itu, turun dengan lift dan keluar dari sekolah itu. Aku ditanya satpam yang di pintu masuk, kujawab, ”Iya, keasyikan baca buku”.
Ini kisahku yang lain dengan adik kelasku yang lain. Sebut saja namanya Putri. Saat itu ia kelas tiga. Pertama kali aku bertemu dengannya aku tak terlalu tertarik padanya. Bukan karena ia tidak menarik, tapi karena aku sudah pernah merasakan persetubuhan dengan gadis lain yang jauh lebih cantik (lihat KEPERAWANAN ADIK KELASKU (I)). Memang aku ini obsesif terhadap jilbaber, mungkin karena aku selalu melihat gadis SMU berjilbab selama aku SMU dulu.
Sebenarnya aku cukup menghormati Putri, kalau saja ia tidak bohong soal fotonya yang akan diberikannya padaku. Well, aku pun tidak bilang bahwa aku meminta foto seksinya. Tapi itu sudah cukup membuatku sakit hati mengingat aku bukanlah seorang pemaaf.
Akhirnya tibalah kesempatan bagiku, yang berarti itu adalah hari yang paling naas baginya. Hari itu aku mengajaknya minum jus di depan almamaterku. Tanpa sepengetahuannya, kucampur jus bagiannya dengan obat perangsang dan kuberikan jusnya padanya. Hari itu benar-benar panas sehingga tanpa mencicipinyapun dia langsung meminum jusnya dengan lahap. Tak lama kemudian akupun melihatnya kegerahan akibat obat perangsang yang kucampurkan pada jusnya. Melihat keadaan itu akupun mengajaknya masuk ke mobilku (yang kukatakan padanya bahwa itu mobilnya). Putri yang masih belum sadar tidak begitu menyadari bahwa aku menyuruh sopirku membawa kami ke hotel terdekat, begitupun saat aku mem-booking kamar untuk kami berdua. Kukatakan padanya, “Kita cuma istirahat sebentar”.
Ia baru agak menyadarinya ketika sudah berada di kamar dan pintunya kukunci. Ia mencoba untuk kabur, tapi terlambat. Pintunya sudah kukunci. “Jangan banyak lagak. Di sini Kakak udah siapain intel-intel bapaknya Kakak!” ancamku dingin (tapi bohong). Putri menyadari bahwa dirinya sepenuhnya ada dalam cengkeramanku. Ia mulai terduduk di lantai kamar hotel, dan menangis, sambil bertanya, “Apa salah aku , Ka’?”. Aku tak menjawab, hanya mengacungkan fotonya yang ia berikan padaku. “Apa yang kurang, Ka’?” tanyanya sambil terisak-isak. “Kamu tau sendiri Kaka’ lebih suka foto seksi” kataku dingin. “Kalau itu yang Kakak minta, saya bisa ngasih sekarang… Tapi saya mohon lepasin saya” mohonnya. “Heh, sekarang terlambat” jawabku dingin, sambil menghampirinya untuk meraih pinggangnya. “AAAHH, jangan, Ka’” mohonnya, yang tak kupedulikan. Aku ingin tahu, bisa apa dia dengan obat perangsang yang kucampurkan dalam minumannya tadi di sekolah. Kudorong ia hingga ia menabrak ranjang. Kubalikkan tubuhnya yang masih berseragam lengkap termasuk jilbab putihnya dan kutindih dia.
Kuraih kepalanya dengan kedua tanganku dan kuciumi serta kulumat bibir tebalnya yang sensual. “Mmmmmmhhhhh… mmmmmmhhh…” suaranya tertelan lumatanku. Tanganku mulai beraksi dengan meraih dan meremas-remas payudaranya. Kubuka kancing-kancing baju batik seragamnya dan, “Wooow, indah sekali” pikirku melihat sepasang payudara dengan kulit putih ukuran 32A-nya dengan BH warna putih terpampang di hadapanku. Tanganku tak tinggal diam dan mulai meremas-remas payudaranya yang kini terlihat dengan indahnya. Putri hanya bisa mendesah-desah sambil terus menangis. Air matanya membasahi pipinya yang berjerawat remaja. Kutarik celana dalamnya dan kuraba-raba kemaluannya. “Ssssssssssshhhtttt…” desisnya ketika lobang kemaluannya itu kutusuk-tusuk dengan jariku, kemudian kucari klitorisnya.
Kugesek-gesek klitorisnya dan kuhisap puting susunya. Hal itu menimbulkan rangsangan yang tidak bisa disangkal lagi olehnya. Kurasakan jariku mulai basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Kucabut jariku dari vaginanya dan kutarik dia agar berdiri, lalu kutarik tangannya hingga ia berdiri; kusuruh dia menghadap meja rias dan membungkuk di depan meja bercermin itu. Kunaikkan rok putihnya sampai sebatas pinggang. Putri sudah tidak menangis lagi. Air matanya sudah kering, atau ia memutuskan untuk pasrah saja, aku tidak tahu.
Kukeluarkan penisku dan kugesek-gesekkan penisku ke bibir kemaluannya. Badan Putri bergetar karena hal ini. Kumasukkan penisku dari belakang ke liang senggamanya secara perlahan karena rapatnya kemaluan adik kelasku ini sehingga kurasakan penisku semakin diurut oleh dinding kemaluan gadis ini. Setelah kepala penisku masuk, tanpa ampun lagi kupaksakan seluruh penisku masuk ke dalam liang senggamanya sampai mentok “AAAAAAGH” jerit Putri kesakitan sembari mendongakkan kepalanya yang masih mengenakan jilbab putih ketika keperawanannya kujebol dengan mudah. Kubiarkan diriku menikmati denyutan dan isapan dinding kemaluan gadis ini terhadap penisku. “Ohhhh…” desahnya lemah sambil menundukkan kepalanya saat kudiamkan saja ia selama beberapa puluh detik itu. Kutahu bahwa penisku ini rasanya sangat menyesakkan baginya.
Melihat keadaan itu akupun mengejeknya. “Tri, waktu itu kamu jual mahal, ‘kan ke Kakak? Enak yach, sekarang” ejekku. Kulihat di cermin di hadapan kami, wajahnya yang berjilbab dan masih menarik itu terlihat memerah karena kesal dan mungkin karena malu melihat wajahnya di cermin, ia kembali menundukkan wajahnya itu. Aku tak membarkan diriku diam berlama-lama. Kugenjot tubuh adik kelasku ini dari belakang dan desahannya mulai terdengar kembali. Kulihat di cermin bahwa mukanya yang masih mengenakan jilbab itu semakin memerah dan matanya kembali mengucurkan air mata, mungkin karena malu melihat dirinya diperkosa dalam seragam lengkap plus jilbab.
“Ahhh… ahhh… ohhh… ohhh… ihhh… ohhh…ouhhh…” desahnya ketika kugenjot ia dengan sepenuh tenaga. “Ohhh… ahhh… Triii… ennak, yahhh… ouhhh”, ejekku sambil membalas desahannya. “Brengseekh…, ouhhhh… Kakakhhh… ouhhhh… brengseeekhh…” umpatnya ketika mendengar ejekanku. Kuanggap itu sebagai simfoni indah yang mengagumkanku. Plakkk.. plakkk… plakkk… bunyi benturan antara pantatnya yang sekal dengan pangkal penisku saat lubang kemaluannya kusodok sekuat tenagaku semakin menambah indahnya suara simfoni persetubuhan terlarang ini..
Sesekali kuremas pantatnya yang sekal dan payudaranya yang montok itu. “Ouhhh… ohhh… ohhh…” semakin lama desahannya semakin cepat dan keras dan tak lama kemudian kurasakan bahwa Putri akan mencapai orgasmenya mengingat denyutan liang nikmatnya semakin cepat dan keras.
“AAAAH, KAKAAK” teriak Putri sambil mendongakkan kepalanya saat ia mencapai orgasmenya yang pertama.
Dari liang senggamanya kurasakan keluar cairan nikmat yang-ketika nantinya kulihat-berwarna kemerahan karena tercampur dengan darah keperawanannya. Kucabut penisku dari liang senggamanya dan iapun ambruk membentur pinggiran meja riasnya. Kulingkarkan tanganku ke pinggangnya yang langsing dan kubawa ia ke ranjang, setelah itu kuposisiskan ia agar menungging. Ia hanya bisa pasrah; mungkin karena gabungan dari efek obat perangsang yang tadi kucampurkan pada minumannya dan efek dari kelelahan akibat genjotanku yang ganas pada liang senggamanya.
Kulepas jilbabnya dan kulihat rambut sebahunya yang indah; kemudian kuposisikan diriku di belakangnya. Kembali kuarahkan penisku pada bibir vaginanya dan kuarahkan kepala penisku untuk memasuki liang nikmatnya. “AARGHHH…” erang Putri keras ketika kupaksakan penisku menerobos vaginanya sampai membentur rahimnya. Kudiamkan penisku ini sejenak dalam liang kemaluannya, kemudian kembali kugenjot gadis ini dengan ganas. “Ohhh… ohhh… ahhh…ahhh… euhhh… euhhh…”erangnya keras karena kusodok liang nikmatnya dengan ganas.
Tiba-tiba terdengar bunyi dering telepon dari saku Putri. Kuhentikan sejenak genjotanku, kuambil HP dari sakunya sekalian meraba klitorisnya, kulihat layarnya. Ternyata dari temannya. Kuberikan padanya untuk mengangkat teleponnya sambil berkata, “Angkat, Tri. Kamu tahu, ‘kan apa yang harus kamu omongin?”. Putri mengangkatnya. Terdengar dari sana secara samar-samar, “Tri, kamu lagi di mana?”. “Di rumah sodara gue. Emang kenapa?” jawabnya asal. “Yeee, kamu ‘kan udah janji mau pergi ke PS (Plasa Senayan)?” tanya temannya. Karena usil, kusodok dari belakang dan kuremas payudaranya, sehingga, “Ahhh” dia mendesah perlahan. Hal ini memancing kecurigaan dari temannya, yang bertanya lagi, “Tapi kok suara kamu aneh?” tanya temannya. “Enggak kok. Gue lagi… Ohhh” elaknya ketika vaginanya kusodok lagi dan kembali kuremas payudaranya, sehingga ia mendesah. Mendengar itu sepertinya temannya jadi curiga dan bertanya, “Kamu lagi ngapain”. “Gue nggak lagi ngapa-ngapain, kok.
Udah dulu, ya. Gue mau tidur, nih” elaknya sambil mematikan telepon. “Ahhhhh…” desahnya melepaskan tekanan seksual akibat menahan desahannya. Kuejek lagi, “Tri, enak yach ngentot sambil nelpon?”. Putri menoleh ke arahku, menatapku dengan kesal dan berseru, “Yang tadi itu, kalo misalnya dia curiga, Kakak tamat! Ayo lanjutin biar cepat selesainya!”. Aku hanya terpana saja mendengar kata-katanya yang terakhir. Kembali kulanjutkan genjotanku pada gadis belia ini. “Mana genjotan yang tadi, Kak?” tanyanya sinis. Ternyata perkosaan yang kulakukan untuk mempermalukannya ini telah membangkitkan nafsunya. Mendengar kata-katanya, langsung saja kugenjot gadis ini dengan ganas. “ AAARGHHH… AAARGHHH… AAARGHHH…” desahan lirihnya kini telah menjadi sebuah erangan keras-atau lebih tepatnya, teriakan. Suara kami telah menjadi iringan simfoni yang sangat indah menurutku-dan juga menurutnya setelah selesai nanti.
Seiring dengan genjotanku yang ganas, Putri pun mencapai orgasmenya yang kedua. “OHHH….” teriaknya. Saat itu juga, kutancapkan penisku dalam-dalam sampai menyentuh rahimnya dan karena kemaluannya meremas penisku dengan kencang akibat orgasmenya, aku pun mencapai ejakulasiku. “Ahhh…” seruku sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Kubiarkan penisku dalam vaginanya dan setelah Putri ambruk ke ranjang, akupun menindih tubuhnya dari belakang. Jam enam, pikirku melihat jam meja di meja samping ranjang. “Tri” bisikku sambil mendekatkan bibirku ke telinganya, “Maafin Kakak, ya. Kakak panik waktu denger kamu mau kuliah di Australi. Kakak bener-bener minta maaf”. “Terus Kakak mau gimana?” tanyanya, terdengar kesal. “Kakak pamit dulu…” mohonku.
“Eh, tunggu dulu, Ka’” serunya, “Besok, ‘kan hari libur… Masa’ habis kayak gini Kaka’ mo ninggalin aku gitu aja?” tanyanya. Mendengar ucapannya aku heran. “Jadi kamu maunya apa?” tanyaku kesal karena malah terkunci dengannya. “Bo-Nyok (Bokap-Nyokap) aku lagi keluar kota. Pulang Minggu malam. Jadi…” kata-katanya terputus. “Maksudnya, kamu minta aku nemenin kamu di hotel ini?” tanyaku. “Semalem aja” jawabnya mantap, hingga akupun jadi bingung. “Iya, deh…” jawabku.
Setelah itu ia menawariku membuat foto seksinya. Kuatur dia seolah aku adalah fotografer profesional. Foto pertama, jilbabnya kugelung dan kubuka dua kancing atas kemejanya. Foto kedua, jilbabnya tetap digelung dan kubuka dua kancing atas lagi. Foto ketiga, jilbabnya dilepas dengan kancing atas tetap empat buah terbuka. Foto keempat, jilbabnya normal kancing atas terkancing dan kancing bawah sampai atas pusar terbuka dan disampirkan sehingga pusarnya terlihat. Foto kelima, kulepas kancing roknya tapi tidak jatuh lalu kuminta membungkuk dan menoleh padaku. Foto keenam, roknya jatuh tapi yang lainnya tidak. Ia melakukan semuanya dengan baik. “Aku mo mandi. Mo ngerekam, nggak?” tanyanya. “Boleh, nih?” tanyaku. Kulihat ia tersenyum dan berkata, “Ayo”. Kuikuti dia ke kamar mandi dan kurekam semuanya, setelah itu aku bergabung untuk mandi dengannya.
“Kamu gak marah di…?” tanyaku setelah ia selesai mandi, namun masih tetap telanjang. “Diperkosa Kakak? Nggak. Kesel sih iya. Sakit tau. Ampe lecet, deh kayaknya…” jawabnya agak ketus. Aku diam saja. “Kamu gak nyesel perawan kamu Kakak ambil?” tanyaku. “Telat tau Kakak bilang gitu” jawabnya sebal. “Ayo, Kak. Sekalian aja Kakak ngehamilin aku” tantangnya. Mendengar itu aku mulai merangsangnya lagi. Kuraih kepalanya dan kuciumi bibirnya. Kucupangi lehernya, lalu kuturunkan kepalaku ke arah payudaranya dan kujilat serta kuhisap putingnya.
“Kakak senang ya nyusu ke aku?” tanyanya. “Yup!” jawabku senang. Ia tidak bisa menjawab lagi karena mulutnya sibuk mendesah-desah sementara tangannya meremas-remas kepalaku. Tangan kananku meraih payudara kirinya dan meremas-remasnya dengan gemas. Kubaringkan ia ke ranjang dan kubuka belahan pahanya sehingga posisinya mengangkang, lalu kuposisikan diriku sehingga tepat di tengah-tengah pahanya.
Tangan kiriku berpindah ke payudara kanannya sementara mulutku asyik mencupangi belahan dadanya, sedangkan tangan kananku mulai beraksi di selangkangannya. “Ahhh… ahhh…” desahnya pelan. Merasakan aksiku mulai merangsangnya, kembali kulumat bibirnya yang tebal itu, kuposisikan kedua lenganku dengan bertumpu di depan sehingga berada di antara ketiaknya dan kuminta ia meraih penisku untuk menempelkannya di bibir kemaluannya.
Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan dan, “Oooohhhhssssstttt…” desisnya ketika penisku kembali memasuki liang senggamanya. Kuturunkan tubuhku secara perlahan hingga penisku terbenam penuh dalam denyutan dinding vaginanya. Setelah penisku tenggelam dalam vaginanya, kurangkul kepalanya dan kunaik-turunkan pinggulku. “Ohhh… teruusss… teruussss….” desahnya lembut. Kembali kulumat bibirnya dan iapun membalasnya dengan memainkan lidahnya di mulutku. “Mmmmhhh…” ciuman nafsu kami berdua terjadi dengan panasnya.
Malam pun semakin larut dan kami masih saling mengeluarkan nafsu kami. Tak lama kemudian kurasakan gadis ini semakin kelelahan akibat kugenjot dalam tiga ronde. Merasakan hal itu kudekatkan bibirku ke telinganya dan kukatakan, “Tri, kamu gak cape’?”. “Mang napa?” tanyanya. “Gak, habis kamu kaya’nya udah cape’” jawabku, “Habis yang ini udahan, yach”. “Iya, deh” sahutnya. Kembali kugenjot tubuhnya yang putih itu. Setelah kugenjot selama beberapa menit kemudian, kelihatannya Putri akan mencapai orgasmenya. Kupercepat genjotanku dan, “Oooough… hhhhhssst…” serunya saat mencapai orgasmenya. Karena kurasakan penisku semakin diremas dinding kemaluannya, akupun tak dapat bertahan lebih lama lagi. “Arrrrgh…” erangku nikmat sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.
Seluruh cairan sperma yang kusemprotkan pun tertampung dalam rahimnya sehingga kini kemungkinannya untuk kuhamili semakin besar saja. Kubiarkan penisku tertancap dalam kemaluannya agar menyusut sendiri. Dan setelah menyusut, kubiarkan penisku agar keluar sendiri. “Tri” panggilku sambil menaruh dahiku di antara payudaranya. “Mmmm…?” tanyanya. “Tidur dulu, ya…” pintaku. Putri langsung membalikkan tubuhnya dan sebelum tidur dengan nyenyak, menelepon teman-teman dan rumahnya untuk membuat alasan agar mereka tidak curiga. Akupun kembali mandi dan mengenakan bajuku. Wah sudah jam sembilan, pikirku. Dan tidur di sampingnya.
Perselingkuhan Ibu Mertua & Menantu Kesayangan
Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisah seks hotku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi. Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Rendra, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.
Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.
Sampai di pelabuhan Rendra segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal. Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Rendra melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3×3 meter. Ini kuketahui setelah Rendra membuka pintu kamar dan kami memasukinya.
Ini kamar kita, bu, kata Rendra sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil ******** Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut.
Maaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini, ujar Rendra merasakan kegalauanku.
Ah, tak apa-apa Dra, daripada harus tidur di dek kapal, sahutku.
Sebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali.
Benar kata Rendra, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja.
Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Rendra masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.
Itu pertanda kita harus antri makan malam, bu, jelas Rendra. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.
Rendra mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali ha ri itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.
Silahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor, kata Rendra sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku, Aku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Rendra selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.
Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Rendra mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Rendra tertidur.
Bagaimana ini Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Rendra saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Rendra tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.
Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Rendra melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Rendra masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.
Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Rendra ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.
Rendra! Apa-apaan ini Aku ibu mertuamu, Dra! Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.
Ugh, maaf bu, kukira tadi aku tidur denga istriku Sudah hampir sebulan aku puasa, bu
Iya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong, kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.
Ak aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu Tidak sampai itu jawabnya polos.
Aku kuatir kamu lupa diri lalu memperkosaku belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.
Sumpah, bu Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas balasnya.
Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya Egh.. ugh kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.
Benar ya, Dra. Janji, tidak boleh copot celana dalam tantangku.
Iya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita
Hshhh hsshh perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Rendra yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. Ufh bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.
Bu, dasternya dilepas saja ya, mendadak Rendra berkata setelah kami lelah berciuman.
Ingat janjimu, Dra.. kataku.
Aku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. Oooh aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.
Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Rendra mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.
Dra, jangan
Aku hanya mengelus dari luar kok, bu
Nanti aku jadi terangsang, Dra
Nggak apa-apa kan, bu Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu
Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Rendra di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.
Ibu sudah basah ya Tanya Rendra nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Rendra tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.
Uh uh sambil memegang kedua pahaku Rendra memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir. Ooh Dra Dra Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Rendra menghisapinya kuat.
Tangan kananku dipegang Rendra dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 20 cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Rendra mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.
Ak aku mau keluar juga, bu erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Rendra menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.
Cape ya, bu tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.
Sudah dulu, Dra bisikku sambil menghentikan remasannya.
Berarti nanti lagi ya, bu Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seks
Ini jam berapa, Dra
Paling masih sekitar jam 12 malam, bu Masih dua hari lagi kita sampai Aku akan puasi ibu selama dua hari ini Kita tidak perlu keluar kamar
Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Rendra Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam Mungkin aku masih tahan, tapi Rendra Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Rendra. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.
Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka. Kuperhatikan Rendra yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Draa dalam pewayangan. Besa r, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yang. ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.
Mau kemana, bu Mendadak Rendra terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.
Mau mandi, Dra, jawabku.
anti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli. Aku tak berdaya ketika Rendra menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. Ufhh lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Rendra menggesek-gesekku dengan ketat.
Dra, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus bisikku.
Kalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu, jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.
Maksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cd egghh jangan keras-keras, Dra desahku. Rendra mengurangi tekanan di vaginaku.
Aku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lho hehehe guraunya sambi mencium bibirku.
Untuk variasi, coba deh ibu di atas tolong diisepin tetekku dong, bu pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. DiDrabingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.
Yang kuat, buerangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.
Dra, oh Dra.. aku mau keluar, desisku tak tahan. Namun Rendra mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.
Teruskan, Dra, pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.
Jangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Rendra sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Rendra lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.
Dra, tolong kau puasi aku dengan jarimu Aku nggak tahan lagi Kutusuk-tusukkan jari Rendra dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. Ugh egh kunikmati kocokan jari Rendra di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Rendra, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.
Seeer cret suuur aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Rendra menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Rendra menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!
Cukup, Dra.. pintaku.
Belum, bu, jawabnya sambil terus merangsang klitorisku, wanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu, katanya.
Tak menunggu lama, ucapan Rendra terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Rendra mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku
Nah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu
Aku benar-benar tak kuat, DraSudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan
Apa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi
Aku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil
Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Rendra.
Kamu juga harus ganti cd baru, Dra, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..
`Iya, iya, bu sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku
Tangan Rendra menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Rendra mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Rendra memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.
Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Rendra, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.
Aku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri, tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.
Uuffgghh kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Rendra keras-keras. Aa aku nggak kuat, Dra hsshh hsshhh.. enaaak banget nikmaaat tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Rendra membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! Suur cretcret aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Rendra melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.
Terbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri, bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku. Sekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.
Jajangan, Dra Jangan perkosa aku nanti hamil erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.
Tidak, bu tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan
Jang jangan, Dra eegghhh aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Rendra berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.
Jilat, bu isep pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya! Lagi-lagi Rendra membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubi disambut oleh mulut Rendra yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.
Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan tanyanya menggodaku.
Ta tapi jangan kau hamili aku, Dra
Memang ibu masih bisa hamil
Masih, Dra meski sudah 45 tahun aku masih mens
Ya, nanti kita atur sajalah, bu yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.
Tap tapi pelan-pelan saja ya Dra dan jangan dikeluarkan di dalam akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.
Thanks, bu, katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.
Dra, egh, Dra jangan masukkan Dra.. aku masih takut-takut. Tapi Rendra tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Rendra cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.
Dra, gila kamu! Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Rendra yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.
Dra Dra jangan keluarkan di dalam aku mengingatkan tapi Rendra malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.
Aku mau sampai tuntas, bu.. bisiknya di sela-sela deru nafasnya.
Aku bisa hamil, Dra!
Aku tak percaya.
Serius, Dra!
Sekarang kita nikmati saja, bu hamil urusan nanti. Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan.
Rendra mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan crooot crooot crooot cruuut cruut cret!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.
Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.
Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Rendra mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah. Tahun depan, aku berharap Rendra mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Rendra, rasanya aku jadi tak kuat puasa berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.
Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat Nadya sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat Nadya, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Budi menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Nadya semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Nadya pun biasa diantarnya pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi mereka. Mereka juga seringbercanda. Mas Budi pun sesekali menyentuh Nadya, dan walaupun Nadya seringkali menolak, tetap saja Nadya merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.
Sampai pada suatu hari dia mengajak Nadya nonton. Awalnya Nadya ragu2, namun kemudian Nadya pun menerima ajakan itu. Mereka pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Nadya tampak canti saat itu dengan jilbab biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu Nadya pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Budi tidak henti-hentinya melihat Nadya. Nadya pura-pura serius nonton, tapi Nadya sebenarnya juga melihatnya. Kemudian mas Budi mulai berani memegang tangannya, Nadya pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Budi berkata, “Mas sayang kamu.” Serr.., rasanya Nadya tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya, apalagi ketika mas Budi mulai berani menyandarkan kepalanya di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Nadya yang masih tertutup rok panjang. Nadya semakin tidak kuasa menepisnya.
Kemudian mas Budi pun memandang Nadya sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Nadya berusaha menolak. Namun karena serangan bibir mas Budi yang bertubi2 dan serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Nadya menyambutnya. Nadya yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Budi menyusup kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya. Lidah mereka saling bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas mereka ini. Baru sekali ini Nadya melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Nadya melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak malu saat kemudian ia membayangkan. Bagaimana bila tiba2 orang2 mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Budi. Dimana martabatnya sebagai seorang gadis yang alim dan berjilbab? Namun pikiran itu tidak bisa mengalahkan gejolak birahi Nadya, justru malah membuatnya semakin terangsang. Itulah sebabnya Nadya sangat menikmatinya.
Mas Nadya yang satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Nadya dan mulai mengelus-elus paha mulus Nadya yang kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu. Pasti paha kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok yang Nadya pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha Nadya. Namun karena malu Nadya pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.” Mas Budi tidak memperhatikan kata-kata Nadya, dan tangannya terus memaksa masuk.
Sekarang celana dalam Nadya bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Budi akan mendapatkan kemaluan Nadya yang sudah basah ini. Mas Budi berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya Yang… ya..!” Nadya pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang mas Budi mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitoris Nadya.
Nadya merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Budi mulai memainkan tangannya di lubang Nadya bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya. Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Nadya rasakan. Tidak sadar Nadya pun mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu, “Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang…jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”
Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Budi pun memandangi Nadya dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan Nadya. Sambil berjalan turun, Nadya pun membetulkan rok dan jilbabnya yang sudah diacak-acak oleh mas Budi tadi.
“Maafin kelakuan Mas yah tadi.” mas Budi pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Nadya takut.” jawab Nadya. Mas Budi langsung merangkul pinggul Nadya dan mencium pipinya, sungguh sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.
“Turun dulu Kak..!” kata Nadya saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas Budi pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersama Nadya.
SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU, SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG BERJILBAB. (PEN.)
Nadya pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibu dan bapak Nadya sering pergi ke rumah masnya yang paling tua, sehingga Nadya biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya.
Nadya langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.” “Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Nadya pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.
“Tunggu sebentar yah Kak.” kata Nadya, namun mas Budi langsung mengikuti Nadya ke dalam kamar dan menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau apa..?” tanya Nadya lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan Kak, Nadya takut..!” kata Nadya lagi tapi Mas Budi langsung memeluk Nadya dan menciumi Nadya dengan liarnya. Nadya yang juga sudah dari tadi terangsang menyambutnya dengan ciuman Nadya yang bernafsu.
“Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Budi pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Nadya yang wajahnya mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Budi yang menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Nadya melihat secara langsung. Selama ini Nadya hanya melihat sesekali saat ia membuka situs porno di internet. Biarpun alim, namun Nadya suka membuka situs2 porno di internet. Nadya tidak kuasa menolak ketika mas Budi melepaskan seluruh baju Nadya, sehingga Nadya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya, kecuali jilbab birunya yang memang sengaja tidak ditanggalkan oleh mas Budi. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih pake jilbab, sayang.” Bisik mas Budi lembut.
Di kamar Nadya sendiri, di atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang Nadya sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan keras yang mas Budi sodorkan ke mulut Nadya. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya Nadya mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu Nadya kecil. Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulut Nadya di batang kemaluannya. Terlihatlah pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai jilbab di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan suaminya.
Dalam posisi Nadya tidur dan mas Budi mengangkang di atasnya sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Nadya pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api birahi sudah menguasainya 100 persen. Mas Budi kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudara Nadya secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitoris Nadya dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Nadya pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.
Mas Budi pun menjilati tubuh Nadya, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Nadya pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Nadya mo pipiisshhh..!” Mas Budi seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitoris Nadya dimain-mainkan dengan lidahnya. Nadya hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhnya yang sensitif.
“Kakkk.., Kakkk.., Nadya pipiiishhh. Ahh.., aahh..!” Nadya pun mengeluarkan cairannya, namun mas Budi tidak berhenti menghisap vagina Nadya sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Nadya seakan tidak perduli lagi apa yang Nadya ucapkan. Mas Budi pun mencoba menusuk Nadya dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. mas Budi mau memuaskan Nadya dulu baru memikirkan nasib ‘adek’-nya.
Nadya pun segera melebarkan kakinya untuknya, pasrah memberikan diri Nadya untuknya. Mas Budi pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vagina Nadya, namun agak sulit karena memang Nadya masih perawan. Nadya pun merasa sakit, namun karena mas Budi juga meremas payudara Nadya dan menghisap bibir Nadya, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Nadya berhasil ditembusnya. Nadya pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!” Mas Budi pun membelai kepala Nadya yang terbungkus jilbab, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”
Mas Budi pun nampak keasyikkan menikmati jepitan Nadya, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Nadya yang semakin mengeras. “Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!” Mas Budi pun menghisap bibir Nadya dengan lembut. Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Nadya mo pipiss lagiiihhh… Oohh Nadya sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairan Nadya.
Nadya pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan Nadya beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreinya. Seketika itu juga Mas Budi mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluan Nadya dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah dan mulut Nadya, sampai membasahi jilbab Nadya. Nadya pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.
Kemudian mereka pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama.
TAMAT
keperawanan adik kelasku
Matahari telah berada di atas kepalaku ketika aku pergi ke SMU tempatku bersekolah dulu. Ya, aku adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas di Jakarta. Sampai aku melihat seorang gadis cantik, sangat cantik, yang memakai seragam putih abu-abu. Namanya sebut saja Ruby, seorang campuran Indonesia-Amerika. Saat itu dia kelas dua. Ia juga seorang model remaja. Aku cukup bernafsu untuk manikmati tubuhnya yang putih mulus.
Empat bulan kemudian ia naik ke kelas tiga. Kebetulan ia memakai jilbab. Malang untuknya, memiliki senior sepertiku, yang sangat bernafsu terhadap gadis-gadis seksi berjilbab. Tubuhnya yang langsing, dengan kulit putih, membuatku bernafsu.
Aku mencari cara agar dapat menikmati tubuhnya. Akhirnya kutemukan cara. Dengan menyusup ke toilet putri dan membius Ruby. Agar sulit ditemukan, aku memilih toilet dekat perpustakaan, yang jarang dipakai. Kutunggu hari yang cocok.
Akhirnya hari itu pun tiba, saat kebetulan aku datang ke tempat itu setelah jam sekolah bubar. Kutemukan Ruby sendirian sedang merangkum pelajaran sejarah di perpustakaan. Kusapa dia, yang hanya dibalas dengan senyuman. Kutanya “merangkum apa?” yang dijawabnya “sejarah”. “Tentang apa?” tanyaku lagi. “Prusia (Jerman sebelum Jerman yang sekarang)” jawabnya agak dingin. ‘Tak apa, toh sebentar lagi tiba saatnya kesempatan membalas dendam’ pikirku. Kutunggu Ruby masuk toilet, kususul dia, lalu kubius ia dengan sapu tangan berklorofoam yang telah kusiapkan sejak awal. Ruby yang terkejut memberontak dan berusaha melepaskan diri, tapi klorofoam itu terhirup dengan cepat. Tak lama kemudian gadis cantik yang selama ini memenuhi bahan pikiranku ini terbaring pingsan. Kuikat tangan dan kakinya dengan tali yang telah kusiapkan dan kusumpal mulutnya dengan sapu tangan lain yang tidak berklorofoam.
Kusingkap rok panjang abu-abunya, kulucuti celana dalamnya, dan kumasukkan ke dalam saku celanaku. Lalu kufoto dia dengan HP berkamera milikku. Satu jam kemudian Ruby terbangun. Saat itu jam lima sore. Lalu dengan panik dia melihat ke sekelilingnya. “Kak, kok saya ada di sini?” tanyanya dari sorot matanya. Melihat aku yang hanya senyum-senyum saja Ruby semakin panik. Kuacungkan pisau yang telah kusiapkan dan itu membuat Ruby diam ketakutan. Kubuka saputangan yang menyumpal mulutnya. Terdengar dari luar suara hujan deras membuat Ruby pasrah akan nasibnya dan mulai menangis, mungkin ia tak pernah membayangkan bahwa aku, seniornya sendiri, yang dikenalnya, akan setega itu merenggut keperawanannya.
Sementara Ruby terus menangis sampai membasahi jilbabnya, kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke kemaluan perawannya yang akan kujebol itu, kurentangkan kedua kakinya lebar-lebar dan kutemukan vaginanya. Setelah itu, kurangsang kemaluannya agar basah. Terdengar desahan halus yang semakin lama semakin keras dari mulut siswi berjilbab ini.
Setelah merasa bahwa rangsanganku sudah cukup, kuarahkan batang kemaluanku yang telah menegang ke arah bibir kemaluannya dengan tangan kiriku dan kusodokkan sekuat-kuatnya. ”AAAAHHH” terdengar jeritan Ruby yang sangat memilukan. Tubuhnya menggelepar menahan rasa pedih diselangkangannya. Kutambah tenagaku untuk membobolnya. ”AIIIIIIIIIIHH” jeritnya ketika keperawanannya kujebol. Kupindahkan tangan kananku yang telah mengarahkan penisku ke kemaluannya ke ketiak kirinya sehingga kedua tanganku kini berada di antara ketiaknya. Kunikmati kenikmatan itu sejenak sambil kuciumi bibirnya yang indah.
Lalu kugenjot ia, mula-mula dengan perlahan, makin lama makin cepat. Jilbab Ruby yang berwarna putih itu terbanting-banting karena ia menggelengkan kepalanya menahan kenikmatan yang tidak diinginkannya itu. Ironisnya, bibirnya terbuka dan nafasnya terengah-engah karena tidak mampu menahan kenikmatan itu. ”Ouh… Ahh… Ahh… Kakh…. pelanh-… pelanh…, dong…” desahnya pelan. ”Ohh…. Ruu… byy… Kamu nikh… math… bangeeeth…” sahutku. Kulumat bibirnya dengan perlahan, lalu kuselipkan lidahku ke mulutnya dan iapun, karena hanyut oleh nafsunya, membalas dengan mendorong lidahku dengan lidahnya. Jilbab putih seragamnya pun basah karena keringat yang bercucuran dari wajah dan kepalanya. Sepuluh menit kemudian tubuh putih siswi berjilbab ini mulai menegang. Kupercepat genjotanku dan, ”Kakh… Rubyy… mauhh…. keluaarrr” kudengar suara adik kelasku yang cantik ini.
”Ohh…, kakh… Ru… bhyy… keluarrh…” terdengar suara adik kelasku itu terengah-engah saat kurasakan kemaluannya mengucurkan cairan yang meluber membasahi rok abu-abu panjangnya. Kucabut penisku yang masih menegang di dalam vaginanya. Terlihat lubang vaginanya mengeluarkan darah perawan dan cairan vagina yang membasahi rok abu-abu panjangnya. Kubersihkan daerah kemaluannya dengan sapu tangan yang tadi kugunakan untuk membiusnya sampai bersih dan kulepas tali di kakinya. ”Kak, saya mau pulang. Boleh, kan?” tanyanya takut-takut. ”Tunggu dulu, Ruby” jawabku tenang, ”Kakak mau ’main’ lagi sama kamu”. Kucekal ia dan kusuruh agar membelakangiku. Kulihat HP-nya yang terus berdering sejak jam lima sore. Wah sudah tiga panggilan tak terjawab, pikirku. Kuperlihatkan foto seksinya yang tadi kuambil dengan HP-ku sebelum ia bangun. ”Satu kali lagi saja, Ruby. Kalau tidak, fotomu akan kusebar ke internet” ancamku tenang.
Ruby melihat foto itu.
Wajahnya seperti campuran antara terkejut, malu, kecewa, marah, dan pasrah. Cita-citanya sebagai foto model profesional akan hancur bila foto seksinya itu menjadi skandal masyarakat. ”Iya, deh Kak” jawabnya akhirnya. Kulepas ikatan di tangannya, kuikat kembali ke depan, dan kusuruh ia menghadap cermin di depan washtafel. Karena washtafelnya disangga oleh tembok, aku tidak khawatir bahwa washtafelnya akan ambruk ketika Ruby bertopang pada washtafel itu. Kunaikkan rok panjangnya ke atas, kuusap kemaluan dan klitorisnya pelan-pelan, dan kuremas lembut payudaranya yang masih tertutup seragam lengan panjangnya itu selama lima menit. Ketika kemaluannya mulai banjir kembali, kuarahkan penisku melewati selangkangannya dan kudorong penisku ke lubang senggamanya. Kugenjot dengan perlahan selama beberapa saat dan kuremas-remas lembut payudaranya berukuran 32A yang masih tertutup seragam lengan panjangnya itu. Ketika kurasakan bahwa lubang kemaluannya semakin basah, kupercepat genjotanku dan kuperkeras remasanku.
Tak terasa sudah tiga setengah jam saat aku membiusnya, satu jam sejak aku mulai memperkosanya dan lima menit sejak kugenjot ia dalam posisi ini. ”Ooouh…, Kakhh… Sayaaa… sebenarhhh… nya…. malu…., Kakhh… diginhinnnh… di depan cerminhhh…” akunya terengah-engah. Sambil menggenjot siswi kelas tiga SMU ini, kubuka tiga kancing terbawah dari kemejanya, kuambil HP berkamera yang kusimpan di lantai di dekat kakiku, dan kuabadikan bayangannya pada cermin itu dengan HP-ku, lalu kuremas-remas lagi payudara 32A itu. Ruby nyaris kepayahan karena kugenjot ia dalam posisi berdiri, sedangkan paginya pada hari itu ia ada pelajaran olahraga. Lima menit kemudian dorongan berejakulasi yang sudah kutahan selama satu jam tak dapat kutahan lagi. Ruby yang menyadari hal itu pun panik karena hari itu secara kebetulan juga ia sedang dalam masa paling subur dari masa subur. ”Jang…nganh…, Kaak. Jang… ngan di dalleemh…” ujarnya lemah.
Terlambat. Spermaku pun membanjiri rahimnya. Ruby yang sadar apa yang sedang terjadi pun hanya bisa termangu. Air matanya pun kembali bercucuran membasahi pipinya yang putih mulus. Kulepas penisku dari vaginanya, kubuka ikatan di pergelangan tangannya. Ia ambruk karena kehabisan tenaga, dan meringkuk di pojok toilet wanita. Kuambil HP-nya dan kukirim nomornya ke HP-ku. Kukembalikan HP-nya, aku keluar dari toilet terkutuk itu, turun dengan lift dan keluar dari sekolah itu. Aku ditanya satpam yang di pintu masuk, kujawab, ”Iya, keasyikan baca buku”.
Ini kisahku yang lain dengan adik kelasku yang lain. Sebut saja namanya Putri. Saat itu ia kelas tiga. Pertama kali aku bertemu dengannya aku tak terlalu tertarik padanya. Bukan karena ia tidak menarik, tapi karena aku sudah pernah merasakan persetubuhan dengan gadis lain yang jauh lebih cantik (lihat KEPERAWANAN ADIK KELASKU (I)). Memang aku ini obsesif terhadap jilbaber, mungkin karena aku selalu melihat gadis SMU berjilbab selama aku SMU dulu.
Sebenarnya aku cukup menghormati Putri, kalau saja ia tidak bohong soal fotonya yang akan diberikannya padaku. Well, aku pun tidak bilang bahwa aku meminta foto seksinya. Tapi itu sudah cukup membuatku sakit hati mengingat aku bukanlah seorang pemaaf.
Akhirnya tibalah kesempatan bagiku, yang berarti itu adalah hari yang paling naas baginya. Hari itu aku mengajaknya minum jus di depan almamaterku. Tanpa sepengetahuannya, kucampur jus bagiannya dengan obat perangsang dan kuberikan jusnya padanya. Hari itu benar-benar panas sehingga tanpa mencicipinyapun dia langsung meminum jusnya dengan lahap. Tak lama kemudian akupun melihatnya kegerahan akibat obat perangsang yang kucampurkan pada jusnya. Melihat keadaan itu akupun mengajaknya masuk ke mobilku (yang kukatakan padanya bahwa itu mobilnya). Putri yang masih belum sadar tidak begitu menyadari bahwa aku menyuruh sopirku membawa kami ke hotel terdekat, begitupun saat aku mem-booking kamar untuk kami berdua. Kukatakan padanya, “Kita cuma istirahat sebentar”.
Ia baru agak menyadarinya ketika sudah berada di kamar dan pintunya kukunci. Ia mencoba untuk kabur, tapi terlambat. Pintunya sudah kukunci. “Jangan banyak lagak. Di sini Kakak udah siapain intel-intel bapaknya Kakak!” ancamku dingin (tapi bohong). Putri menyadari bahwa dirinya sepenuhnya ada dalam cengkeramanku. Ia mulai terduduk di lantai kamar hotel, dan menangis, sambil bertanya, “Apa salah aku , Ka’?”. Aku tak menjawab, hanya mengacungkan fotonya yang ia berikan padaku. “Apa yang kurang, Ka’?” tanyanya sambil terisak-isak. “Kamu tau sendiri Kaka’ lebih suka foto seksi” kataku dingin. “Kalau itu yang Kakak minta, saya bisa ngasih sekarang… Tapi saya mohon lepasin saya” mohonnya. “Heh, sekarang terlambat” jawabku dingin, sambil menghampirinya untuk meraih pinggangnya. “AAAHH, jangan, Ka’” mohonnya, yang tak kupedulikan. Aku ingin tahu, bisa apa dia dengan obat perangsang yang kucampurkan dalam minumannya tadi di sekolah. Kudorong ia hingga ia menabrak ranjang. Kubalikkan tubuhnya yang masih berseragam lengkap termasuk jilbab putihnya dan kutindih dia.
Kuraih kepalanya dengan kedua tanganku dan kuciumi serta kulumat bibir tebalnya yang sensual. “Mmmmmmhhhhh… mmmmmmhhh…” suaranya tertelan lumatanku. Tanganku mulai beraksi dengan meraih dan meremas-remas payudaranya. Kubuka kancing-kancing baju batik seragamnya dan, “Wooow, indah sekali” pikirku melihat sepasang payudara dengan kulit putih ukuran 32A-nya dengan BH warna putih terpampang di hadapanku. Tanganku tak tinggal diam dan mulai meremas-remas payudaranya yang kini terlihat dengan indahnya. Putri hanya bisa mendesah-desah sambil terus menangis. Air matanya membasahi pipinya yang berjerawat remaja. Kutarik celana dalamnya dan kuraba-raba kemaluannya. “Ssssssssssshhhtttt…” desisnya ketika lobang kemaluannya itu kutusuk-tusuk dengan jariku, kemudian kucari klitorisnya.
Kugesek-gesek klitorisnya dan kuhisap puting susunya. Hal itu menimbulkan rangsangan yang tidak bisa disangkal lagi olehnya. Kurasakan jariku mulai basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Kucabut jariku dari vaginanya dan kutarik dia agar berdiri, lalu kutarik tangannya hingga ia berdiri; kusuruh dia menghadap meja rias dan membungkuk di depan meja bercermin itu. Kunaikkan rok putihnya sampai sebatas pinggang. Putri sudah tidak menangis lagi. Air matanya sudah kering, atau ia memutuskan untuk pasrah saja, aku tidak tahu.
Kukeluarkan penisku dan kugesek-gesekkan penisku ke bibir kemaluannya. Badan Putri bergetar karena hal ini. Kumasukkan penisku dari belakang ke liang senggamanya secara perlahan karena rapatnya kemaluan adik kelasku ini sehingga kurasakan penisku semakin diurut oleh dinding kemaluan gadis ini. Setelah kepala penisku masuk, tanpa ampun lagi kupaksakan seluruh penisku masuk ke dalam liang senggamanya sampai mentok “AAAAAAGH” jerit Putri kesakitan sembari mendongakkan kepalanya yang masih mengenakan jilbab putih ketika keperawanannya kujebol dengan mudah. Kubiarkan diriku menikmati denyutan dan isapan dinding kemaluan gadis ini terhadap penisku. “Ohhhh…” desahnya lemah sambil menundukkan kepalanya saat kudiamkan saja ia selama beberapa puluh detik itu. Kutahu bahwa penisku ini rasanya sangat menyesakkan baginya.
Melihat keadaan itu akupun mengejeknya. “Tri, waktu itu kamu jual mahal, ‘kan ke Kakak? Enak yach, sekarang” ejekku. Kulihat di cermin di hadapan kami, wajahnya yang berjilbab dan masih menarik itu terlihat memerah karena kesal dan mungkin karena malu melihat wajahnya di cermin, ia kembali menundukkan wajahnya itu. Aku tak membarkan diriku diam berlama-lama. Kugenjot tubuh adik kelasku ini dari belakang dan desahannya mulai terdengar kembali. Kulihat di cermin bahwa mukanya yang masih mengenakan jilbab itu semakin memerah dan matanya kembali mengucurkan air mata, mungkin karena malu melihat dirinya diperkosa dalam seragam lengkap plus jilbab.
“Ahhh… ahhh… ohhh… ohhh… ihhh… ohhh…ouhhh…” desahnya ketika kugenjot ia dengan sepenuh tenaga. “Ohhh… ahhh… Triii… ennak, yahhh… ouhhh”, ejekku sambil membalas desahannya. “Brengseekh…, ouhhhh… Kakakhhh… ouhhhh… brengseeekhh…” umpatnya ketika mendengar ejekanku. Kuanggap itu sebagai simfoni indah yang mengagumkanku. Plakkk.. plakkk… plakkk… bunyi benturan antara pantatnya yang sekal dengan pangkal penisku saat lubang kemaluannya kusodok sekuat tenagaku semakin menambah indahnya suara simfoni persetubuhan terlarang ini..
Sesekali kuremas pantatnya yang sekal dan payudaranya yang montok itu. “Ouhhh… ohhh… ohhh…” semakin lama desahannya semakin cepat dan keras dan tak lama kemudian kurasakan bahwa Putri akan mencapai orgasmenya mengingat denyutan liang nikmatnya semakin cepat dan keras.
“AAAAH, KAKAAK” teriak Putri sambil mendongakkan kepalanya saat ia mencapai orgasmenya yang pertama.
Dari liang senggamanya kurasakan keluar cairan nikmat yang-ketika nantinya kulihat-berwarna kemerahan karena tercampur dengan darah keperawanannya. Kucabut penisku dari liang senggamanya dan iapun ambruk membentur pinggiran meja riasnya. Kulingkarkan tanganku ke pinggangnya yang langsing dan kubawa ia ke ranjang, setelah itu kuposisiskan ia agar menungging. Ia hanya bisa pasrah; mungkin karena gabungan dari efek obat perangsang yang tadi kucampurkan pada minumannya dan efek dari kelelahan akibat genjotanku yang ganas pada liang senggamanya.
Kulepas jilbabnya dan kulihat rambut sebahunya yang indah; kemudian kuposisikan diriku di belakangnya. Kembali kuarahkan penisku pada bibir vaginanya dan kuarahkan kepala penisku untuk memasuki liang nikmatnya. “AARGHHH…” erang Putri keras ketika kupaksakan penisku menerobos vaginanya sampai membentur rahimnya. Kudiamkan penisku ini sejenak dalam liang kemaluannya, kemudian kembali kugenjot gadis ini dengan ganas. “Ohhh… ohhh… ahhh…ahhh… euhhh… euhhh…”erangnya keras karena kusodok liang nikmatnya dengan ganas.
Tiba-tiba terdengar bunyi dering telepon dari saku Putri. Kuhentikan sejenak genjotanku, kuambil HP dari sakunya sekalian meraba klitorisnya, kulihat layarnya. Ternyata dari temannya. Kuberikan padanya untuk mengangkat teleponnya sambil berkata, “Angkat, Tri. Kamu tahu, ‘kan apa yang harus kamu omongin?”. Putri mengangkatnya. Terdengar dari sana secara samar-samar, “Tri, kamu lagi di mana?”. “Di rumah sodara gue. Emang kenapa?” jawabnya asal. “Yeee, kamu ‘kan udah janji mau pergi ke PS (Plasa Senayan)?” tanya temannya. Karena usil, kusodok dari belakang dan kuremas payudaranya, sehingga, “Ahhh” dia mendesah perlahan. Hal ini memancing kecurigaan dari temannya, yang bertanya lagi, “Tapi kok suara kamu aneh?” tanya temannya. “Enggak kok. Gue lagi… Ohhh” elaknya ketika vaginanya kusodok lagi dan kembali kuremas payudaranya, sehingga ia mendesah. Mendengar itu sepertinya temannya jadi curiga dan bertanya, “Kamu lagi ngapain”. “Gue nggak lagi ngapa-ngapain, kok.
Udah dulu, ya. Gue mau tidur, nih” elaknya sambil mematikan telepon. “Ahhhhh…” desahnya melepaskan tekanan seksual akibat menahan desahannya. Kuejek lagi, “Tri, enak yach ngentot sambil nelpon?”. Putri menoleh ke arahku, menatapku dengan kesal dan berseru, “Yang tadi itu, kalo misalnya dia curiga, Kakak tamat! Ayo lanjutin biar cepat selesainya!”. Aku hanya terpana saja mendengar kata-katanya yang terakhir. Kembali kulanjutkan genjotanku pada gadis belia ini. “Mana genjotan yang tadi, Kak?” tanyanya sinis. Ternyata perkosaan yang kulakukan untuk mempermalukannya ini telah membangkitkan nafsunya. Mendengar kata-katanya, langsung saja kugenjot gadis ini dengan ganas. “ AAARGHHH… AAARGHHH… AAARGHHH…” desahan lirihnya kini telah menjadi sebuah erangan keras-atau lebih tepatnya, teriakan. Suara kami telah menjadi iringan simfoni yang sangat indah menurutku-dan juga menurutnya setelah selesai nanti.
Seiring dengan genjotanku yang ganas, Putri pun mencapai orgasmenya yang kedua. “OHHH….” teriaknya. Saat itu juga, kutancapkan penisku dalam-dalam sampai menyentuh rahimnya dan karena kemaluannya meremas penisku dengan kencang akibat orgasmenya, aku pun mencapai ejakulasiku. “Ahhh…” seruku sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya. Kubiarkan penisku dalam vaginanya dan setelah Putri ambruk ke ranjang, akupun menindih tubuhnya dari belakang. Jam enam, pikirku melihat jam meja di meja samping ranjang. “Tri” bisikku sambil mendekatkan bibirku ke telinganya, “Maafin Kakak, ya. Kakak panik waktu denger kamu mau kuliah di Australi. Kakak bener-bener minta maaf”. “Terus Kakak mau gimana?” tanyanya, terdengar kesal. “Kakak pamit dulu…” mohonku.
“Eh, tunggu dulu, Ka’” serunya, “Besok, ‘kan hari libur… Masa’ habis kayak gini Kaka’ mo ninggalin aku gitu aja?” tanyanya. Mendengar ucapannya aku heran. “Jadi kamu maunya apa?” tanyaku kesal karena malah terkunci dengannya. “Bo-Nyok (Bokap-Nyokap) aku lagi keluar kota. Pulang Minggu malam. Jadi…” kata-katanya terputus. “Maksudnya, kamu minta aku nemenin kamu di hotel ini?” tanyaku. “Semalem aja” jawabnya mantap, hingga akupun jadi bingung. “Iya, deh…” jawabku.
Setelah itu ia menawariku membuat foto seksinya. Kuatur dia seolah aku adalah fotografer profesional. Foto pertama, jilbabnya kugelung dan kubuka dua kancing atas kemejanya. Foto kedua, jilbabnya tetap digelung dan kubuka dua kancing atas lagi. Foto ketiga, jilbabnya dilepas dengan kancing atas tetap empat buah terbuka. Foto keempat, jilbabnya normal kancing atas terkancing dan kancing bawah sampai atas pusar terbuka dan disampirkan sehingga pusarnya terlihat. Foto kelima, kulepas kancing roknya tapi tidak jatuh lalu kuminta membungkuk dan menoleh padaku. Foto keenam, roknya jatuh tapi yang lainnya tidak. Ia melakukan semuanya dengan baik. “Aku mo mandi. Mo ngerekam, nggak?” tanyanya. “Boleh, nih?” tanyaku. Kulihat ia tersenyum dan berkata, “Ayo”. Kuikuti dia ke kamar mandi dan kurekam semuanya, setelah itu aku bergabung untuk mandi dengannya.
“Kamu gak marah di…?” tanyaku setelah ia selesai mandi, namun masih tetap telanjang. “Diperkosa Kakak? Nggak. Kesel sih iya. Sakit tau. Ampe lecet, deh kayaknya…” jawabnya agak ketus. Aku diam saja. “Kamu gak nyesel perawan kamu Kakak ambil?” tanyaku. “Telat tau Kakak bilang gitu” jawabnya sebal. “Ayo, Kak. Sekalian aja Kakak ngehamilin aku” tantangnya. Mendengar itu aku mulai merangsangnya lagi. Kuraih kepalanya dan kuciumi bibirnya. Kucupangi lehernya, lalu kuturunkan kepalaku ke arah payudaranya dan kujilat serta kuhisap putingnya.
“Kakak senang ya nyusu ke aku?” tanyanya. “Yup!” jawabku senang. Ia tidak bisa menjawab lagi karena mulutnya sibuk mendesah-desah sementara tangannya meremas-remas kepalaku. Tangan kananku meraih payudara kirinya dan meremas-remasnya dengan gemas. Kubaringkan ia ke ranjang dan kubuka belahan pahanya sehingga posisinya mengangkang, lalu kuposisikan diriku sehingga tepat di tengah-tengah pahanya.
Tangan kiriku berpindah ke payudara kanannya sementara mulutku asyik mencupangi belahan dadanya, sedangkan tangan kananku mulai beraksi di selangkangannya. “Ahhh… ahhh…” desahnya pelan. Merasakan aksiku mulai merangsangnya, kembali kulumat bibirnya yang tebal itu, kuposisikan kedua lenganku dengan bertumpu di depan sehingga berada di antara ketiaknya dan kuminta ia meraih penisku untuk menempelkannya di bibir kemaluannya.
Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan dan, “Oooohhhhssssstttt…” desisnya ketika penisku kembali memasuki liang senggamanya. Kuturunkan tubuhku secara perlahan hingga penisku terbenam penuh dalam denyutan dinding vaginanya. Setelah penisku tenggelam dalam vaginanya, kurangkul kepalanya dan kunaik-turunkan pinggulku. “Ohhh… teruusss… teruussss….” desahnya lembut. Kembali kulumat bibirnya dan iapun membalasnya dengan memainkan lidahnya di mulutku. “Mmmmhhh…” ciuman nafsu kami berdua terjadi dengan panasnya.
Malam pun semakin larut dan kami masih saling mengeluarkan nafsu kami. Tak lama kemudian kurasakan gadis ini semakin kelelahan akibat kugenjot dalam tiga ronde. Merasakan hal itu kudekatkan bibirku ke telinganya dan kukatakan, “Tri, kamu gak cape’?”. “Mang napa?” tanyanya. “Gak, habis kamu kaya’nya udah cape’” jawabku, “Habis yang ini udahan, yach”. “Iya, deh” sahutnya. Kembali kugenjot tubuhnya yang putih itu. Setelah kugenjot selama beberapa menit kemudian, kelihatannya Putri akan mencapai orgasmenya. Kupercepat genjotanku dan, “Oooough… hhhhhssst…” serunya saat mencapai orgasmenya. Karena kurasakan penisku semakin diremas dinding kemaluannya, akupun tak dapat bertahan lebih lama lagi. “Arrrrgh…” erangku nikmat sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.
Seluruh cairan sperma yang kusemprotkan pun tertampung dalam rahimnya sehingga kini kemungkinannya untuk kuhamili semakin besar saja. Kubiarkan penisku tertancap dalam kemaluannya agar menyusut sendiri. Dan setelah menyusut, kubiarkan penisku agar keluar sendiri. “Tri” panggilku sambil menaruh dahiku di antara payudaranya. “Mmmm…?” tanyanya. “Tidur dulu, ya…” pintaku. Putri langsung membalikkan tubuhnya dan sebelum tidur dengan nyenyak, menelepon teman-teman dan rumahnya untuk membuat alasan agar mereka tidak curiga. Akupun kembali mandi dan mengenakan bajuku. Wah sudah jam sembilan, pikirku. Dan tidur di sampingnya.
Perselingkuhan Ibu Mertua & Menantu Kesayangan
Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisah seks hotku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi. Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Rendra, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.
Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.
Sampai di pelabuhan Rendra segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal. Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Rendra melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3×3 meter. Ini kuketahui setelah Rendra membuka pintu kamar dan kami memasukinya.
Ini kamar kita, bu, kata Rendra sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil ******** Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut.
Maaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini, ujar Rendra merasakan kegalauanku.
Ah, tak apa-apa Dra, daripada harus tidur di dek kapal, sahutku.
Sebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali.
Benar kata Rendra, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja.
Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Rendra masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.
Itu pertanda kita harus antri makan malam, bu, jelas Rendra. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.
Rendra mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali ha ri itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.
Silahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor, kata Rendra sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku, Aku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Rendra selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.
Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Rendra mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Rendra tertidur.
Bagaimana ini Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Rendra saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Rendra tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.
Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Rendra melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Rendra masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.
Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Rendra ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.
Rendra! Apa-apaan ini Aku ibu mertuamu, Dra! Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.
Ugh, maaf bu, kukira tadi aku tidur denga istriku Sudah hampir sebulan aku puasa, bu
Iya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong, kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.
Ak aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu Tidak sampai itu jawabnya polos.
Aku kuatir kamu lupa diri lalu memperkosaku belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.
Sumpah, bu Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas balasnya.
Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya Egh.. ugh kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.
Benar ya, Dra. Janji, tidak boleh copot celana dalam tantangku.
Iya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita
Hshhh hsshh perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Rendra yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. Ufh bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.
Bu, dasternya dilepas saja ya, mendadak Rendra berkata setelah kami lelah berciuman.
Ingat janjimu, Dra.. kataku.
Aku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. Oooh aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.
Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Rendra mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.
Dra, jangan
Aku hanya mengelus dari luar kok, bu
Nanti aku jadi terangsang, Dra
Nggak apa-apa kan, bu Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu
Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Rendra di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.
Ibu sudah basah ya Tanya Rendra nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Rendra tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.
Uh uh sambil memegang kedua pahaku Rendra memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir. Ooh Dra Dra Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Rendra menghisapinya kuat.
Tangan kananku dipegang Rendra dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 20 cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Rendra mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.
Ak aku mau keluar juga, bu erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Rendra menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.
Cape ya, bu tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.
Sudah dulu, Dra bisikku sambil menghentikan remasannya.
Berarti nanti lagi ya, bu Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seks
Ini jam berapa, Dra
Paling masih sekitar jam 12 malam, bu Masih dua hari lagi kita sampai Aku akan puasi ibu selama dua hari ini Kita tidak perlu keluar kamar
Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Rendra Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam Mungkin aku masih tahan, tapi Rendra Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Rendra. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.
Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka. Kuperhatikan Rendra yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Draa dalam pewayangan. Besa r, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yang. ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.
Mau kemana, bu Mendadak Rendra terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.
Mau mandi, Dra, jawabku.
anti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli. Aku tak berdaya ketika Rendra menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. Ufhh lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Rendra menggesek-gesekku dengan ketat.
Dra, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus bisikku.
Kalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu, jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.
Maksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cd egghh jangan keras-keras, Dra desahku. Rendra mengurangi tekanan di vaginaku.
Aku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lho hehehe guraunya sambi mencium bibirku.
Untuk variasi, coba deh ibu di atas tolong diisepin tetekku dong, bu pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. DiDrabingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.
Yang kuat, buerangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.
Dra, oh Dra.. aku mau keluar, desisku tak tahan. Namun Rendra mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.
Teruskan, Dra, pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.
Jangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Rendra sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Rendra lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.
Dra, tolong kau puasi aku dengan jarimu Aku nggak tahan lagi Kutusuk-tusukkan jari Rendra dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. Ugh egh kunikmati kocokan jari Rendra di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Rendra, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.
Seeer cret suuur aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Rendra menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Rendra menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!
Cukup, Dra.. pintaku.
Belum, bu, jawabnya sambil terus merangsang klitorisku, wanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu, katanya.
Tak menunggu lama, ucapan Rendra terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Rendra mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku
Nah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu
Aku benar-benar tak kuat, DraSudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan
Apa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi
Aku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil
Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Rendra.
Kamu juga harus ganti cd baru, Dra, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..
`Iya, iya, bu sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku
Tangan Rendra menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Rendra mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Rendra memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.
Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Rendra, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.
Aku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri, tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.
Uuffgghh kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Rendra keras-keras. Aa aku nggak kuat, Dra hsshh hsshhh.. enaaak banget nikmaaat tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Rendra membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! Suur cretcret aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Rendra melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.
Terbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri, bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku. Sekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.
Jajangan, Dra Jangan perkosa aku nanti hamil erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.
Tidak, bu tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan
Jang jangan, Dra eegghhh aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Rendra berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.
Jilat, bu isep pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya! Lagi-lagi Rendra membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubi disambut oleh mulut Rendra yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.
Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan tanyanya menggodaku.
Ta tapi jangan kau hamili aku, Dra
Memang ibu masih bisa hamil
Masih, Dra meski sudah 45 tahun aku masih mens
Ya, nanti kita atur sajalah, bu yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.
Tap tapi pelan-pelan saja ya Dra dan jangan dikeluarkan di dalam akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.
Thanks, bu, katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.
Dra, egh, Dra jangan masukkan Dra.. aku masih takut-takut. Tapi Rendra tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Rendra cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.
Dra, gila kamu! Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Rendra yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.
Dra Dra jangan keluarkan di dalam aku mengingatkan tapi Rendra malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.
Aku mau sampai tuntas, bu.. bisiknya di sela-sela deru nafasnya.
Aku bisa hamil, Dra!
Aku tak percaya.
Serius, Dra!
Sekarang kita nikmati saja, bu hamil urusan nanti. Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan.
Rendra mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan crooot crooot crooot cruuut cruut cret!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.
Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.
Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Rendra mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah. Tahun depan, aku berharap Rendra mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Rendra, rasanya aku jadi tak kuat puasa berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.
Langganan:
Postingan (Atom)